Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Dalam era ketidakpastian dan perubahan yang cepat, pelaporan risiko yang efektif kepada dewan perusahaan menjadi sangat penting. Proses ini menyajikan data yang berfokus pada dialog strategis, wawasan ke depan, dan keterlibatan dengan dewan direksi.

Lingkungan bisnis saat ini terus berubah akibat faktor geopolitik, konflik regional, kebijakan pemerintah, hingga inovasi teknologi. Kondisi ini membuat pendekatan tradisional dalam pelaporan risiko tidak lagi relevan. Strategi masa lalu tidak cukup untuk memprediksi masa depan, sehingga perusahaan harus mengelola risiko dengan lebih adaptif.

Prinsip-Prinsip Pelaporan Risiko

  1. Menghubungkan Risiko dengan Tujuan Bisnis

Laporan risiko harus selaras dengan rencana bisnis dan tujuan strategis perusahaan. Risiko harus dipahami dalam konteks pencapaian tujuan agar menjadi lebih relevan dan strategis.

  1. Menyelaraskan Pelaporan kepada Dewan Direksi dan Manajemen

Pelaporan yang efektif memanfaatkan informasi yang sama untuk dewan direksi dan manajemen, hanya dengan tingkat kedalaman yang berbeda. Jika laporan dibuat terpisah, ada risiko bahwa strategi manajemen risiko tidak didukung secara optimal.

  1. Fokus pada Risiko Strategis dan Risiko Baru

Risiko strategis mencakup ancaman terhadap keberlanjutan bisnis, sementara risiko baru meliputi kejadian tidak terduga seperti pandemi atau serangan siber. Kedua kategori ini harus menjadi prioritas dalam diskusi dewan.

  1. Menangani Risiko Operasional Harian secara Selektif

Laporan hanya perlu mencakup insiden besar atau kejadian signifikan seperti pelanggaran batas atau kerugian besar. Fokus pada isu utama ini membantu menjaga relevansi laporan.

  1. Tanggung Jawab Jelas atas Pengelolaan Risiko

Pemimpin di setiap tingkat organisasi harus bertanggung jawab atas risiko yang relevan dengan aktivitas mereka. Chief Risk Officer (CRO) dapat membantu merancang dan mengimplementasikan kerangka kerja risiko yang efektif.

  1. Interaksi Langsung dengan Pemilik Risiko

Pemilik risiko harus melibatkan dewan direksi dalam diskusi tentang risiko utama yang berkaitan dengan tujuan strategis perusahaan. Pendekatan ini membantu dewan direksi memahami risiko.

  1. Melaporkan Dampak Perubahan Eksternal

Laporan harus menyoroti bagaimana perubahan di pasar, teknologi, atau kebijakan memengaruhi strategi bisnis perusahaan. Misalnya, perubahan kebijakan nasional atau geopolitik dapat mengubah asumsi bisnis dasar.

  1. Proses Pengelolaan Risiko yang Efektif

Dewan direksi perlu mendapatkan wawasan tentang bagaimana risiko dikelola, mulai dari desain, implementasi, hingga efektivitas prosesnya. Audit internal dan peran CRO dapat memberikan keyakinan tambahan.

  1. Menyesuaikan dengan Preferensi Direktur

Gunakan bahasa yang sederhana dan presentasi singkat dengan fokus pada isu strategis. Hindari membanjiri dewan dengan data mentah, dan berikan wawasan yang dapat diambil tindakan. Dorong diskusi interaktif yang membahas ketidakpastian dan kemampuan beradaptasi perusahaan.

  1. Peningkatan Berkesinambungan dalam Pelaporan

Pelaporan risiko harus terus diperbaiki berdasarkan umpan balik dari dewan dan manajemen. Setiap organisasi memiliki kebutuhan unik, sehingga laporan harus disesuaikan dengan budaya dan kebutuhan perusahaan.

Pelaporan risiko harus menjadi proses dinamis yang berorientasi ke masa depan. Fokus pada risiko strategis, keterlibatan, dan pemahaman terhadap perubahan eksternal. Langkah-langkah ini dapat membantu dewan direksi membuat keputusan yang lebih cerdas, mengelola ketidakpastian, dan meningkatkan ketahanan perusahaan terhadap disrupsi.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Protiviti, dengan judul Board Risk Reporting in Disruptive Times. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.