Artikel

Artikel2021-01-27T19:01:07+07:00

Memperkuat Ketahanan Rantai Pasokan Energi

Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Meskipun masalah pandemi Covid-19 telah terpecahkan, tantangan rantai pasokan tetap menjadi masalah utama perusahaan energi. Survei CFO Grant Thornton untuk kuartal keempat 2023 memang menunjukkan kekhawatiran rantai pasokan mengalami penurunan di semua industri. Namun sayangnya, situasi politik yang bergejolak di Timur Tengah mengancam tantangan rantai pasokan energi. Kondisi ini berlangsung setidaknya sampai resolusi damai tercapai.

Masalah-Masalah Perusahaan Energi

Perusahaan energi hilir, tengah, dan hulu memiliki sejumlah masalah yang sama. Pertama, mereka mengalami kesulitan mendapatkan pekerja yang terspesialisasi dan kompetitif. Perusahaan kerap menggunakan agen sementara untuk mengisi pekerjaan. Namun, banyak dari pekerja sementara tersebut berhenti sebelum menyelesaikan pelatihan karena pekerjaan yang diberikan tergolong sulit. Kini, perusahaan-perusahaan mulai berkreasi dengan struktur gaji dan mengembangkan hubungan dengan sekolah-sekolah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja khusus.

Kedua, mereka kesulitan mengelola regulasi dengan tuntutan environmental, social, and governance (ESG) yang baru. Perusahaan dapat mengalami goncangan peraturan, tergantung siapa yang berkuasa di pemerintahan. Perubahan dalam lingkungan peraturan dapat membuat perkiraan jangka panjang menjadi sulit bagi perusahaan di semua tahap aliran energi.

Ketiga, keamanan siber dan keamanan fisik membutuhkan dana yang signifikan karena perusahaan terus-menerus menghadapi ancaman serangan. Saat ini, sebagian besar pemimpin perusahaan telah memahami dasar-dasar keamanan siber. Ada beberapa hal yang perlu dimiliki para pemimpin, yaitu

  1. kesepakatan puncak perusahaan untuk memprioritaskan keamanan siber,
  2. kontrol teknologi informasi (TI) yang kuat,
  3. protokol pelatihan untuk para karyawan, dan
  4. rencana yang matang mengenai cara-cara menangani serangan siber.

Menjaga Keamanan Rantai Pasokan Energi

Beberapa perusahaan energi melakukan investasi besar dalam keamanan fisik, dengan peningkatan seperti pagar pengaman dan penghalang beton. Solusi teknologi seperti pengawasan video dan kontrol akses berkode kunci juga makin populer.

Regulator di tingkat negara bagian dan federal Amerika Serikat (AS) juga telah memberlakukan kebijakan untuk memperkuat perlindungan aset energi. Sementara itu, para pemimpin perusahaan hilir, tengah, dan hulu memantau serta mengevaluasi risiko-risiko ini dengan cermat. Di sisi lain, pihak ketiga dapat menimbulkan risiko yang tidak diinginkan dan signifikan bagi perusahaan tengah (midstream).

Mengelola Kontrak dan Analisis Data

Banyaknya variabel yang terkait dengan biaya midstream membuat penentuan harga menjadi sulit. Itulah mengapa perusahaan berinvestasi dalam perangkat lunak dan kemampuan manajemen kontrak untuk membantu menentukan harga layanan secara kompetitif. Penetapan harga dapat dibuat berjenjang berdasarkan volume, sedangkan model penetapan harga bersifat dinamis. Perusahaan midstream harus menggunakan teknologi yang memungkinkan mereka untuk memahami margin sepenuhnya.

Sementara itu, perusahaan energi hulu menghadapi sejumlah hambatan besar saat berusaha mendorong pertumbuhan berikut.

  1. Harga diperkirakan tetap tidak stabil untuk material baja karbon dan baja tahan karat yang dibutuhkan perusahaan hulu.
  2. Kapasitas midstream dan penyimpanan mungkin terbatas sehingga tidak masuk akal untuk mengekstraksi produk yang tidak dapat mereka kirimkan.
  3. Teknologi dan inovasi menghadirkan jawaban potensial untuk masalah material serta masalah di tempat kerja.

Masa Depan yang Menjanjikan

Kepentingan energi surya tampaknya memiliki masa depan yang menjanjikan, bahkan ketika perusahaan-perusahaan hulu, tengah, dan hilir telah membuktikan ketangguhan mereka selama beberapa tahun terakhir.

Di hampir semua kasus, perusahaan-perusahaan energi menemukan bahwa transformasi teknologi memberikan hasil yang baik terkait produktivitas dan efisiensi. Ketika perusahaan-perusahaan tersebut mengelola tenaga kerja, regulasi, keamanan siber, dan masalah utama lainnya, para pemimpin cenderung akan mempertahankan ketahanan di seluruh bidang operasi.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Grant Thornton, dengan judul “Strengthen Resilience of Energy Supply Chains” pada 21 Februari 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

By |

Navigasi ESG untuk Lembaga Keuangan

Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Lanskap peraturan ESG mengalami transisi yang dinamis. Arahan-arahan utama ditetapkan untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas. Hal ini mendorong perusahaan untuk secara ketat menangani dampak lingkungan dan sosial.

Dalam proyek-proyek mitigasi iklim, kesenjangan investasi akan mencapai 2 triliun dolar Amerika Serikat (AS) per tahun pada 2030. Untuk mendapatkan pendanaan yang diperlukan, ada beberapa tantangan besar. Namun, kuncinya terletak pada pengalihan dana secara strategis dengan mengalokasikan sumber daya untuk solusi dekarbonisasi, mitigasi, dan adaptasi. Maka, ESG bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Terlepas dari tekanan keuangan yang dihadapi bank, terdapat peningkatan permintaan akan produk ramah lingkungan dari pelanggan, bisnis, dan investor.

Janji-Janji Menjadi Solusi

Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim atau Conference of Parties (COP) ke-28—dikenal dengan nama COP28—mengalami pergeseran transformatif. Mereka beralih dari janji-janji menuju pendekatan yang berorientasi pada solusi. Transisi ini menekankan perlunya kemitraan strategis serta menyoroti relevansi sektor minyak dan gas.

Pertemuan selanjutnya di Davos memberi fokus pada harapan dan urgensi. Tantangan utama terletak pada pembukaan modal swasta untuk proyek-proyek infrastruktur yang luas. Sektor jasa keuangan memiliki peran besar dalam transisi dari ekonomi cokelat ke ekonomi hijau. Apalagi, perekonomian menunjukkan ketahanan yang tak terduga pada 2023, melampaui proyeksi awal. Namun demikian, ada catatan kehati-hatian karena separuh dunia berpartisipasi dalam pemilihan umum tahun ini. Tentu, hasil pemungutan suara memiliki potensi signifikan untuk mempengaruhi lanskap politik dan ekonomi selama dekade berikutnya.

Di Davos, keunggulan AI generatif (GenAI) mendominasi banyak percakapan. Dari perspektif ESG, GenAI dapat memainkan peran utama dengan mempercepat pengumpulan data, simulasi, dan produksi untuk memenuhi persyaratan peraturan yang terus berkembang.

Implikasi bagi Lembaga Keuangan

Lanskap ESG adalah lanskap yang luas dengan peluang bagi semua orang. Setidaknya terdapat empat keharusan tematik untuk membantu lembaga keuangan dalam menangkap peluang tersebut.

  1. Tentukan ambisi yang jelas

Lembaga keuangan perlu mendefinisikan dan memiliki target terukur untuk ESG.  Dengan demikian, insentif untuk penyelarasan yang lebih besar antara lembaga keuangan individu dan ambisi ESG nasional dapat terbentuk.

  1. Tingkatkan kemampuan yang tepat

Kegiatan mengelola dan mengakses data akan menjadi makin penting karena regulator terus menerapkan persyaratan pengungkapan yang ketat. Pada saat yang sama, bank perlu mengintegrasikan ESG ke dalam evaluasi risiko dan kredit untuk memastikan keputusan pemberian pinjaman yang tahan terhadap perubahan iklim.

  1. Dorong kelincahan dan inovasi produk

Seiring dengan meningkatnya permintaan produk ESG secara global, lembaga keuangan membutuhkan produk inovatif di seluruh sisi bisnis utang dan aset untuk menangkap peluang pasar dan melayani basis konsumen.

Puncak Perubahan

Layanan keuangan memiliki peluang besar untuk mendorong dan menavigasi transisi yang sedang berlangsung. Terdapat kebutuhan mendesak bagi mereka untuk secara proaktif mendukung berbagai sektor, termasuk nasabah ritel, usaha kecil, korporasi, dan program infrastruktur berskala besar. Dalam lingkungan dengan pertumbuhan rendah pada 2024, pemanfaatan peluang ESG adalah cara yang nyata untuk mendorong pertumbuhan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Kearney, dengan judul “Navigating the ESG Landscape for Financial Institutions” pada 1 Februari 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

By |

Mata Uang Kripto: Ancaman Makro Sistem Keuangan Global?

Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Menurut Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF), mata uang kripto perlu diatur karena menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan. “Tantangannya adalah adopsi aset kripto yang tinggi dapat merusak stabilitas keuangan makro.” Pendapat serupa pernah disampaikan oleh mantan calon Presiden Amerika Serikat (AS), Hillary Clinton, yang menyebutkan bahwa mata uang kripto dapat melemahkan peran dolar AS. Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki “berperang” dengan mata uang digital. Di sisi lain, Xi Jinping, Presiden Tiongkok, mengeluh bahwa bitcoin tidak dapat diawasi oleh negara.

Bitcoin diciptakan pada 2008 sebagai tanggapan terhadap sistem keuangan global yang hampir runtuh. Pada masa-masa kelam 2007 dan 2008, terdapat kekhawatiran yang meluas mengenai apa yang akan terjadi jika orang-orang kehilangan akses ke rekening bank dan broker. Oleh karena itu, muncullah sistem keuangan alternatif.

Di sisi lain, kripto dikaitkan dengan banyak penipuan dan digunakan oleh para penjahat, mulai dari penyerang ransomware, teroris, hingga perdagangan seks, obat-obatan terlarang, dan perjudian. Ini adalah risiko mikro yang harus ditimbang dengan keuntungan makro.

Jadi, apakah bencana keuangan global yang disebabkan oleh inovasi dalam mata uang kripto merupakan jenis peristiwa “ekstrem yang masuk akal” yang seharusnya ada dalam stress test dan analisis skenario? Atau, apakah yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu mata uang kripto menawarkan jalan keluar dari bencana keuangan tradisional?

Mengurai Pasar Kripto

Mula-mula, ada baiknya kita membedakan aset digital yang membentuk ekonomi kripto dengan mata uang kripto transaksi murni. Meskipun mata uang kripto sangat tidak stabil dalam hal harga koin dalam dolar AS, ekonomi kripto telah tumbuh dengan stabil dan tenang. Inovasi terus bermunculan, dan penggunaan pelanggan terus bertambah.

Jika seluruh ekonomi kripto jatuh dan menjadi tidak berharga, nilai ekonomi sebesar 2 triliun dolar AS akan hilang. Meskipun kehancuran total dari ekonomi kripto tidak akan berarti apa-apa, hal ini akan serupa dengan hilangnya kekayaan pada saat krisis internet tahun 2000, ketika ekonomi global masih jauh lebih kecil. 

Risiko makro pertama yang disebutkan oleh Georgieva dari IMF adalah bahwa ketersediaan mata uang kripto mengurangi pengaruh tindakan moneter bank sentral. Jika bank sentral melakukan pengetatan dengan menaikkan suku bunga dan menjual aset, mata uang kripto memungkinkan masyarakat untuk terus meminjam dan membelanjakan uangnya, sambil menggunakan mata uang tradisional untuk mendapatkan suku bunga yang tinggi dan membeli aset dengan harga yang lebih murah dari bank sentral. 

Sebelum memikirkan konsekuensi potensial, pertimbangkan pula interaksi dengan kekhawatiran makro kedua Georgieva: campur tangan kripto terhadap manajemen aliran modal. Di negara-negara yang memberlakukan kontrol modal yang ketat, hal ini sudah sering terjadi.

Sebagian besar token kripto tidak ditujukan untuk adopsi massal. Namun, token kripto berfungsi untuk mengatur aktivitas ekonomi di antara kelompok yang terdiri atas beberapa ratus atau beberapa ribu orang. Token kripto adalah aset lokal yang diterima secara sukarela oleh individu. Nilai layanan ekonomi riil yang mereka hasilkan dapat melambung tinggi atau jatuh, tetapi tidak akan mempengaruhi apa pun di luar jaringan lokal.

Ancaman Terbesar terhadap Stabilitas

Mata uang kripto dapat mengikis kemampuan pemerintah untuk mengumpulkan pajak. Tanpa kemampuan ini, pemerintah terpaksa bergantung pada pajak bruto untuk hal-hal seperti kekayaan, upah, pendapatan, atau impor. Berkurangnya pendapatan membuat utang pemerintah berisiko. Hal ini dapat memaksa pemotongan pengeluaran yang mengganggu perekonomian.

Skenario pendapatan pemerintah terancam terjadi jika beberapa sektor beralih ke model mata uang kripto. Ketika sebuah organisasi kripto mengizinkan pertukaran, ia kehilangan keuntungan dari algoritma yang dirancang menggunakan teori permainan dan kriptografi.

Sekarang, bayangkan sebuah dunia dengan mata uang nasional yang tidak dapat dikonversi. Bayangkan pula sebuah dunia kripto dengan ratusan mata uang kripto untuk tujuan khusus, dengan kemampuan yang terbatas untuk menukarkan satu token dengan token lainnya, atau token apa pun dengan uang tunai tradisional.

Hal yang kita bayangkan itu bisa terjadi, tetapi dalam beberapa dekade. Dalam risiko, hal yang paling penting adalah leverage.

Kesimpulan

Saat ini terjadi perubahan opini pasar tentang kemungkinan bahwa sebagian besar ekonomi akan beralih dari uang tradisional. Pergeseran sentimen semacam ini cenderung berkelanjutan. Makin banyak investor yang menyukai aset kripto dibandingkan sekuritas tradisional, makin goyah sekuritas tradisional tersebut dan sistem keuangan tradisional, makin mempercepat perubahan.

 

Artikel ini telah diterbitkan oleh Global Association of Risk Professionals (GARP), dengan judul “Do Cryptocurrencies Pose a Macro Threat to the Global Financial System?” pada 23 Februari 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

By |

Masa Depan Industri Pembayaran dari Perspektif Pengelolaan Risiko

Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Industri pembayaran dengan cepat berada di puncak “era terpisah” baru, yang menjadikannya makin terputus dari rekening dan didominasi oleh teknologi yang unggul. Dalam konteks ini, ekspektasi pelanggan terus meningkat, sedangkan perusahaan pembayaran akan membedakan diri mereka dengan menawarkan kenyamanan, keterjangkauan, dan keamanan luar biasa kepada pelanggan. Bagi fungsi risiko, dinamika baru ini menawarkan peluang untuk peran yang lebih luas.

Risiko sebagai Mekanisme Perlindungan

Dalam lanskap pembayaran yang kompetitif, nasabah dan regulator menuntut transaksi yang lebih cepat dan aman. Akibatnya, manajemen risiko yang kuat menjadi keharusan bagi lembaga pembayaran. Terdapat empat area yang dapat menjadi fokus perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.

  1. Memperkuat proses risiko untuk menjaga kepatuhan terhadap peraturan

Selain meningkatkan fokus mitigasi penipuan, penyedia layanan pembayaran (payments service provider/PSP) dapat memodifikasi program manajemen risiko untuk melindungi pendapatan dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan. Untuk memperkuat manajemen risiko, penyedia layanan pembayaran dapat mengambil langkah-langkah yang mencakup peningkatan proses, fokus secara tajam pada standar industri, menangani dampak terhadap pelanggan, mengelola risiko secara proaktif, berinvestasi dalam remediasi dan kepatuhan, dan mempertahankan budaya perusahaan yang kuat.

  1. Memerangi penipuan sekaligus meningkatkan pengalaman pelanggan

Pada 2022, Federal Trade Commission (FTC) melaporkan, penipuan meningkat sebanyak 49% dengan kehilangan yang dialami konsumen hampir mencapai 8,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Solusi untuk tantangan ini secara konseptual sederhana: Organisasi harus lebih baik dalam mendeteksi dan mencegah penipuan. Alat-alat canggih dapat digunakan jika dipasangkan dengan komunikasi terbuka dan transparansi dengan pelanggan. Hal ini termasuk mengambil langkah proaktif untuk meningkatkan kesadaran tentang penipuan.

  1. Membangun ketahanan operasional untuk mencegah kegagalan

Terlepas dari perhatian regulator, PSP makin fokus pada ketahanan operasional di seluruh rantai nilai karena potensi dampaknya terhadap bisnis. PSP perlu mengambil tindakan untuk meningkatkan ketahanan operasional. Langkah awal yang baik adalah melakukan tinjauan dari atas ke bawah terhadap operasi, termasuk yang disediakan oleh penyedia layanan pihak ketiga, untuk menentukan layanan bisnis penting dan prosesnya.

  1. Memperbaiki proses kredit dan penagihan untuk mengatasi normalitas baru

Karena fungsi risiko terus meningkatkan relevansinya di antara PSP, upaya proaktif untuk meningkatkan pendekatan pencegahan penipuan pun dilakukan dengan cara mematuhi harapan regulator, meningkatkan ketahanan operasional, serta menyesuaikan manajemen kredit dan penagihan dengan standar baru.

Risiko sebagai Pendorong Pertumbuhan

Fungsi risiko secara historis berfokus pada risiko-risiko yang merugikan. Maka, perusahaan harus mempertimbangkan pengaturan ulang dengan kapabilitas risiko yang dilihat sebagai pendorong potensial penciptaan nilai dan diferensiasi. Terdapat tiga area perusahaan untuk memanfaatkan risiko sebagai mitra agar lebih menghasilkan keunggulan kompetitif.

  1. Tumbuh secara menguntungkan di pasar atau segmen baru

Meskipun fungsi risiko secara historis telah mengarahkan PSP untuk menjauhi segmen yang berisiko, organisasi yang memiliki pendekatan manajemen risiko yang kuat dapat mengevaluasi kembali selera risiko. Dengan pendekatan ini, fungsi risiko akan bertindak sebagai mitra bisnis yang dapat berpikir secara strategis tentang trade-off untuk melayani segmen yang berisiko dan berpotensi,

  1. Melihat risiko sebagai produk untuk melayani pedagang dengan lebih baik

PSP dapat bertindak untuk mencegah kerugian akibat penipuan dan kerugian dari transaksi yang sah, yang ditandai secara tidak akurat dengan memproduksikan dan mengomersialkan kemampuan manajemen risiko. Hal ini memungkinkan mereka untuk bermitra lebih dekat dengan pedagang.

  1. Merangkul operasi layanan

Seiring dengan pembayaran digital yang terus menggantikan uang tunai, PSP telah memperluas tim operasi layanan, termasuk operasi penipuan. Namun, beberapa praktik tetap tidak berubah dan sangat manual. Hal ini mengakibatkan pengalaman pelanggan yang buruk, kesalahan, penundaan, dan ketidakkonsistenan. Maka, PSP dapat melihat peluang untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas operasi melalui teknologi, termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), otomatisasi alur kerja yang cerdas, dan AI generatif.

Dalam beberapa bulan ke depan, industri pembayaran dihadapkan pada tingkat risiko yang tinggi, pengawasan regulasi yang ketat, dan perubahan signifikan dalam standar global. Dalam konteks ini, para pemain dalam rantai nilai pembayaran tidak boleh hanya bereaksi, tetapi harus secara proaktif mempelopori strategi manajemen risiko baru.

Artikel ini telah diterbitkan oleh McKinsey & Company, dengan judul “The Future of The Payments Industry: How Managing Risk Can Drive Growth” pada 2 Februari 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

By |

Navigasi Risiko AI Generatif dan Tantangan Regulasi

Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Ketersediaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) generatif secara massal, seperti ChatGPT dari OpenAI dan Google Bard, menjadi perhatian utama para eksekutif risiko perusahaan pada kuartal kedua 2023.

“AI generatif adalah risiko kedua yang paling sering disebut dalam survei kuartal kedua kami, yang muncul di daftar 10 besar untuk pertama kalinya,” kata Ran Xu, Direktur Penelitian Gartner Risk & Audit Practice. “Hal ini mencerminkan pertumbuhan pesat kesadaran publik dan penggunaan alat AI generatif serta luasnya potensi kasus penggunaan dan potensi risiko yang ditimbulkan oleh alat ini.”

Ketersediaan AI Generatif

Gartner sebelumnya mengidentifikasi 6 risiko AI generatif dan 4 area regulasi AI yang relevan dengan fungsi assurance. Dalam hal mengelola risiko perusahaan, ada tiga aspek utama yang harus diperhatikan.

  1. Kekayaan intelektual

“Informasi yang dimasukkan ke dalam alat AI generatif dapat menjadi bagian dari rangkaian pelatihannya, yang berarti bahwa informasi sensitif atau rahasia dapat berakhir pada keluaran untuk pengguna lain,” kata Xu. Maka, penting untuk mengedukasi pimpinan perusahaan tentang kehati-hatian dan transparansi dalam penggunaan alat sehingga risiko kekayaan intelektual dapat dimitigasi dengan baik baik.

  1. Privasi data

Alat AI generatif dapat membagikan informasi pengguna dengan pihak ketiga, seperti vendor atau penyedia layanan tanpa pemberitahuan. Hal ini berpotensi melanggar hukum privasi di banyak yurisdiksi.

  1. Keamanan siber

“Peretas selalu menguji teknologi baru untuk mencari cara menumbangkannya demi tujuan mereka sendiri. AI generatif tidak berbeda,” kata Xu. “Kami melihat contoh-contoh kode malware dan ransomware yang diakali oleh AI generatif untuk diproduksi, serta serangan prompt injections. Hal ini mengarah pada industrialisasi serangan phishing tingkat lanjut.”

Implikasi Risiko Kelangsungan Hidup Pihak Ketiga

Jika kondisi ekonomi memburuk secara luas, penurunan permintaan yang tidak terduga dapat muncul dan memengaruhi kelangsungan hidup vendor atau kemampuan mereka untuk menyediakan barang dan jasa secara tepat waktu. Terdapat tiga potensi konsekuensi kelangsungan hidup pihak ketiga yang perlu dipantau oleh manajer risiko seiring dengan berkembangnya situasi sebagai berikut.

  1. Hilangnya input dan bahan utama

Jika pihak ketiga menaikkan harga karena situasi ekonomi, akan ada risiko kehilangan akses ke input dan bahan utama. Hal ini dikarenakan pihak ketiga lebih memilih pelanggan yang membayar dengan harga lebih tinggi.

  1. Asumsi perencanaan keuangan yang cacat

Asumsi biaya menjadi tidak valid ketika pemasok menaikkan harga atau gagal sehingga memerlukan biaya peralihan dan kenaikan harga untuk mendapatkan barang dan jasa.

  1. Tantangan di luar rantai pasokan

Para mitra, termasuk penyedia layanan terkelola atau mitra komersial, kreditor, dan vendor teknologi dapat menghentikan atau mengurangi operasi.

Artikel ini telah diterbitkan oleh ERMA, dengan judul “Navigating Generative AI Risks and Regulatory Challenges” pada 14 Agustus 2023. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

By |

Keberlanjutan: Peluang Besar Layanan Informasi

Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Dalam beberapa tahun terakhir, gelombang besar peraturan terkait keberlanjutan (sustainability) mulai bermunculan seiring dengan upaya negara-negara di seluruh dunia untuk mengatasi tantangan nol karbon. Beberapa peraturan, seperti Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards), berkaitan dengan persyaratan pengungkapan dan memengaruhi industri secara keseluruhan. Survei kami terhadap para manajer aset menemukan bahwa 80% dari mereka menempatkan keberlanjutan dan inisiatifnya sebagai prioritas utama perusahaan.

Ekosistem informasi keberlanjutan dipenuhi oleh perusahaan data, perangkat lunak, konsultan, firma akuntansi, dan lain-lain. Perusahaan mulai mengambil langkah-langkah untuk mengatasi tekanan dan meningkatkan peringkat keberlanjutan. Namun, mereka menghadapi berbagai masalah dalam prosesnya. Sebagai contoh, beberapa fungsi, seperti pemasaran dan akuntansi, menggunakan data yang sama untuk membuat laporan yang menghasilkan kesimpulan yang sangat berbeda, Hal ini menimbulkan redundansi dan ketidakkonsistenan. Untuk mengatasi masalah tersebut, banyak perusahaan membentuk kantor terpisah yang dikepalai oleh seorang chief sustainability officer (CSO). 

Praktik Utama 

Sejumlah perusahaan layanan informasi bereksperimen di bidang keberlanjutan selama beberapa tahun. Namun, hanya sedikit yang membangun aliran pendapatan keberlanjutan yang besar. Untuk menghindari jebakan yang menghambat, ada tiga praktik yang menjadi kunci utama.

1. Mulai dengan Persona Pelanggan yang Sudah Dikenal

Penyedia layanan informasi harus mengatasi tantangan keberlanjutan yang dihadapi pelanggan saat ini, bukannya menargetkan persona baru. Strategi ini memiliki dua keuntungan utama, yaitu (1) kebutuhan peningkatan keterampilan untuk staf perusahaan menjadi lebih memungkinkan karena perusahaan berfokus pada topik, pengguna, dan alur kerja yang sudah ada serta (2) risiko akuisisi yang buruk atau pengembangan produk yang salah menjadi jauh lebih kecil.

2. Penyelarasan pada Jenis Penciptaan Nilai Tertentu

Karena keberlanjutan merupakan topik yang kompleks, penyedia layanan informasi sering kali tidak dapat mengartikulasikan nilai kepada pelanggan. Akibatnya, kecocokan antara produk dan pasar menjadi kurang, meskipun permintaannya kuat. Maka, penting bagi penyedia layanan informasi untuk mengidentifikasi proposisi nilai yang spesifik untuk setiap segmen target. 

3. Mengantisipasi Dampak Peraturan Baru

Untuk mengantisipasi dampak regulasi, perusahaan layanan informasi direkomendasikan untuk menerapkan dua praktik terbaik. Pertama, membangun kemampuan pemantauan yang kuat. Hal ini berhubungan dengan pengembangan kapasitas untuk melakukan pemindaian terhadap peraturan, panduan, dan pembaruan. Kedua, mengoptimalkan operasi dan kontrol internal. Dengan meningkatnya permintaan akan transparansi, kemampuan ini dibutuhkan untuk mengungkapkan metodologi.

Seluruh pihak yang terlibat dalam layanan informasi perlu bergerak cepat untuk mendukung penciptaan nilai tambahan dalam jangka pendek (2024—2025), jangka menengah (2025—2028) dan jangka panjang (2028—2030 dan seterusnya).

Dalam jangka pendek, banyak pelanggan layanan informasi berfokus pada hal-hal mendasar untuk memenuhi permintaan investor dan pelanggan. Mereka mengukur kinerja mereka serta menetapkan, menyempurnakan, dan mengomunikasikan target keberlanjutan. Sementara itu, dalam jangka menengah, kebutuhan pelanggan akan layanan informasi akan meningkat dan menyebabkan gelombang penggunaan yang lebih canggih. 

Dalam jangka panjang, materialitas keberlanjutan akan menjadi arus utama. Pelanggan layanan informasi akan membutuhkan bantuan untuk meningkatkan kemampuan agar menjadi sistem yang kuat.

Artikel ini telah diterbitkan oleh BCG, dengan judul “Sustainability Data Is a Big Opportunity in Information Services” pada 14 Februari 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

By |

Fokus Risiko 2025 untuk Auditor Internal

Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Perangkat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah menjadikan persaingan dan permintaan pasar sebagai fokus strategis utama. AI menjanjikan pertumbuhan produktivitas Eropa pada 2025, membuka pasar baru, serta meningkatkan profitabilitas dan daya saing. Namun, tantangannya sangat berat. Untuk itu, organisasi perlu menyeimbangkan peluang dan ancaman dengan cepat. 

Laporan Risk in Focus 2025 dari European Confederation of Institutes of Internal Auditing (ECIAA) mengacu pada survei terhadap 985 kepala eksekutif audit (Chief Audit Executives/CAE), 5 pertemuan dengan 48 peserta, dan 11 wawancara tatap muka mengenai tugas audit internal atas lima topik hangat sebagai berikut.

#1 Disrupsi Digital, Teknologi Baru, dan AI

Strategi Disrupsi Digital

Munculnya AI generatif (gen AI) memberikan dorongan baru bagi upaya digitalisasi organisasi. Di sisi lain, disrupsi digital, teknologi baru, dan AI memang merupakan area risiko yang paling cepat berkembang. Undang-Undang Kecerdasan Buatan (UU AI/AI Act) Uni Eropa (UE) adalah kerangka kerja regulasi paling terkemuka di dunia untuk AI secara global. Para CAE yang berpartisipasi dalam survei mengatakan bahwa AI Act telah membantu meningkatkan kesadaran dewan direksi tentang potensi risiko. 

Sejumlah CAE berfokus pada kerangka kerja tata kelola sehingga mereka berencana untuk memberikan asurans atas kasus-kasus penggunaan yang kecil dan spesifik serta proses tata kelola AI dalam 12 bulan ke depan. Selain itu, beberapa CAE dalam bisnis teknologi maju mulai mengintegrasikan AI dalam proses audit internal di berbagai bidang.

Saran Perlakuan Auditor Internal

  1. Menilai strategi AI dan digitalisasi organisasi.
  2. Memberikan jaminan bahwa proyek AI terkait dengan tujuan strategis utama organisasi.
  3. Memberikan jaminan bahwa tata kelola organisasi mampu mengendalikan penyebaran AI.
  4. Menilai proses agar sesuai dengan peraturan.
  5. Memberikan jaminan bahwa strategi AI organisasi didukung oleh program keterampilan.
  6. Memberikan jaminan bahwa penggunaan AI oleh organisasi bersifat etis dan dapat dipercaya.

#2 Keamanan Siber dan Keamanan Data 

Mengatasi Serangan Siber Hibrida

Kecepatan dan volume serangan siber meningkat tajam. Di Amerika Serikat (AS), angka ini mencapai 1.265% pada 2023, dengan sebagian disebabkan oleh pertumbuhan gen AI. Baru-baru ini, misalnya, serangan siber deepfake yang dihasilkan oleh AI menyamar sebagai orang penting. Perusahaan Inggris, Arup, dan perusahaan periklanan multinasional WPP menjadi sasaran serangan semacam itu pada 2024. 

Pada 2024, para CAE membantu organisasi menghadapi dua UU inti yang bertujuan menyelaraskan regulasi dan meningkatkan ketahanan digital di seluruh Eropa: Digital Operational Resilience Act (DORA) dan Network and Information Security Directive (Petunjuk NIS 2). 

Saran Perlakuan Auditor Internal

  1. Memberikan jaminan budaya keamanan seputar risiko siber dan pelatihan.
  2. Memberikan jaminan bahwa departemen sepenuhnya diperbarui dan sadar potensi metodologi serangan hibrida.
  3. Menilai organisasi dalam hal meningkatkan keamanan siber.
  4. Memberikan jaminan atas sistem dan proses tata kelola.
  5. Memberikan jaminan bahwa kerangka kerja NIS2 (dan DORA—jika relevan) diintegrasikan ke dalam kerangka kerja tata kelola organisasi.
  6. Memberikan jaminan bahwa pemantauan kontrol dilakukan secara holistik.

#3 SDM, Keragaman, Manajemen Talenta, dan Retensi 

Menyelaraskan SDM dan Strategi Bisnis

Meningkatkan efisiensi proses SDM sangatlah penting. “Kemungkinan besar orang akan berpindah-pindah organisasi lebih sering daripada sebelumnya karena mereka mencari hal-hal yang berbeda,” kata seorang konsultan di Inggris. “Organisasi membutuhkan proses orientasi yang lebih baik agar karyawan dapat bekerja lebih cepat.” Untuk itu, departemen SDM memainkan peran kunci dalam menciptakan budaya yang ramah bagi staf dan relevan dengan tujuan strategis organisasi. 

Di samping itu, mendigitalkan proses SDM dapat memberikan banyak manfaat. Misalnya, memberikan data yang dibutuhkan terkait rekrutmen, retensi, dan atrisi. Digitalisasi juga membantu fungsi SDM membangun antarmuka pengguna pada layanan digital dan seluler sehingga interaksi dengan bisnis memiliki tampilan dan nuansa yang sama dengan aplikasi sehari-hari yang populer untuk meningkatkan keterlibatan.  

Saran Perlakuan Auditor Internal

  1. Memberikan jaminan perencanaan tenaga kerja yang efektif dan selaras dengan tujuan strategis.
  2. Menilai kebijakan dan prosedur SDM agar selaras dengan nilai-nilai sosial.
  3. Memberikan jaminan bahwa survei karyawan dilakukan dengan benar secara efektif.
  4. Menilai tingkat gesekan organisasi dalam kategori sehat.
  5. Memberikan jaminan bahwa prosedur organisasi membantu pengakuan, perpindahan, dan promosi talenta utama.
  6. Mendukung dewan dalam memahami ketergantungan antara perencanaan suksesi, keragaman, kesetaraan, dan inklusi.

#4 Ketidakpastian Makroekonomi dan Geopolitik 

Mencari Kejelasan yang Lebih Baik

Guncangan harga inflasi memuncak di Eropa antara 2022 dan 2023, lalu berkurang pada 2024, dengan suku bunga berada di atas 2,5%. Meskipun hal tersebut telah mengurangi tekanan ke atas pada biaya berbisnis dan hidup, risiko dari kemungkinan perubahan pasar dan persaingan tetap menjadi risiko ke-8 yang paling mendesak pada 2025. Guncangan lain yang lebih besar bagi bisnis adalah meletusnya perang di Palestina dan terganggunya jalur perdagangan di Timur Tengah. 

Keberadaan digitalisasi dan teknologi baru menunjukkan bahwa konflik pada abad ke-21 tidak lagi hanya berupa pertempuran antar tentara. Secara strategis, bisnis semakin memperlakukan topik ini sebagai masalah tata kelola. “Di dunia yang bergejolak, ketahanan telah berubah, dari yang sebelumnya hanya tentang memiliki modal yang cukup dan keamanan siber yang kuat, menjadi seberapa cocok model bisnis Anda dan seberapa kuat proses tata kelola Anda,” ujar seorang ketua komite audit di Inggris.

Saran Perlakuan Auditor Internal

  1. Memberikan jaminan bahwa proses identifikasi dan mitigasi risiko berpotensi berdampak pada bisnis terintegrasi.
  2. Memberikan jaminan bahwa upaya ketahanan organisasi bekerja pada tingkat strategis.
  3. Menilai apakah organisasi memanfaatkan pengujian stres secara memadai di area risiko utama.
  4. Memberikan jaminan bahwa perencanaan skenario yang kuat akan menangkap kemungkinan skenario risiko secara memadai.
  5. Memberikan jaminan bahwa organisasi memiliki visibilitas atas seluruh rantai bisnis (dilakukan dalam mempersiapkan pengenalan Corporate Sustainability Due Diligence Directive/CSDDD).
  6. Memberikan jaminan bahwa proses risiko yang muncul secara teratur dilaporkan kepada dewan direksi.

#5 Perubahan Iklim, Keanekaragaman Hayati, dan Keberlanjutan Lingkungan

Meningkatkan Ketahanan Melalui Kepatuhan

Dengan laporan tahunan pertama yang akan diterbitkan di bawah Pedoman Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan (Corporate Sustainability Reporting Directive/CSRD) pada 2025, para CAE mengatakan bahwa aspek ini merupakan area fokus utama mereka. Cakupan yang jauh lebih luas dari CSRD telah membuatnya menjadi upaya kepatuhan yang besar. 

Para CAE terus memberikan asurans atas upaya pengumpulan dan pengujian data di lini pertama dan kedua. Pada 2024, terdapat fokus tambahan untuk membawa ketelitian yang terkait dengan sistem dan kontrol yang matang seputar pelaporan keuangan ke dalam pelaporan terkait iklim. “Langkah kuncinya adalah organisasi harus mengintegrasikan data terkait iklim ke dalam arsitektur data yang sudah ada dan ke dalam aplikasi sistem inti,” ujar seorang CAE sebuah bank di Spanyol.

Saran Perlakuan Auditor Internal

  1. Memberikan jaminan bahwa bisnis berada di jalur yang tepat untuk meningkatkan kualitas kontrol.
  2. Memberikan jaminan bahwa organisasi melakukan penilaian risiko materialitas yang memadai.
  3. Memberi saran kepada manajemen dalam menilai dampak keterlambatan pelaporan di bawah CSRD terhadap hubungan investor dan risiko reputasi.
  4. Memberikan jaminan bahwa bisnis mengadopsi perencanaan strategis jangka panjang untuk aset fisik.
  5. Menilai peran teknologi pada penilaian risiko fisik atau investasi dalam produk ramah lingkungan.
  6. Memberikan jaminan bahwa organisasi memiliki visibilitas terhadap seluruh rantai nilai bisnis (dilakukan dalam mempersiapkan pengenalan Corporate Sustainability Due Diligence Directive/CSDDD).
  7. Memberikan jaminan bahwa manajemen risiko berfokus pada ketahanan operasional.

Artikel ini telah diterbitkan oleh ECIIA, dengan judul “Risk in Focus 2025: Hot topics for internal auditors” pada September 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

By |

Kerangka Kerja dan Studi Kasus Penilaian Risiko Keamanan Digital

Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Kerangka Penilaian Risiko

Organisasi harus menangani risiko keselamatan secara komprehensif serta mempertimbangkan dampaknya terhadap pengguna, non-pengguna, dan hak asasi manusia (HAM). Kerangka kerja penilaian risiko ini merupakan hasil kerja kelompok multipemangku kepentingan. Dokumen ini dimaksudkan sebagai kerangka dasar untuk menyusun pendekatan dan diskusi mengenai penilaian risiko keselamatan digital.

Bank Studi Kasus

Sejumlah pendekatan dapat digunakan untuk mendorong penilaian risiko keselamatan digital dan menekankan sifatnya yang saling berhubungan.

A. Studi Kasus 1

Kerangka Kerja Digital Trust and Safety Partnership (DTSP)

DTSP merupakan inisiatif industri untuk mengembangkan praktik terbaik, yang diverifikasi melalui penilaian internal dan pihak ketiga yang independen. DTSP menyatukan perusahaan teknologi yang menyediakan berbagai macam produk dan layanan digital dengan pendekatan umum untuk meningkatkan kepercayaan dan keamanan di internet. Komitmen ini didukung oleh 35 praktik terbaik kepercayaan dan keselamatan yang mencakup berbagai fase kerangka kerja penilaian risiko. 

  • Konteks dan tujuan utama 

Pada 2022, sepuluh perusahaan mitra DTSP melakukan penilaian internal atas penerapan DTSP best practices framework (BPF) menggunakan metodologi penilaian organisasi, Safe Framework. Studi kasus ini merangkum hasil dan temuan utama dari penilaian awal tentang cara penerapannya dalam praktik. 

  • Manfaat dan risiko 

Manfaat utama pendekatan DTSP adalah menyediakan panduan di seluruh industri untuk mengatasi risiko terkait konten dan perilaku. DTSP juga bersifat agnostik terhadap konten dan teknologi sehingga perusahaan yang menghadapi risiko yang sangat berbeda dapat menyelaraskan diri dengan serangkaian praktik umum.

B. Studi Kasus 2

Kerangka Kerja Global Network Initiative (GNI)

Prinsip-prinsip GNI menetapkan kerangka kerja khusus untuk membantu perusahaan teknologi menghormati kebebasan berekspresi dan privasi saat berinteraksi dengan dan menanggapi tuntutan, tekanan, dan pembatasan pemerintah. Studi kasus ini mengkaji bagaimana uji tuntas hak asasi manusia (human rights due diligence/HRDD) dijelaskan dalam kerangka kerja GNI. Studi kasus ini juga menjelaskan bagaimana anggota GNI bersatu untuk menilai, belajar, dan meningkatkan upaya perusahaan secara kolektif melalui penilaian independennya. 

  • Konteks dan tujuan utama 

Prinsip-prinsip GNI menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan anggota akan dimintai pertanggungjawaban melalui suatu sistem. Laporan penilaian, yang dikembangkan oleh penilai independen dan terakreditasi, mencakup informasi sensitif dan nonpublik yang menggambarkan bagaimana perusahaan-perusahaan anggota menerapkan kerangka kerja GNI. Dewan multipihak GNI menggunakan laporan-laporan ini untuk menentukan apakah perusahaan menerapkan kerangka kerja dengan itikad baik dengan peningkatan dari waktu ke waktu.

  • Manfaat dan risiko

Ada beberapa manfaat dari pendekatan berbasis HAM terhadap penilaian risiko yang dirinci dalam kerangka GNI dan United Nations Guiding Principles on Business and Human Rights (UNGP), antara lain, pemusatan risiko pada orang-orang yang terkena dampak dan pemastian pengikutsertaan kepentingan kelompok yang paling rentan. Sementara itu, beberapa risiko pendekatan ini, antara lain,  penekanan berlebihan pada satu perusahaan atau jenis perusahaan dan perbedaan pandangan HAM dalam praktik.

C. Studi Kasus 3

Pendekatan Berbasis Sistem/Kode Praktik Selandia Baru

Kode Praktik Aotearoa Selandia Baru untuk Keselamatan dan Bahaya Daring (Aotearoa New Zealand Code of Practice for Online Safety and Harms) merupakan kode industri sukarela yang menyediakan kerangka kerja untuk meningkatkan keselamatan pengguna daring dan meminimalkan konten berbahaya. Kode ini dimaksudkan untuk menyediakan praktik terbaik dari berbagai macam produk dan layanan serta melayani komunitas pengguna yang beragam. Kode tersebut dikembangkan antara April 2021 dan Maret 2022 oleh Netsafe, sebuah organisasi keselamatan daring nirlaba independen di Aotearoa, Selandia Baru.

  • Konteks dan tujuan utama

Kode ini membahas tema keselamatan dan konten berbahaya, meliputi

  1. eksploitasi dan pelecehan seksual anak,
  2. penindasan atau pelecehan,
  3. ujaran kebencian,
  4. hasutan untuk melakukan kekerasan,
  5. konten kekerasan atau grafis,
  6. misinformasi, dan
  7. disinformasi.
  • Manfaat dan risiko 

Kode ini mendukung inisiatif lintas industri untuk meningkatkan keamanan daring. Kode ini juga mengambil pendekatan berbasis sistem dan hasil terhadap keamanan daring dan moderasi konten. Pendekatan tersebut memfasilitasi akuntabilitas melalui transparansi kebijakan, proses, sistem, dan hasil. 

D. Studi Kasus 4

Alat Penilaian Safety by Design dari Australian eSafety Commissioner untuk Perusahaan Rintisan

Studi kasus ini berfokus pada layanan media sosial fiktif dengan target basis pengguna berusia 13—18 tahun. Dalam studi kasus ini, alat penilaian Komisioner Keamanan Elektronik Australia diterapkan bagi perusahaan rintisan untuk mengukur tingkat keamanan pengguna dan mendapatkan informasi tentang celah keamanan yang harus diatasi oleh platform tersebut.

  • Konteks dan tujuan utama

Komisioner eSafety menawarkan dua alat penilaian interaktif dan dinamis yang komprehensif untuk memandu dan mendukung industri dalam meningkatkan praktik keselamatan daring. Untuk setiap alat penilaian, pengguna diberikan modul edukatif tentang bahaya daring melalui serangkaian pilihan pertanyaan dan respons. 

  • Manfaat dan risiko

Studi kasus ini mengambil pendekatan yang berpusat pada manusia yang menempatkan keselamatan dan hak pengguna sebagai inti. Studi kasus ini juga mempertimbangkan kebutuhan peserta lain dalam ekosistem teknologi melalui konsultasi multipihak dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), advokat, orang tua, dan kaum muda. Selain itu, dengan menjawab kuesioner, platform daring dapat melihat celah yang menghambat upaya keamanan dan kepercayaan pengguna. 

E. Studi Kasus 5

Keamanan Anak: Gim, Dunia Imersif, dan Metamesta

Studi kasus ini berfokus pada elemen dinamis dan imersif dari metamesta (metaverse) atau permainan (gim) dibandingkan dengan pengalaman media sosial dan permainan tradisional. Studi kasus mengikuti perjalanan pengguna yang umum, mulai dari pendaftaran pengguna hingga definisi avatar dan fitur kreatif yang lebih luas.

  • Konteks dan tujuan utama 

Studi kasus ini didasarkan pada penilaian klien yang nyata, yang dilakukan pada April 2019 oleh tim konsultan risiko Crisp. Studi kasus ini difokuskan pada fase identifikasi risiko dari kerangka kerja penilaian risiko, dengan fokus khusus pada risiko yang terkait dengan keselamatan anak, khususnya child sexual abuse material (CSAM).

  • Manfaat dan risiko 

Pendekatan yang diambil dapat, antara lain, memberikan penilaian yang jelas tentang platform, memungkinkan pembuatan heatmap, dan memungkinkan intervensi operasional dan strategis yang diprioritaskan.

F. Studi Kasus 6

Algoritma – Alat Penilaian Dampak AI

Kasus ini mengkaji penilaian dampak pengembangan fitur otomatis baru untuk mesin pencari guna memerangi penyebaran konten yang tidak diinginkan. Untuk keperluan studi kasus, fitur-fitur ini mencakup deteksi otomatis konten, penurunan peringkat konten otomatis, dan kontrol bagi manusia untuk memulai atau mengelola intervensi otomatis. Penilaian dampak dilakukan dengan metodologi kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) yang bertanggung jawab dari Microsoft. 

  • Konteks dan tujuan utama 

Studi kasus ini membahas penerapan fitur otomatis di mesin pencari untuk mengidentifikasi materi yang membahayakan pengguna dan mengurangi risiko HAM dengan mengurangi visibilitas konten yang tidak diinginkan dalam hasil pencarian. 

  • Manfaat dan risiko 

Manfaat pendekatan ini adalah pendekatan selaras dengan pengembangan standar internasional, yang dikembangkan oleh International Organization for Standardization/International Electrotechnical Commission (ISO/IEC), dan dikembangkan bersama ISO/IEC 42001 Artificial Intelligence Management System (AIMS). Beberapa standar internasional yang terkait dengan AIMS diharapkan dalam manajemen risiko, tata kelola, dan sertifikasi sehingga pendekatan ini menjadi pendekatan yang kuat untuk perencanaan di masa mendatang.

Artikel ini telah diterbitkan oleh World Economic Forum, dengan judul “Digital Safety Risk Assessment in Action: A Framework and Bank of Case Studies” pada Mei 2023. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

By |

4 Pilar Utama Penciptaan Nilai Keberlanjutan

Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Topik penciptaan nilai berkelanjutan (sustainable value) mencakup seluruh spektrum masalah tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (environmental, social, and governance/ESG). Di Asia Tenggara, topik ini diposisikan di bagian atas agenda dewan direksi, bahkan saat ini menjadi pusat daya saing perusahaan dan kemampuan operasi organisasi.

Dewan direksi terus menghadapi tantangan dari investor dan pemangku kepentingan untuk menjadi lebih proaktif dalam mendorong penciptaan nilai yang berkelanjutan. Harapan investor meningkat dengan meluasnya pengakuan bahwa faktor ESG memberikan wawasan penting tentang bagaimana suatu organisasi mendorong dan melindungi nilainya. Namun, jika pengungkapan tidak dilaksanakan dengan efektif, investor tidak dapat menilai risiko tersebut secara efektif pula.

Bagi dewan direksi dan tim manajemen, memiliki seperangkat metrik ESG yang konsisten tidak hanya akan menunjukkan komitmen, tetapi juga memungkinkan pengukuran kinerja. Hal ini akan membantu mereka berkomunikasi dengan pemangku kepentingan tentang pertimbangan keberlanjutan yang diintegrasikan dengan strategi, manajemen risiko, dan operasi.

Empat Pilar Paradigma Baru

A. Prinsip-Prinsip Tata Kelola

Karena fokus tujuan korporasi bergeser ke arah penciptaan nilai jangka panjang dan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosialnya, organisasi semakin diharapkan untuk mendefinisikan tujuan mereka dengan cara yang mengintegrasikan dampak sosial ini ke dalam inti bisnis mereka, dan menanamkan tujuan mereka ke seluruh strategi dan operasi mereka.

Sesungguhnya, konsep-konsep ini menjadi semakin menonjol dengan menyebarnya pandemi global COVID-19, yang telah membuat hubungan timbal balik antara perusahaan, komunitas, karyawan, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya menjadi sangat jelas. Pandemi memudahkan kita untuk memahami bahwa tidak ada cara untuk bertahan dan berkembang tanpa pemangku kepentingan. Yang terpenting, pandemi memunculkan ketegangan antara kebutuhan pemegang saham dan pemangku kepentingan sekaligus mengelola tujuan finansial dan nonfinansial serta menyeimbangkan kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang.

B. Planet

Melindungi planet dari degradasi merupakan prioritas mendesak untuk mendukung kebutuhan generasi sekarang dan masa depan. Seiring dengan meningkatnya visibilitas dampak bisnis pada planet dan meluasnya tanggung jawab perusahaan, risiko bisnis yang terkait dengan kegagalan menunjukkan pemahaman yang baik dan respons terhadap dampak lingkungan pun meningkat.

Salah satu tren yang dipercepat oleh Covid-19 adalah meningkatnya kesadaran bahwa organisasi perlu fokus lebih intens pada isu lingkungan dan iklim. Namun, untuk memahami relevansi dampak lingkungan terhadap penciptaan nilai jangka panjang dan kelangsungan komersial, organisasi perlu mempertimbangkan dampak di luar rantai nilai tempat mereka beroperasi. Mereka juga perlu memperluas fokus ke seluruh rantai nilai produk dan layanan untuk mempertahankan keberhasilan komersial

C. Manusia

Tenaga kerja menciptakan nilai finansial dan nonfinansial yang penting bagi kinerja bisnis dan keunggulan kompetitif organisasi. Mereka juga memungkinkan mengurangi risiko, mempertahankan lisensi untuk beroperasi, dan memperkuat hubungan dengan pemangku kepentingan.

Hubungan manusia dan keberadaan Covid-19 menghasilkan keadaan yang baru. Pandemi mempercepat cara-cara kerja yang lebih fleksibel serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di tempat kerja. Selain itu, organisasi diharapkan untuk menegakkan hak asasi manusia (HAM), membina tempat kerja yang beragam dan inklusif, serta menawarkan penciptaan nilai, kesempatan untuk berkembang, dan kemajuan nyata di setiap bidang.

D. Kemakmuran

Pertumbuhan ekonomi harus dibangun atas dasar lapangan kerja yang layak, produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, serta inovasi dan transformasi model bisnis untuk menciptakan nilai bersama bagi semua. Bisnis tidak akan berhasil dalam masyarakat yang sedang gagal. Oleh karena itu, organisasi memiliki peran penting dalam mencapai visi untuk menumbuhkan ekonomi yang kuat, inklusif, dan transformatif.

Kini, makin banyak pemimpin bisnis menyadari bahwa nilai sejati organisasi terletak pada banyak aset tak berwujud.. Namun, banyak pula organisasi yang tidak sepenuhnya menangkap aset ini dalam pengukuran dan pelaporan. Kurangnya pemahaman ini dapat mengakibatkan kesalahan perhitungan yang serius. Sebaliknya, dengan meningkatkan pengukuran dan pelaporan metrik serta pengungkapan, organisasi dan pemangku kepentingan dapat menerjemahkan nilai ini ke dalam bahasa bisnis dengan lebih baik.

Penciptaan Nilai Berkelanjutan

Fungsi dewan direksi secara tradisional telah dan tetap menjadi salah satu fungsi pengawasan dan pengelolaan. Pertimbangan cermat terhadap kebutuhan pemangku kepentingan yang lebih luas akan mendorong nilai bagi pemegang saham. Para direktur harus menggunakan kesempatan tersebut untuk mempromosikan keterlibatan yang efektif dan transparan dengan investor.

Untuk itu, nilai keberlanjutan harus ditetapkan terlebih dahulu. Ada lima langkah utama yang harus diambil oleh dewan direksi untuk merangkul penciptaan nilai berkelanjutan, yaitu

  1. mulai dengan tujuan,
  2. atur dari bagian atas,
  3. fokus pada prioritas utama keberlanjutan,
  4. tanamkan keberlanjutan dalam praktik tata kelola dewan, serta
  5. buat komitmen untuk keterlibatan dan komunikasi terbuka.

Secara umum, komitmen terhadap penciptaan nilai berkelanjutan memerlukan penyediaan pengungkapan yang transparan dan berkualitas tinggi. Di situlah letak peluang nyata untuk merangkul keberlanjutan, yaitu dengan memungkinkan dewan dan manajemen berkomunikasi lebih baik. Sebagai permulaan, dewan direksi hendaknya mempertimbangkan penyusunan pemikiran mereka di sepanjang empat pilar utama.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Deloitte, dengan judul “Embracing sustainable value creation in the boardroom” pada April 2021. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

By |

Daftar Risiko Teratas 2024

Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Berdasarkan survei global oleh Protoviti terhadap para eksekutif dan direktur C-level dalam hal pengaruh hambatan ekonomi, masalah talenta, teknologi baru, ancaman dunia maya, dan peristiwa geopolitik, berikut adalah daftar risiko teratas (top risk) 2024.

  1. Kondisi ekonomi dapat secara signifikan membatasi peluang pertumbuhan.
  2. Kemampuan organisasi untuk mempertahankan talenta terbaik, mengelola perubahan ekspektasi tenaga kerja, dan mengatasi tantangan suksesi dapat membatasi kemampuan mencapai target operasional.
  3. Organisasi mungkin tidak cukup siap mengelola ancaman siber yang dapat merusak merek.
  4. Risiko pihak ketiga yang timbul akibat ketergantungan pada outsourcing dan pengaturan kemitraan strategis dapat mencegah tercapainya target organisasi.
  5. Perubahan regulasi dan pengawasan secara signifikan memengaruhi proses produk atau layanan dirancang dan diproduksi.
  6. Penerapan teknologi digital mungkin memerlukan keterampilan baru yang terbatas sehingga memerlukan upaya signifikan untuk meningkatkan keterampilan karyawan.
  7. Operasi dan infrastruktur teknologi informasi (TI) lama mungkin tidak memenuhi harapan kinerja sebaik pesaing di era digital.
  8. Lingkungan suku bunga saat ini mungkin memiliki dampak signifikan terhadap biaya modal dan operasi organisasi.
  9. Peningkatan biaya tenaga kerja yang diantisipasi dapat memengaruhi kemampuan untuk memenuhi target profitabilitas.
  10. Kepatuhan terhadap peraturan privasi data mungkin memerlukan sumber daya yang signifikan untuk merestrukturisasi cara data dikumpulkan dan digunakan.

Kekhawatiran ekonomi menempati posisi risiko teratas, menggantikan risiko talenta dan masalah suksesi (naik dari posisi kedua pada 2023). Maka, kebijakan bank sentral difokuskan pada penanggulangan inflasi yang disebabkan oleh:

  • peningkatan biaya tenaga kerja;
  • program stimulus pemerintah yang besar;
  • pengurangan risiko ketergantungan negara-negara Barat terhadap Tiongkok, konflik regional, dan perkembangan lain di kawasan lanskap geopolitik; dan
  • peningkatan harga tempat tinggal, makanan, dan energi.

Kekhawatiran ekonomi melingkupi seputar lingkungan suku bunga yang secara signifikan memengaruhi biaya modal dan operasi organisasi. Sementara itu, risiko yang berkaitan dengan manusia tetap menjadi perhatian utama, sedangkan budaya menjadi prioritas kedua. Penurunan risiko terkait budaya kemungkinan terjadi karena organisasi menekankan peningkatan ketahanan dan kesadaran risiko karyawan dalam lingkungan bisnis yang berkembang pesat.

Risiko di peringkat kedua pada daftar 2024—menemukan dan mempertahankan talenta yang tepat—sangat relevan di era terkini. Organisasi harus menemukan strategi untuk menciptakan daya tarik bagi jenis talenta unik yang mereka butuhkan.

Sementara itu, keamanan siber menjadi perhatian utama dalam jangka pendek. Ancaman siber kini menempati peringkat risiko ketiga pada 2024 (naik dari peringkat ke-15 pada tahun lalu). Peningkatan posisi ini i mencerminkan meningginya kesadaran terhadap lanskap risiko siber yang dipengaruhi oleh kurva eksponensial kemajuan teknologi.

Kekuatan lain, seperti meningkatnya ketergantungan pada pihak ketiga, juga berkontribusi terhadap lanskap ancaman. Hal yang sama terjadi pada kondisi geopolitik, termasuk dengan adanya kepentingan nasional yang saling bersaing, hingga terorisme global yang memengaruhi penilaian risiko siber di wilayah dan negara tertentu.

Kekhawatiran atas pengawasan regulasi juga meningkat dalam jangka pendek. Risiko regulasi menurun selama pandemi Covid-19 karena banyaknya kekhawatiran risiko lainnya yang lebih tinggi. Meski begitu, kekhawatiran ini menyebar luas di seluruh industri.

Di sisi lain, peristiwa geopolitik mendorong perubahan penting dalam persepsi risiko. Tren penting dalam hasil survei global daftar risiko teratas tahun ini adalah mengenai apa yang terungkap dari temuan sebelum dan sesudah 7 Oktober 2023, yaitu ketika peristiwa di Israel dan Gaza meletus. 

Survei ini—seperti tahun-tahun sebelumnya—menunjukkan adanya variasi dalam perspektif di seluruh kelompok industri dan wilayah di dunia. Selain itu, terdapat perbedaan perspektif di antara para direktur dan eksekutif C-level mengenai tingkat keparahan risiko pada 2024. Hal ini menunjukkan perlunya dialog di tingkat tertinggi organisasi untuk memastikan bahwa semua orang yang terlibat memiliki pemahaman yang sama mengenai risiko perusahaan yang kritis.

Pertimbangan untuk Dewan

Dalam 1 tahun ke depan, kita akan menghadapi ketidakpastian ekonomi, masalah talenta, ancaman dunia maya, risiko pihak ketiga, serta masalah regulasi dan teknologi. Keseluruhan aspek tersebut menjadi hal yang paling menyita perhatian di jajaran C-level.

Untuk itu, dewan direksi harus mempertimbangkan tema risiko dan evaluasi fokus pengawasan risiko. Jika pimpinan senior organisasi belum mengidentifikasi atau memprioritaskan masalah sebagai hal yang perlu dipertimbangkan, direktur harus bergerak untuk mempertimbangkan relevansinya dengan strategi perusahaan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Protiviti, dengan judul “The Top Risks for 2024: Risk Priorities Are Shifting” pada 10 Januari 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.

By |
Go to Top