Pada Jumat, 5 Desember 2024, kali ini RISKHub menjadi bagian dari Risk Beyond 2024 yang diselenggarakan sebagai konferensi internasional ke-14 tentang manajemen risiko perusahaan, yang dirancang untuk memberikan wawasan yang luas kepada para praktisi tata kelola, risiko, dan kepatuhan.
Wawasan dan pandangan yang menjadi topik dalam acara ini menyangkut masalah-masalah tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan (governance, risk management, and compliance/GRC).
Risk Beyond 2024 diadakan oleh Enterprise Risk Management Academy (ERMA) dengan tema “Sustainable Symphony: Echoes of Change” yang membahas perjalanan transformatif ide-ide inovatif untuk mengorkestrasi masa depan tangguh dan berkelanjutan. Program ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para profesional risiko dari berbagai fungsi perusahaan.
Beberapa tokoh profesional dalam bidang risiko hadir dalam gelaran ini, termasuk narasumber Lew Shu Yuan yang menjabat sebagai Vice President and Strategic Risk Consulting di Marsh Advisory, Asia.
Lew Shu Yuan: Yakinkan Stakeholder bahwa Manajemen Risiko Beri Perlindungan
Dalam paparan yang berjudul “Building Sustainable Systems: The Convergence of ESG, ERM, and Internal Controls”, Shu Yuan menyebutkan enam pilar yang diyakini Marsh, yaitu manajemen risiko perusahaan (enterprise risk management/ERM), iklim dan keberlanjutan, manajemen krisis, konsultasi risiko sekuritas, manajemen kelangsungan bisnis (business continuity management/BCM), serta siber. Dalam praktiknya, Marsh menekankan hubungan internal yang kuat antara manajemen tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (environmental, social, and governance/ESG), ERM, dan kontrol internal.
Dalam hal keberlanjutan bidang ESG, terdapat tiga area secara umum yang kerap disoroti keseimbangannya: planet, masyarakat, dan keuntungan. Lingkungan di Planet Bumi beserta sumber daya alam (SDA) di dalamnya perlu dipastikan digunakan secara masuk akal. Dalam hal masyarakat, hak-hak dasar dan asasi harus menjadi perhatian utama. Pada bahasan keuntungan, dampak keuangan harus mendukung kemajuan ekonomi, yaitu dengan menciptakan lapangan pekerjaan, inovasi, dan kemakmuran. Dengan menerapkan pola pikir ESG, beberapa manfaat dapat diraih perusahaan, antara lain, memfasilitasi pertumbuhan top-line dan mengurangi biaya operasional.
Dengan merujuk pada risiko teratas (top risks), setidaknya dalam 5 tahun terakhir, kita mengetahui bahwa risiko yang terlibat mencakup risiko lingkungan dan risiko sosial. Di samping itu, manajemen risiko tradisional pun harus mulai mempertimbangkan aspek-aspek lain, misalnya keberadaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Sementara itu, kerangka manajemen risiko—baik desain maupun implementasinya—telah dijelaskan melalui serangkaian prinsip dan panduan dalam ISO 31000. ISO ini memaparkan lingkup, konteks, dan kriteria serta penilaian risiko dan perlakuan risiko.
Keterlibatan kontrol dan audit internal perusahaan muncul dalam three lines of defence. Pada line pertama, siapa pun bisa dirujuk apabila terlibat dalam manajemen risiko harian. Pada line kedua, situasi lebih terpusat karena terdapat perspektif dan pengetahuan baru yang dapat disampaikan ke line pertama. Terakhir, pada line ketiga, fungsi tinjauan mandiri (independent review) dijalankan, termasuk untuk melihat fungsi manajemen risiko yang sudah berjalan dan fokus mana yang perlu diperhatikan.
Dalam hal kerangka proses, terdapat kesamaan antara ERM, ESG, dan audit internal. Untuk membangun panduan sistem kontrol internal yang efektif, COSO merilis kerangka Pelaporan Keberlanjutan Kontrol Internal (Internal Control Over Sustainability Reporting/ICSR). Panduan ini melingkupi aspek kontrol lingkungan, penilaian risiko, kontrol aktivitas, informasi dan komunikasi, serta aktivitas pemantauan.
Strategi ESG memang mudah disiapkan oleh setiap perusahaan, tetapi pencapaiannya tidak selalu mulus. Jika diperhatikan kembali, hal ini mungkin terjadi karena ketidakjelasan dalam tujuan awal. Itulah risiko yang sebenarnya harus dihadapi. Untuk itu, mitigasi menjadi penting guna menekan risiko dan mengontrol aksi sebagai kontrol internal.
Dari segi masyarakat atau sumber daya manusia (SDM), ada beberapa kunci sukses yang dapat dimaksimalkan. Salah satunya adalah tone from the top, yang menjelaskan kepemimpinan dengan model walking the talk dan dapat mendorong semua pihak yang terlibat untuk mengangkat sebuah masalah guna diselesaikan, tanpa takut terkena masalah lainnya.
Hal lain yang tak kalah penting adalah merangkul ERM, ESG, dan audit internal dari aspek ini. Cara melakukannya bisa dimulai dari hal kecil yang berfokus pada proses dengan risiko tinggi, sebelum akhirnya melakukan implementasi mekanisme. Ini dapat berlaku pada, antara lain, indikator kinerja utama (key risk indicators), self-assessment, dan kuesioner.
Keberhasilan dari langkah-langkah kecil itu harus ditingkatkan, mengingat manajemen risiko memiliki aturan untuk terus berlangsung (continuous) dan konsisten. Yang perlu dilakukan kemudian adalah meyakinkan pemangku kepentingan (stakeholder) bahwa manajemen risiko akan memberi perlindungan pada semua pihak dalam perusahaan.
Sesi tanya jawab dilakukan setelah pemaparan materi dari narasumber.
Gambar 1. Pemaparan materi oleh Lew Shu Yuan (Vice President and Strategic Risk Consulting di Marsh Advisory, Asia).
Gambar 2. Pemaparan materi oleh Fadjar Proboseno (Chief Executive Officer of Risk Resolution).