Penulis : Winsky

Artikel ini merupakan seri pertama dari empat seri artikel dari Webminar Padjajaran Accounting Business Series (PABS) di mana empat pembicara memberikan paparan dan pandangan masing-masing yaitu Dr. Antonius Alijoyo, Dr. Nanang Herawanto, Dr. Nanny Dewi dan Dr. Tetet Fitrijanti.

Seri ini merupakan pemahaman terhadap paparan dan pandangan Dr. Antonius Alijoyo sebagai perwakilan praktisi Manajemen Risiko. Saat ini beliau menjabat sebagai ketua (chairman) dari berbagai institusi profesi, di antaranya adalah:

  • Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA);
  • Institute of Compliance Professional Indonesia (ICoPI);
  • Indonesia Professional Audit and Control Association (IPACA);
  • Perkumpulan Asosiasi Governansi Indonesia (PAGI)

Selain itu, beliau juga menjabat sebagai komisaris di beberapa perusahaan di antaranya adalah AIG Indonesia dan Tokio Marine Life Indonesia. Beliau juga adalah mantan komite Pemantau Risiko Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), mantan Dewan Audit Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mantan ‘steering committee’ manajemen risiko dan teknologi informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

 

Dalam paparannya, Dr. Antonius Alijoyo menekankan bahwa pebisnis boleh berharap yang terbaik, tetapi bersiap bila yang terburuk terjadi. Berdasarkan sembilan kurva pada business impact scenario, ada dua kemungkinan dampak COVID-19 terhadap bisnis di Indonesia, yaitu:

  1. Kemungkinan terbaik adalah teratasinya penyebaran virus COVID-19 dalam waktu dekat misal bulan Juni 2020 sehingga ekonomi dapat pulih di akhir 2020 atau awal 2020; atau
  2. Kemungkinan terburuk adalah penyebaran virus COVID-19 gagal teratasi dengan cepat misal sampai dengan akhir 2020 atau awal 2021 sehingga resesi ekonomi dunia akan berkepanjangan, mungkin sampai akhir 2022.

Dalam dua kemungkinan di atas, organisasi perlu melihat 5R dalam horison mereka, yaitu:

  • Resolve

Organisasi harus segera mengatasi tantangan dari COVID-19 yang  berdampak pada tenaga kerja, konsumen, teknologi dan partner bisnis.

  • Resilience

Organisasi harus mengelola keuangannya dengan baik, karena dalam situasi seperti ini pengelolaan keuangan yang baik berbanding lurus dengan ketahanan organisasi yang baik juga.

  • Return

Organisasi harus memiliki rencana untuk dapat beradaptasi dengan situasi ketika pandemi COVID-19 ini telah selesai dan seluruh aktivitas bisnis kembali berjalan normal.

  • Reimagination

Organisasi harus membayangkan situasi baru atau dapat disebut ‘a new normal’.

  • Reform

Jika organisasi harus membentuk sebuah aktivitas bisnis baru, maka pikirkan bentuk seperti apa yang akan dibuat oleh organisasi.

 

Pada saat organisasi menghadapi kondisi yang disebut ‘a new normal’, ada beberapa langkah yang dapat organisasi lakukan. Langkah tersebut dapat dilihat  dari seberapa besar dan seberapa lama dampak COVID-19 yang mempengaruhi perekonomian dan model bisnis suatu organisasi. Secara umum, menurut report dari McKinsey – organisasi anda dapat memilih salah satu di antara empat langkah persiapan berikut:

  • Mengubah model bisnis
  • Mempertahankan aktivitas bisnis dan kegiatan operasional
  • Membentuk bisnis baru
  • Merestruktur perusahaan

 

 

Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat. Salam.