Penulis: Aprilia Kumala & Sekretariat IRMAPA.

RiskHub International Webinar dengan tema “ESG Integration in Risk Management: A Practical Exploration” diselenggarakan oleh Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) dan Enterprise Risk Management Academy (ERMA) pada Rabu (13/3). Dengan dipimpin oleh MC Tasha Christina, acara ini diawali dengan sambutan oleh Antonius Alijoyo (Ketua ERMA) dan Douglas Ure (CEO Marsh Indonesia).

Dalam sambutannya, Antonius Alijoyo menyoroti hubungan antara sustainable development goals (SDG); environmental, social, governance (ESG), dan governance, risk management, compliance (GRC). Disebutkannya, SDG merupakan agenda global yang menjadi tanggung jawab dan tugas milik bersama. Maka, untuk mencapai tujuan tersebut, sebuah kerangka kerja diperlukan, yaitu apa yang kita kenal sebagai ESG. Pelaksanaan ESG tersebut mencakup komponen pada GRC demi tercapainya tujuan yang dapat diukur melalui indikator.

Douglas Ure, sementara itu, menyebutkan ada sejumlah aspek praktis dari nilai-nilai ESG dalam strategi manajemen risiko. Integrasi ESG pun telah menjadi pertimbangan penting bagi bisnis-bisnis yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Agenda selanjutnya dari RISKHub yang terselenggara berkat dukungan dari Marsh, Center for Risk Management Studies (CRMS), LSP MKS, dan WAY Academy ini adalah pemaparan materi oleh dua narasumber, yaitu Graeme Riddell (Climate and Sustainability Consulting Leader, Marsh Advisory Asia) dan Ignasius Jonan (Presiden Komisaris Marsh Indonesia). Sesi ini dimoderatori langsung oleh Charles R. Vorst (Ketua IRMAPA).

Graeme Riddell: Risiko Iklim “Menyentuh” Perusahaan

World Economic Forum, bekerja sama dengan Marks and Clements, menerbitkan laporan dari survei persepsi risiko global. Di Indonesia, pelemahan ekonomi (economic downturn) merupakan jenis risiko terbesar yang ada di benak masyarakat (top of mind), diikuti oleh cuaca ekstrem, penyakit menular, kekurangan pasokan energi, dan pengangguran. 

Risiko-risiko iklim umumnya “menyentuh” perusahaan dalam beberapa bentuk vektor. Pertama, risiko fisik yang merupakan kejadian cuaca ekstrem dan jenis perubahan kronis. Kedua, risiko transisi, yaitu risiko terhadap model bisnis yang tidak dapat beroperasi di masa depan karena pergeseran ke arah nol. Ketiga, risiko tanggung jawab yang merujuk pada tanggung jawab bisnis dari pemegang saham. 

Terdapat sejumlah pendekatan untuk mengintegrasikan risiko ESG dan iklim. Pertama, tentukan risiko material. Kedua, tentukan risk driver lintas sektor. Ketiga, tentukan integrasi sebagai subkategori dari risiko yang sudah ada. Langkah-langkah ini dapat dilakukan dengan, misalnya, memasukkan sub-risiko ke dalam kelas risiko material yang sudah dimiliki. Sebagai contoh, ketika berbicara tentang risiko kredit, risiko yang akan digunakan adalah risiko keuangan iklim yang terkait dengan kinerja kredit.

Ignasius Jonan: Perubahan Iklim Amat-Sangat Penting

Dari Harvard Business Review, dalam artikel Hubert Jolley yang berjudul “The Heart of Business”, disebutkan bahwa tujuan perusahaan sekarang ditentukan oleh empat hal, yang juga didorong oleh fakta bahwa—15 tahun yang lalu—generasi milenial atau Gen Y sudah mulai masuk ke dalam kelas pekerja. Pertama, cari tahu apa yang dibutuhkan dunia. Kedua, pastikan apa yang menjadi keunikan perusahaan yang sedang dibangun. Nilai unik harus bertahan dari waktu ke waktu. Ini adalah posisi dinamis, bukan statis. 

Ketiga, tentukan bagaimana perusahaan dapat menciptakan nilai ekonomi. Keempat, temukan apa yang menjadi passion orang-orang di perusahaan. Gen Y dan Gen Z, misalnya, adalah orang-orang dengan aspirasi yang berbeda. Mereka adalah orang-orang yang lebih terdidik dibanding generasi sebelumnya, misalnya untuk memahami lingkungan. Sebagai contoh sederhana, mereka kerap membawa botol minum sendiri demi menghindari penggunaan kemasan plastik. 

Dalam hal ESG, jika organisasi tidak menerapkan tata kelola secara baik, organisasi tersebut tidak akan dengan mudah mencapai atau memenuhi isu-isu lingkungan. Maka, bagi apa pun jenis organisasi, kepatuhan terhadap tata kelola sangat diperlukan. Selain itu, sektor bisnis juga diharapkan membantu dan bekerja sama dengan pemerintah untuk memerangi perubahan iklim. Artinya, dalam perusahaan terkait dan perusahaan secara umum, jabatan yang menjadi pengambil keputusan seharusnya merupakan orang yang memikirkan nasib generasi mendatang. 

Gambar 1. Kata sambutan oleh Dr. Antonius Alijoyo (Chairperson ERMA)

Gambar 2. Kata sambutan oleh Douglas Ure (CEO Marsh Indonesia)

Gambar 3. Pemaparan materi oleh Graeme Riddell (Climate & Sustainability Consulting Leader, Marsh Asia)

Gambar 4. Pemaparan materi oleh Ignasius Jonan (President Commissioner, Marsh Indonesia)

Gambar 5. Sesi diskusi & tanya jawab