Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Risiko geopolitik semakin menjadi perhatian bagi para investor dan manajer risiko. Ketidakstabilan politik, kebijakan ekonomi yang berubah-ubah, serta konflik global dapat mempengaruhi keputusan investasi dan tingkat pengembalian yang diharapkan.

Mengapa Risiko Geopolitik Penting?

Dalam dua dekade terakhir, globalisasi telah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mendorong ekspansi investasi ke berbagai negara. Namun, semakin luasnya cakupan investasi juga membawa risiko tambahan.

Beberapa sektor, seperti minyak, gas, dan logam mulia, sangat rentan terhadap ketidakstabilan politik dan perubahan kebijakan ekonomi. Jika sebuah negara mengalami konflik politik atau perubahan regulasi mendadak, investasi di sektor tersebut bisa terkena dampak besar. Oleh karena itu, memahami dan mengelola risiko geopolitik menjadi kunci dalam pengambilan keputusan investasi.

Cara Mengukur Risiko Geopolitik

Menilai risiko geopolitik bukan perkara mudah karena banyak faktor yang berperan, antara lain:

  • Ketidakstabilan politik: Kualitas kepemimpinan, kekuatan legislatif, konflik internal, kebebasan pers, korupsi, dan ketegangan sosial.
  • Ketidakpastian ekonomi: Rasio utang, inflasi, ketimpangan pendapatan, dan ketergantungan terhadap sumber daya tertentu.

Untuk menganalisis risiko geopolitik, investor menggunakan data dari berbagai sumber seperti IMF, Bank Dunia, dan lembaga pemeringkat kredit. Karena data dari masing-masing sumber bisa berbeda, metode yang sering digunakan adalah merata-ratakan nilai dari berbagai referensi agar hasilnya lebih objektif.

Risiko dan Pengaruhnya terhadap Pengembalian Investasi

Untuk memahami dampak risiko geopolitik terhadap investasi, digunakan konsep Risk-Adjusted Return on Investment (RARoI), yang memperhitungkan:

  1. Return on Investment (ROI): Tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh investasi di suatu negara.
  2. Tingkat pengembalian bebas risiko: Contohnya adalah imbal hasil obligasi AS, yang sering dijadikan acuan.

Sebagai contoh, ROI sebesar 20% di AS dianggap relatif aman karena stabilitas ekonominya. Namun, investasi di negara dengan risiko tinggi seperti Zambia mungkin memerlukan premi risiko tambahan sebesar 25%, sehingga total RARoI menjadi 45%. Sebaliknya, investasi di negara yang lebih stabil seperti Swiss bisa memiliki RARoI hanya 17% karena risikonya lebih rendah.

Contoh Kasus Nyata

Beberapa kejadian nyata menunjukkan bagaimana risiko geopolitik dapat mempengaruhi investasi:

  • Tambang Tembaga Cobre di Panama: Ditutup paksa pada 2023 akibat kebijakan pemerintah, menyebabkan kerugian besar bagi investor. Hal ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan premi risiko dalam investasi di sektor pertambangan.
  • Investasi Private Equity di Rusia: Awalnya menghasilkan 28% per tahun, tetapi akhirnya jatuh menjadi nol setelah dua tahun akibat ketidakstabilan geopolitik dan sanksi ekonomi.

Risiko geopolitik memiliki dampak signifikan terhadap pengembalian investasi, terutama di sektor yang membutuhkan modal besar seperti sumber daya alam dan infrastruktur. Investor harus mempertimbangkan faktor geopolitik dalam setiap keputusan investasi agar dapat memitigasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan.

Dengan analisis yang tepat, risiko geopolitik bisa dikelola dengan lebih baik, sehingga investasi tetap menguntungkan meskipun di lingkungan yang penuh ketidakpastian.

Artikel ini telah diterbitkan oleh PRMIA,  dengan judul Geo-political Risk-adjusted Returns on Investment.