Penulis: Charles R. Vorst, MM., BCCS, CERG, ERMCP, QCRO, QRGP, CCGO, CGOP – Sekretaris Jenderal IRMAPA.

Kamis, 21 Februari 2019, menjadi hari penting bagi Forum Manajemen Risiko Badan Usaha Milik Negara, atau disingkat FMR-BUMN, dan praktisi manajemen risiko di Indonesia pada umumnya. Pada hari tersebut, forum yang beranggotakan para Risk Manager di BUMN ini untuk pertama kalinya menyelenggarakan Forum Diskusi Manajemen Risiko, sebuah acara yang rencananya akan diselenggarakan secara rutin untuk mewadahi diskusi antar praktisi manajemen risiko di Indonesia, khususnya mereka yang berkarya di BUMN.

Acara berlangsung di kantor pusat PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang kebetulan menjadi tuan rumah pertama, dengan mengusung tema “Risiko Pembentukan Holding Company”. Dihadiri oleh jajaran direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan ± 150 hadirin, acara diawali laporan Ketua Umum FMR-BUMN, Bapak Doni Muhardiansyah, dari PT Pupuk Indonesia Holding Company (Persero) dan kemudian dibuka secara resmi oleh Bapak Alex Denni, Direktur SDM & Umum Jasa Marga. Sebagai keynote speaker, hadir Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultasi, Bapak Dr. Gatot Trihargo, yang juga merupakan Dewan Pembina FMR-BUMN, dengan paparan berjudul “Risk Management Holding Company BUMN”.

Para hadirin juga berkesempatan untuk bertanya-jawab lebih lanjut dalam sebuah diskusi panel dengan narasumber para praktisi manajemen risiko yang memiliki eksposur di bidang pengelolaan risiko grup perusahaan, yaitu Bapak Haryo Baskoro dari Astra Group, Bapak Rio Ekasaputra dari Sinarmas Group, dan Bapak Bintoro Nurcahyo dari BRI. Adapun diskusi dipandu oleh moderator, Ibu Merry Natacha Panjaitan dari Jasa Marga, yang juga merupakan Dewan Pengurus FMR-BUMN.

Beberapa catatan penting yang hendak penulis bagikan dari diskusi maupun keynote di atas adalah sebagai berikut:

  1. Pembentukan perusahaan induk ditujukan untuk membangun sinergi antar perusahaan dalam rangka meningkatkan daya saing agar dapat lebih kompetitif, bukan untuk menambah jenjang birokrasi internal yang menyebabkan perusahaan menjadi tidak gesit (agile). Inipun yang menjadi dasar strategi “holding-isasi” Kementerian BUMN terhadap BUMN di Indonesia agar BUMN dapat lebih tangguh dalam persaingan regional / global;
  2. Adapun risiko-risiko terkait pembentukan perusahaan induk berada di tataran strategis, seperti risiko tata kelola, risiko pengawasan induk terhadap anak, risiko perpajakan, risiko keuangan yang berdampak sistemik, risiko hukum, serta risiko penyelarasan / penyatuan budaya perusahaan dan SDM;
  3. Praktisi manajemen risiko mengambil peran penting membantu manajemen puncak, terutama di induk, dan di tiap entitas dalam grup, dalam memastikan risiko grup dan intra-grup termonitor dan terkelola dengan baik;
  4. Dalam menjalankan peran tersebut, praktisi manajemen risiko perlu memiliki keterampilan dalam merancang struktur tata kelola risiko (risk governance structure) yang memungkinkan pengelolaan risiko di dalam grup berlangsung secara terintegrasi dengan tetap memperhatikan karakteristik spesifik manajemen risiko yang menjadi kebutuhan di masing-masing entitas;
  5. Berbagai aspek dapat menjadi faktor kesuksesan dan kegagalan sebuah grup perusahaan, namun satu yang utama dan paling berpengaruh adalah aspek kepemimpinan manajemen puncak di perusahaan induk. Dalam hal ini, hendaknya manajemen puncak merupakan seorang pemimpin (leader), bukan pimpinan, yang menjadi panutan, termasuk di dalamnya dalam hal kepemimpinan di bidang manajemen risiko (risk leadership).

Pada kesempatan ini, IRMAPA dan FMR-BUMN juga menandatangani MoU tentang pengembangan kompetensi manajemen risiko di BUMN. Adapun IRMAPA senantiasa memberikan dukungan kepada inisiatif FMR-BUMN sebagai wujud nyata komitmen IRMAPA, sebagai komunitas profesional bidang manajemen risiko di Indonesia, untuk aktif berkontribusi bagi bangsa ini.

Selamat kepada FMR-BUMN, teruslah berkiprah bagi Indonesia tercinta!

12

– Deputi Menteri BUMN, Bapak Dr. Gatot Trihargo, Ak., MAFIS, CA, QIA, CFE, membawakan keynote speech

13 Diskusi panel (kiri ke kanan): Bapak Haryo Baskoro, Bapak Rio Ekasaputra, Bapak Bintoro Nurcahyo, Ibu Mery N. Panjaitan –
14

Penandatanganan MoU oleh Ketua Umum FMR-BUMN (kiri) dan Sekretaris Jenderal IRMAPA –