Pada Rabu, 4 Juni 2025, acara  Webinar Bedah Buku Meniti Maturitas Mengawal Akuntabilitas: Audit Sektor Publik dalam Perspektif Praktik diselenggarakan oleh Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) bersama WAY Academy dan MRPN Center.

Acara dipimpin oleh MC Adhi Saputro dan dibuka dengan sambutan langsung dari Dr. Antonius Alijoyo selaku pendiri CRMS Indonesia. 

Dalam sambutannya, Antonius Alijoyo menyoroti aktivitas “mengawal akuntabilitas” sebagaimana tertera dalam buku yang akan dibedah—karya Dr. Hery Subowo, Presiden Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Indonesia Chapter. Dari segi penyelenggaraan audit, ukuran akuntabilitas adalah mendapat predikat wajar tanpa pengecualian (WTP). 

Dalam buku Meniti Maturitas Mengawal Akuntabilitas: Audit Sektor Publik dalam Perspektif Praktik, langkah-langkah mengawal akuntabilitas akan dijelaskan, mulai dari predikat yang sebelumnya WTP agar menjadi WTP hingga langkah mempertahankan predikat tersebut. Antonius berharap, melalui acara ini, peserta dapat mempelajari pengalaman Hery Subowo dalam meningkatkan efektivitas untuk menjaga transparansi akuntabilitas. Terlebih, buku ini juga membahas pemberantasan korupsi yang banyak ditemukan di Indonesia.

Acara bedah buku dilanjutkan dengan narasumber utama Dr. Hery Subowo selaku penulis buku Meniti Maturitas Mengawal Akuntabilitas: Audit Sektor Publik dalam Perspektif Praktik, dengan moderator Direktur Program WAY Academy Fitri Sawitri.

Hery Subowo: 50 Bab dalam 5 Bagian Utama

Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sedunia—International Organization for Supreme Audit Institutions (INTOSAI)—mengenal tingkat kematangan, mulai dari fungsi dasar (oversight) hingga insight dan foresight. Disampaikan oleh Hery Subowo, “Fungsi oversight yang saya tulis di buku ini adalah bagaimana korupsi diberantas, akuntabilitas dijaga, juga untuk mendorong perbaikan kinerja.” Menurutnya, jika BPK makin matang, BPK memiliki peluang untuk menjadi pusat rujukan melalui pandangan-pandangan alternatif yang strategis, yang bisa dimanfaatkan oleh semua stakeholder. 

Penulisan buku Meniti Maturitas Mengawal Akuntabilitas: Audit Sektor Publik dalam Perspektif Praktik melibatkan pengalaman Hery dalam melakukan audit sektor publik bidang pemerintahan, khususnya keuangan daerah. Dari 50 bab yang ditulis, Hery membaginya ke dalam lima bagian utama, yaitu (1) “Memulai dengan Totalitas”, (2) “Mendukung Korupsi Diberantas”, (3) “Memastikan Transparansi Akuntabilitas”, (4) “Mendorong Kinerja Entitas”, dan (5) “Menyiapkan Beragam Kapasitas”. Isi buku ini diawali oleh sambutan sejumlah tokoh, yaitu Ketua BPK, Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntansi Indonesia (DPN IAI), Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan (IBIK), dan Rektor Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), serta dilengkapi dengan prolog dan epilog oleh Wakil Ketua BPK.

Hery Subowo mengurai isi tiap-tiap bab secara umum dalam penyusunan buku utuh. Pada bab 1, dirinya menjelaskan alur untuk memulai dengan totalitas. Langkah yang ditulisnya dimulai dengan merefleksikan amanah jabatan sebelum memetakan kondisi perwakilan. Setelah mengonsolidasi potensi sumber daya manusia (SDM), Hery menyebutkan perlunya memerhatikan arahan pimipinan, memperkuat kolaborasi sejawat, menjalani koordinasi stakeholder, dan memperluas network informal. Tak lupa, dia juga menyinggung kebutuhan untuk menyerap kearifan lokal dan memperoleh dukungan keluarga.

Dalam pembahasan pemberantasan korupsi, Hery memaparkan hakikat korupsi beserta peran oversight yang telah disebutkan sebelumnya. Buku ini menyarankan pembentukan internal audit (IA) task force dan pelaksanaan pemeriksaan investigatif. Selanjutnya, Hery menekankan perlunya memenuhi permintaan Direktorat Pengelolaan Kas Negara (PKN), memberikan keterangan ahli, dan menggalang sinergi lintas instansi. Di samping itu, risiko fraud perlu dipetakan untuk meningkatkan public awareness dan mendukung potensi anti fraud.

Pada bab 3, Hery membahas transparansi akuntabilitas yang dimulai dengan menunaikan mandatory audit dan merintis strategi road to WTP. Audit dukungan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) perlu juga dilakukan, sebagaimana metodologi proaktif harus diterapkan. Komunikasi intensif perlu dijalin, serta mutu pemeriksaan perlu dikendalikan pada tahap ini. Selanjutnya, Hery mendorong pelengkapan pedoman pemeriksaan, upaya entitas, komitmen pimpinan, serta pelurusan mispersepsi opini.

Bagaimana dengan aktivitas kinerja entitas? Hery, dalam buku ini, menulis mengenai pentingnya memperbanyak pemeriksaan kinerja dan menentukan objek pemeriksaan (obrik) sesuai rencana strategis (renstra). Beragam pendekatan dapat dicoba untuk memperkuat kualitas manfaat. Dampak pemeriksaan selanjutnya dapat diukur dan mendorong reformasi kedua. Hery juga menuliskan perlunya pengawalan program kesehatan pendidikan, peningkatan pelayanan publik, dukungan mitigasi risiko bencana, dan pengawalan keuangan desa.

Pada bab terakhir, Hery menguraikan persiapan beragam kapasitas. Mula-mula, dirinya menyoroti pembinaan SDM, penyediaan fasilitas layanan hukum, hubungan stakeholder yang terawat, pengoptimalan tata usaha, dan kelengkapan sarana prasarana. Selanjutnya, anggaran keuangan perlu dikelola sehingga inisiatif perubahan dapat dikawal dan pengetahuan dapat berkembang. Dengan capaian kerja yang dikelola secara baik, transisi kepemimpinan dapat dipersiapkan.

Setelah pemaparan materi selesai dilakukan, webinar bedah buku ini ditutup dengan sesi diskusi atau tanya jawab.