Penulis: Tiara Rasita Devi & Andiro Pratomo Wibowo

Editor: Aprilia Kumala

Pada 20 April 2022, RISKHub International Webinar diselenggarakan oleh IRMAPA bekerja sama dengan ERMA (Enterprise Risk Management Academy), dan didukung oleh PT Marsh Indonesia , CRMS (Center for Risk Management Studies), serta LSP MKS. Dipimpin oleh MC Tasha Christina, acara ini mengangkat tema Delivering Digital Transformation: Challenges and Opportunities in Financial Industry atau “Mewujudkan Transformasi Digital: Tantangan dan Peluang di Industri Keuangan”.

RISKHub International Webinar ini diawali dengan pembukaan oleh Dr. Antonius Alijoyo selaku Ketua IRMAPA, kemudian dilanjutkan oleh Reynaldi Hartanto selaku Program Director ERMA sebagai moderator dalam webinar ini.

Triyono Gani: Menghadirkan Transformasi Digital

Materi pertama dibawakan oleh Triyono Gani selaku Head of Digital Finance Innovation Group di OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Preesentasi pertama ini memaparkan prediksi 2030 terkait keadaan keuangan dan ekonomi digital sebagai akibat dari perkembangan teknologi. OJK sendiri telah mempersiapkan sejumlah Inisiatif Strategis pada tahun 2021 guna menghadapi berbagai perkembangan dan tantangan di sektor jasa keuangan. Tujuan lainnya juga terkait pada percepatan pemulihan ekonomi nasional. Beberapa strategi yang disebutkan adalah adanya penajaman pengawasan SJK (Sektor Jasa Keuangan) terintegrasi berbasis teknologi informasi, serta percepatan digitalisasi dan optimalisasi ekosistem digital dan literasi digital untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Dalam kesempatan ini, dijelaskan pula manfaat adanya Supervisory Technology (SupTech) yang diterapkan oleh OJK. Beberapa manfaat tersebut adalah terkait dengan dapat dihasilkannya wawasan dan penyempurnaan dalam pembuatan kebijakan, kemampuan untuk melengkapi dan mengontekstualisasikan data dari berbagai sumber, arsitektur data yang aman untuk penyimpanan dan pengambilan, deteksi anomali, analisis market misconduct, serta penanganan pengaduan konsumen melalui saluran digital.

SupTech sendiri, atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Teknologi Pengawasan, adalah penggunaan informasi yang inovatif melalui teknologi oleh pihak yang berwenang atau pengawas dalam melaksanakan tugasnya secara efisien dan/atau efektif. Adapun RegTech, sebuah cara antisipasi lainnya, adalah kepanjangan dari Regulatory Technology dan merupakan penggunaan inovatif atas teknologi informasi oleh industri jasa keuangan untuk melaksanakan kewajiban pelaporan dan kepatuhan terhadap peraturan secara lebih efisien dan/atau efektif. Fungsi utama RegTech meliputi pemantauan peraturan, pelaporan, dan kepatuhan.

Imelda C. Tiongson: Transformasi Bisnis Digital di Industri Keuangan

Presentasi materi kedua dibawakan oleh Imelda C. Tiongson selaku Presiden dan CEO Opal Portfolio Investments.

Wanita yang akrab disapa “Ida” ini menyebutkan perlunya sebuah bisnis berinvestasi di tiga bidang utama untuk menjadi perusahaan yang cerdas, yaitu rangkaian cerdas, teknologi cerdas, dan platform digital. Adapun kegagalan transformasi digital umumnya terjadi akibat 10 alasan utama, yang mencakup tidak jelasnya tujuan transformasi digital, kurangnya keahlian, resistensi internal, pengabaian terhadap pengalaman pelanggan, manajemen senior tidak berdedikasi, dilakukannya digitalisasi terlalu cepat, tidak mengikuti pesaing, tidak memahami kebutuhan pelanggan, tidak mengubah budaya internal, serta menyerah pada (permasalahan) kualitas.

Transformasi besar dilakukan dalam 8 langkah proses. Langkah-langkah ini dimulai dengan menciptakan rasa urgensi, dengan memahami persaingan dan keadaan pasar, serta mengidentifikasi krisis, sebelum menganalisisnya lebih lanjut: apakah dapat menjadi permasalahan potensial atau justru sebuah kesempatan. Langkah berikutnya adalah mengadakan koalisi pemandu, yaitu berupa sejumlah tim untuk mengawal perubahan.

Pembentukan visi dan inisiatif juga penting dilakukan. Pastikan visi lebih dulu dibuat, sebelum inisiatif dan strategi lainnya dikembangkan demi mencapai visi tersebut. Langkah berikutnya adalah mengomunikasikan perubahan visi. Agar transformasi terjadi, langkah nyata diperlukan untuk menghilangkan hambatan yang sekiranya menghadang. Capailah kemenangan-kemenangan jangka pendek dalam prosesnya, lalu lakukan percepatan yang diperlukan dengan tetap melakukan perubahan-perubahan, termasuk perubahan sistem atau perekrutan tenaga kerja baru.

M. Irfan Maulana: Praktik Transformasi Digital

Dengan adanya revolusi industri 4.0, disrupsi digital, daya saing pasar dan model bisnis, serta perubahan teknologi yang cepat, jenis-jenis risiko baru mulai bermunculan. Adanya pandemi COVID-19 yang mengharuskan segala sesuatunya dilakukan secara online/virtual juga menciptakan ide-ide atau inovasi untuk melakukan transformasi secara global.

Beberapa perkembangan teknologi yang saat ini sudah ada, seperti Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, RPA, Internet of Things, dan cloud computing, seiring berjalannya waktu di masa depan akan berubah menjadi metaverse, deep fake, quantum computing, DAO/DEFI, dan CDBC. Namun, ada beberapa tantangan yang mungkin akan dialami untuk melakukan inovasi digital, di antaranya terkait dengan pengiriman uang internasional, AI, pendanaan dan pinjaman, serta pembayaran.

Terdapat banyak definisi dari tranformasi digital. McKinsey mendefinisikan transformasi digital adalah suatu upaya untuk mengaktifkan model bisnis yang ada dengan mengintegrasikan teknologi canggih. Deloitte menyatakan bahwa tranformasi digital adalah cara bisnis di masa depan,, yaitu dengan menggeser pelanggan lama, bisnis, dan model operasi yang ada menjadi kenyataan baru, di mana kelincahan adalah norma, pengalaman manusia adalah fokusnya, teknologi dan data adalah pendukungnya, dan nilai eksponensial adalah hasilnya. Sementara itu, menurut IBM, transformasi digital membutuhkan pendekatan yang berorientasi pada pelanggan dan mengutamakan digital untuk semua aspek bisnis.

Menurut Boston Consulting Group (BCG), 70% inisiatif transformasi digital gagal mencapai tujuannya. Sering kali, kegagalan mereka adalah akibat langsung dari manajemen perubahan yang buruk.

Dalam industri keuangan, khususnya perbankan, proses transformasi untuk beralih dari konvensional menjadi bank digital telah banyak dikembangkan. Hal ini ditandai dengan munculnya layanan mobile banking dan internet banking. Akses untuk menjelajahi layanan perbankan pun dapat dilakukan dengan mudah, hanya dengan aplikasi yang dapat diunduh via AppStore atau Playstore di handphone masing-masing nasabah.

Setelah pemaparan materi selesai dilakukan oleh ketiga narasumber di atas, webinar ini diakhiri dengan sesi tanya jawab.

Gambar 1. Sambutan oleh Ketua ERMA

Gambar 2. Pemaparan materi oleh keynote speaker (Dino Milano Siregar)

Gambar 3. Pemaparan materi oleh narasumber (Imelda C. Tiongson)