Penulis: Cipto Hartono SE As, AAIK, ANZIIF (Snr Associate), AIIS, APAI, QCRO, QRGP, CERG

Ketua Bidang Keanggotaan IRMAPA

Editor: Aprilia Kumala

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang enggan dan “alergi” membicarakan risiko. Risiko digambarkan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, menyusahkan, dan merugikan. Pandangan ini tidak sepenuhnya salah karena selama ini risiko memang dipersepsikan seperti itu. Namun, apa benar risiko hanya akan membuat kita susah?

Menurut definisi ISO 31000:2018, risiko adalah efek dari ketidakpastian pada sasaran. Jika ketidakpastian adalah keadaan di mana kita kurang memahami suatu kondisi atau peristiwa yang biasanya terkait masa depan, efek didefinisikan sebagai penyimpangan dari apa yang diharapkan, dapat berupa efek positif, negatif, atau keduanya, serta dapat berkaitan dengan proses menciptakan atau menghasilkan peluang sekaligus ancaman.

Dari definisi tersebut terlihat bahwa risiko tidak terbatas sebagai efek negatif berupa ancaman saja, melainkan juga memiliki sisi sebaliknya. Efek negatif ini disebut sebagai risiko sisi bawah (downside risk), yang jika terjadi akan merugikan atau menyusahkan. Sebagai contoh adalah kebakaran, kehilangan harta benda, kematian, kehilangan pelanggan, dan lain-lain. Sementara itu, risiko sisi atas (upside risk) adalah risiko yang jika dikelola dengan baik akan memberikan efek positif berupa terciptanya peluang. Sebagai contoh adalah kondisi pandemi COVID-19. Keadaan pandemi ini dipergunakan oleh beberapa organisasi untuk melakukan perubahan proses bisnis dengan penggunaan teknologi yang terakselerasi secara cepat.

Untuk mencapai sasaran, tentu kita akan berusaha dengan segala macam cara. Semua upaya, tenaga, dan pikiran tercurah guna memastikan sasaran dan tujuan dapat terpenuhi. Selanjutnya, untuk bisa terus bertahan dan bertumbuh, kita perlu melakukan perbaikan, pengembangan, dan terobosan dalam bentuk inovasi.

Inovasi sejatinya dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai suatu produk atau layanan bagi kepentingan dan kepuasan pelanggan. Mengacu ke beberapa sumber, inovasi didefinisikan sebagai berikut:

  • Peraturan Pemerintah RI No Tahun 2007

Inovasi ialah kegiatan penelitian, pengembangan, dan ataupun perekayasaan yang dilakukan dengan tujuan melakukan pengembangan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, ataupun cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada ke dalam produk ataupun proses produksinya.

  • Undang-Undang RI No 11 Tahun 2019

Inovasi adalah hasil pemikiran, Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan/atau Penerapan, yang mengandung unsur kebaruan dan telah diterapkan serta memberikan kemanfaatan ekonomi dan/ atau sosial.

  • Sa’ud 2014

Inovasi adalah pilihan kreatif, pengaturan dan seperangkat manusia dan sumber-sumber material baru atau menggunakan cara unik yang akan menghasilkan peningkatan pencapaian tujuan-tujuan yang diharapkan.

  • Green, Howells & Miles (dalam Zulfa Nurdin) 2016 mendefinisikan inovasi sebagai sesuatu yang baru, yaitu dengan memperkenalkan dan melakukan praktek atau proses baru (barang atau layanan) atau bisa juga dengan mengadopsi pola baru yang berasal dari organisasi lain.

Dari beberapa definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa inovasi sangat dibutuhkan bagi semua organisasi untuk bisa terus mengembangkan diri dan usahanya, baik berupa produk maupun layanan.

Bagaimana manajemen risiko dapat membantu inovasi?

Lebih lanjut, ISO 31000 menyebutkan bahwa tujuan dari penerapan manajemen risiko adalah untuk penciptaan dan perlindungan nilai, di mana nilai-nilai tersebut mencakup semua tujuan dan sasaran yang ingin diraih sebuah organisasi. Bukan hanya tujuan yang tercermin pada visi dan misi, tujuan yang dimaksud juga merujuk pada sasaran atau target kinerja yang bersifat strategis dan operasional, baik berkaitan dengan aspek finansial maupun tidak.

Sebagai bagian dari upaya mencapai sasaran, organisasi akan melakukan berbagai aktivitas proses bisnis untuk menghasilkan produk maupun layanan. Seiring waktu, pengembangan serta inovasi menjadi bagian yang penting untuk tetap bertahan dalam kompetisi pasar.

Inovasi memiliki kaitan erat dengan risiko mengingat keduanya sama-sama berfokus pada masa depan. Semua kegiatan inovasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk ataupun layanan yang akan dihasilkan di masa mendatang. Bentuknya bisa berupa produk yang lebih murah, lebih awet, lebih canggih, atau layanan yang lebih cepat, lebih tepat waktu, lebih otomatis dan lain-lain.

Manajemen risiko memberikan metodologi yang dapat dipergunakan untuk “melihat dan mengelola masa depan” dengan pendekatan yang ilmiah, terstruktur, dan komprehensif. Proses identifikasi risiko dapat dijadikan tahapan kunci di awal untuk mengembangkan inovasi yang sedang dilaksanakan. Dengan pemahaman yang tepat bahwa risiko bukan hanya risiko sisi bawah dalam bentuk ancaman, tentu organisasi dapat melakukan identifikasi risiko sisi atas yang dapat mendukung terciptanya peluang, serta memastikan peluang tersebut digunakan untuk mendukung inovasi.

Proses identifikasi risiko sisi atas terkait peluang pada dasarnya sama dengan proses identifikasi risiko sisi bawah terkait ancaman. Yang membedakan adalah fokus yang ingin ditemukan. Dalam identifikasi risiko sisi bawah, kita berfokus pada ancaman atau bahaya yang bisa mengganggu serta merusak nilai organisasi, sedangkan pada identifikasi risiko sisi atas, fokusnya adalah pada peluang apa yang bisa mendukung dan dimanfaatkan oleh organisasi, serta menentukan bagaimana peluang tersebut secara nyata dapat dipergunakan dan tidak terlewat begitu saja.

Risiko sisi atas terkait peluang selanjutnya perlu dianalisa untuk dapat ditentukan besaran dampak dan kemungkinannya. Ada kalanya kita menemukan peluang yang kemungkinan terjadinya kecil atau dampaknya bagi pengembangan dan inovasi produk maupun layanan tidak signifikan. Peluang seperti ini bisa kita simpan untuk acuan di masa mendatang. Sementara itu, jika kita menemukan peluang yang memiliki dampak serta kemungkinannya besar bagi pengembangan, kita perlu menindaklanjutinya agar bisa mendukung inovasi yang sedang atau akan dilaksanakan.

Sebagai contoh, sebuah organisasi membuat produk elektronik. Mereka memiliki sasaran ingin menghasilkan produk yang terbaik bagi pelanggan. Proses identifikasi risiko yang memiliki efek positif dalam bentuk peluang tentu akan membantu organisasi tersebut. Identifikasi yang dilakukan memungkinkan organisasi menemukan teknologi, baik software maupun hardware yang akan berguna dan tersedia di masa mendatang. Teknologi tersebut diharapkan dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi organisasi untuk membuat inovasi produk yang lebih baik, lebih murah, lebih canggih, yang secara signifikan akan menjadikan pembeda dari pesaing. Proses ini juga membantu organisasi untuk melakukan identifikasi mengenai tindakan apa yang perlu diambil dalam upaya mendapatkan dan memastikan peluang tersebut dapat diraih.

Di satu sisi, organisasi itu juga bisa melakukan identifikasi risiko lain terkait teknologi yang berfokus pada analisis tren dan perilaku pelanggan (customer behavior). Misalnya: Apakah di masa mendatang pelanggan masih akan mempergunakan jenis produk elektronik yang saat ini diproduksi perusahaan? Atau, akankah ada perubahan gaya hidup atau substitusi produk yang mungkin lebih dipilih oleh pelanggan?

Ini adalah proses identifikasi risiko dari ketidakpastian terkait teknologi di masa depan. Dengan memahami keadaan masa depan lebih awal, maka organisasi memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan diri dan membuat antisipasi. Dalam contoh di atas, inovasi yang dilakukan terhadap produk elektronik menjadi lebih terfokus sesuai dengan hasil analisis risiko dan peluang yang sudah teridentifikasi. Dengan memanfaatkan metodologi yang terstruktur dan sistematis dalam manajemen risiko, organisasi pun dapat lebih terbantu dalam melaksanakan pengembangan dan inovasi bisnis, produk, maupun layanan secara berkesinambungan.