Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Dengan pedoman peraturan untuk keberlanjutan, Environmental, Social, and Governance (ESG) atau aktivitas lingkungan, sosial, dan tata kelola, dan perubahan iklim yang berkembang pesat untuk lembaga keuangan, perusahaan non-keuangan menempuh jalan yang sulit jika mereka tidak mengikuti aturan yang sama dan memulai perjalanan panjang, yaitu analisis risiko dan pengembangan pelaporan eksternal selanjutnya. Artikel ini mengeksplorasi jalur potensial ke depan untuk lembaga-lembaga terkait dan memberikan panduan seputar langkah pertama yang sangat penting.

Dalam dua tahun terakhir, lembaga keuangan di seluruh dunia telah mengalami tekanan dahsyat dari pemerintah, pembuat kebijakan, dan pelanggan untuk menyusun strategi terhadap aktivitas Environmental, Social, and Governance (ESG) dengan memperhatikan manajemen risiko. Dalam kondisi tertentu juga terdapat risiko perubahan iklim.

“E” dalam ESG, yang diwakili oleh risiko perubahan iklim fisik dan transisi, mungkin merupakan area yang paling memusingkan para eksekutif perbankan. Saat para bankir dan investor memformalkan proses ESG dan risiko iklim mereka, mereka juga menurunkan persyaratan dan ekspektasi masing-masing kepada pelanggan dan pengelola dana investasi mereka.

Untuk mendukung transisi ke ekonomi yang berkelanjutan, kini otoritas juga mengalihkan perhatian mereka dari lembaga keuangan ke perusahaan non-keuangan di mana mereka memperkenalkan berbagai persyaratan keberlanjutan, ESG, dan risiko iklim serta pengungkapan wajib. Pada saat yang sama, sejumlah korporasi telah merasakan dampak negatif pertama terhadap bisnis mereka, baik dari perubahan lingkungan dan iklim maupun peraturan dan/atau tindakan mitigasi terkait dari pemerintah terkemuka dan pembuat kebijakan.

Menindaklanjuti peraturan industri keuangan dan persyaratan pengungkapan, para pembuat kebijakan global terkemuka telah memperkenalkan sejumlah format pelaporan untuk perusahaan non-keuangan dengan beberapa di antaranya secara bertahap mulai berlaku pada tahun 2022:

  • Petunjuk Pelaporan Keberlanjutan Korporat (CSRD) di seluruh UE mengenai 50.000+ perusahaan UE mulai tahun 2024 dan seterusnya
  • Pengungkapan keuangan wajib terkait iklim oleh perusahaan publik, perusahaan swasta besar, dan LLP yang berlaku untuk 1.300+ perusahaan Inggris terbesar per April 2022 sebagai bagian dari kerangka kerja Persyaratan Pengungkapan Keberlanjutan (Sustainability Disclosure Requirements/SDR) Inggris yang lebih luas
  • Panduan Pelaporan Keberlanjutan SGX Singapura mewajibkan laporan pertama untuk mencakup tahun fiskal 2022 perusahaan
  • Standar Pelaporan Keuangan Internasional Global (IFRS) Standar Pengungkapan Keberlanjutan dan Pengungkapan Terkait Iklim SEC, yang terakhir kemungkinan akan berlaku tahun pelaporan fiskal 2023

Dari sekian persyaratan pengungkapan, yang paling penting untuk diperhatikan adalah faktor gas rumah kaca dan netralitas karbon, lalu penerapan materialitas ganda dan perspektif masa depan dalam melaporkan informasi.

Satuan Tugas untuk Pengungkapan Keuangan Terkait Iklim

Pada mulanya, Satuan Tugas untuk Pengungkapan Keuangan Terkait Iklim atau Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD) dibentuk sebagai sukarelawan dalam kerangka kerja terkait pelaporan iklim. Kini, TCFD menjadi standar emas dalam pelaporan iklim, bahkan menjadi sebuah kewajiban. TCFD memungkinkan kita lebih baik dalam mengantisipasi hal yang akan datang dalam format pelaporan baru.

Sebuah analisis menyimpulkan bahwa setiap perusahaan harus menyusun rencana transisi untuk mengatasi risiko transisi dan rencana adaptasi untuk menangani risiko ke depan. TCFD harus mencurahkan perhatian khusus pada metrik dan kalkulasi tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan, risiko, dan dampaknya terhadap skenario alternatif dan strategi dalam performa masa depan sebuah perusahaan.

Berbicara tentang keberlanjutan, risiko iklim, dan strategi netralitas karbon tidak hanya kewajiban perusahaan non-keuangan. Semua perusahaan harus meningkatkan kemampuan dalam manajemen risiko, menghadapi perubahan iklim dengan strategi yang jitu. Sebab dewasa ini investor, auditor, dan tentu saja pelanggan memusatkan perhatian pada hal yang sama.

Kesimpulannya, perusahaan yang berinvestasi dalam kemampuan baru untuk menghadapi tantangan di atas, mereka akan menjadi lebih baik dalam menganalisis dampak dari hal-hal yang diharapkan maupun yang tak diharapkan. Yang lebih penting, mereka berada di posisi strategis dalam pengambilan keputusan yang tepat saat menghadapi tantangan di masa depan. Sebab musim mendatang tak bisa ditebak, bisa jadi pandemi, inflasi, krisis energi, ancaman geopolitik dan perubahan iklim. Kuncinya adalah memahami risiko dengan lebih baik, menyadari dampaknya pada bisnis, lalu mengidentifikasi langkah terbaik untuk menghadapinya.

Artikel ini telah diterbitkan oleh PRMIA Intelligent Risk, dengan judul The Climate (ESG) Risk Management & Net-Zero Wave: The Non-Financial Corporate Perspective pada November 2022. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.