Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Di tengah badai krisis dan disrupsi, lembaga keuangan terkemuka mengakui pentingnya strategi dan pondasi ketahanan risiko.

Dewasa ini, sektor ekonomi dan sosial mendapatkan gempuran krisis secara bersamaan. Semua itu berdampak besar pada kemanusiaan dan efeknya bisa bertahan lama. Banyak faktor yang mempengaruhi, di antaranya perubahan iklim, pandemi COVID-19, lonjakan inflasi dan pengetatan moneter, gangguan pasokan dan risiko geopolitik yang meningkat. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendesak tentang ketahanan masyarakat yang tak bisa disepelekan.

Dalam lingkungan bisnis yang selalu dihadapkan dengan disrupsi, manajemen risiko yang baik menjadi keunggulan yang dapat bersaing di dunia industri. Tidak terkecuali lembaga keuangan. Mereka berusaha untuk menjadi lebih tangguh. Dengan prediksi berbasis skenario, pemantauan indikator awal, dan kemampuan tanggap krisis, mereka dapat bertahan dari guncangan, perubahan arah bisnis, dan berakselerasi menjadi model baru. Nah, kali ini kita akan mengeksplorasi pandangan Chief Risk Officer (CRO) yang bertugas sebagai pengendali risiko di sejumlah bank terkemuka. 

Apa yang Dipikirkan Para CRO?

Dalam penelitian berbasis survei yang dilakukan oleh McKinsey pada akhir tahun 2021 dengan melibatkan lebih dari 30 CRO, menghasilkan pemikiran terbaru tentang risiko dan ketahanan dalam dunia perbankan. Kami bertanya tentang dunia perbankan saat ini dan yang sedang berkembang, praktik manajemen risiko, dan prioritas yang akan datang. Kami segera menemukan bahwa sebagian besar CRO sudah mengambil pandangan jangka panjang saat merencanakan tindakan dan mengidentifikasi tema masa depan. Perspektif ini diperkuat oleh disrupsi 2022 seperti inflasi tinggi dan gejolak geopolitik. Inilah yang dikatakan CRO.

Dunia Perbankan

Berbicara tentang ekonomi dan dunia bisnis, responden menunjukkan bahwa bank sangat rentan terhadap percepatan dinamika pasar, perubahan iklim, dan kejahatan dunia maya.

Sebagian besar CRO yang merespons (67 persen) menyatakan bahwa efek pandemi berdampak signifikan pada karyawan dan di area risiko non finansial. Namun, hanya sedikit yang mengharapkan efek tersebut untuk mempertahankan kekuatannya dalam waktu tiga tahun.

Perubahan iklim, di sisi lain, diperkirakan akan semakin penting. Hampir seluruh responden (92 persen) menilai regulasi iklim sebagai salah satu dari lima kekuatan terpenting dalam industri keuangan dalam tiga tahun mendatang. Tiga dari empat (75 persen) menekankan pentingnya risiko transisi iklim—risiko finansial dan risiko lain yang timbul dari transformasi sistem energi global dari bahan bakar berbasis karbon.

Kejahatan dunia maya secara konsisten dinilai sebagai salah satu dari lima risiko teratas oleh sebagian besar eksekutif (58 persen dan terus meningkat), sekarang dan dalam tiga tahun mendatang. Risiko tingkat tinggi lainnya termasuk evolusi praktik kerja dan AI (kecerdasan buatan)—penggunaan dan penyalahgunaannya. Empat puluh dua persen CRO menempatkan risiko ini dalam lima risiko teratas dalam tiga tahun mendatang.

Melihat evolusi layanan keuangan, CRO mengidentifikasi percepatan digitalisasi dan masuknya pesaing nontradisional, khususnya fintech, sebagai tren teratas yang mereka ikuti. Semua responden setuju bahwa transformasi digital adalah inisiatif paling penting saat ini; kemungkinan terjadi dalam tiga tahun mendatang, karena transformasi ini menanggung risiko operasional dan pelaksanaan yang signifikan.

Masuknya pesaing nontradisional akan berpengaruh signifikan terhadap sektor keuangan, menurut 75 persen responden; 67 persen melihat integrasi layanan vendor fintech ke bank sebagai tren utama di tahun-tahun mendatang.

Menariknya, pada akhir tahun 2021, hanya satu CRO yang mengidentifikasi lingkungan geopolitik sebagai risiko konsekuensi serius bagi bank—hasil yang tidak berbeda dengan pandangan sebagian besar eksekutif pada tahun 2019 terhadap bahaya pandemi global yang terjadi pada tahun 2019. Industri saat ini dihadapkan pada risiko tak terduga yang dapat terjadi di masa depan. Membangun model yang tangguh berarti meningkatkan kemampuan bank untuk merespons kejadian tak terduga secara efektif.

Bagaimana fungsi risiko dapat berdampak pada ketahanan?

Organisasi terkemuka, baik publik maupun swasta, termasuk lembaga keuangan, sedang dalam mode bertahan sehubungan dengan lingkungan yang terganggu. Dorongan untuk ketahanan adalah respons dalam menghadapi krisis, di mana organisasi besar dan kompleks melindungi dari risiko terdekat, meredam goncangan, dan kemudian beralih ke model baru. Keputusan yang dibuat selama krisis memiliki efek yang bertahan lama. Ketangguhan adalah tujuan dari pembuatan keputusan dalam krisis yang mengatur organisasi untuk pertumbuhan dalam periode pemulihan. Kini, risiko justru harus menjadi fungsi yang berdampak pada ketahanan bank.

Prioritas CRO di Masa Depan

CRO mempersiapkan masa depan dengan memimpin sejumlah upaya jangka panjang secara bersamaan. Mereka berusaha untuk memperdalam dan mempercepat transformasi digital dari fungsi tersebut, memenangkan persaingan, memenuhi regulasi, keamanan siber, analitik, dan inovasi digital. Alih-alih melihat fintech dan pendatang baru lainnya sebagai ancaman atau musuh, misalnya, para CRO justru merangkul para pemain baru tersebut. Mereka merancang transformasi digital dalam bank sebagai bentuk inovasi, kemungkinan termasuk bermitra dengan fintech. Upaya tersebut sedang berlangsung di saat manajer risiko mengatasi gangguan ekonomi makro dan politik.

Jelas, dalam periode krisis dan perubahan ekonomi ini, manajemen risiko dibutuhkan lebih dari sebelumnya. CRO di bank terkemuka semakin melihat peran fungsi risiko sebagai pusat strategi kelembagaan dan pembangunan ketahanan. Risiko mampu mengantisipasi tren yang berkembang di area ekonomi dan regulasi serta mengidentifikasi ancaman yang muncul. Di saat krisis, organisasi yang tangguh menemukan cara untuk membuat langkah penting lebih awal dan berakselerasi menuju model baru. Saat kondisi membaik, mereka dapat beralih ke pertumbuhan lebih cepat dari yang mereka tinggalkan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh McKinsey, dengan judul Risk And Resilience Priorities, As Told By Chief Risk Officers pada 8 Desember 2022. Artikel selengkapnya dapat di baca di sini.