Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Manajemen risiko ESG (environmental, social and governance), yang mencakup lingkungan, sosial, dan tata kelola, adalah kunci untuk membantu organisasi tetap kuat secara finansial dan operasional dalam jangka panjang. Ketahanan di sini berarti kemampuan untuk mengatasi perubahan dan masalah yang mungkin muncul. Biasanya, usaha untuk mencapai ketahanan lebih fokus pada bagian operasional dan keuangan agar bisa memenuhi keinginan para pemegang saham dan pihak-pihak terkait.

Dengan pemahaman yang semakin berkembang tentang pengaruh faktor ESG, organisasi perlu menjadi lebih terbuka dan mengembangkan ‘ketahanan keberlanjutan’. Ini bukan hanya untuk melindungi diri dari dampak buruk faktor ESG, tapi juga untuk mengambil keuntungan dari peluang yang bisa muncul. Bagian manajemen risiko dalam organisasi juga perlu mempertimbangkan risiko ESG saat menganalisis dampaknya terhadap ketahanan mereka.

Metode manajemen risiko sekarang lebih banyak fokus pada faktor-faktor eksternal yang bisa berpengaruh besar pada organisasi. Konsep ‘materialitas ganda’ membawa pemahaman bahwa dampak ESG pada organisasi bisa bersifat material, dan sebaliknya, organisasi juga bisa memiliki dampak material pada keberlanjutan di luar.

Organisasi per, fokus pada ketahanan keberlanjutan menjadi isu yang perlu diutamakan . Bagaimana caranya manajemen risiko bisa berkembang untuk memperhitungkan faktor ESG, termasuk materialitas ganda? Dan bagaimana pengelolaan risiko ESG yang baik bisa digunakan sebagai strategi untuk mencapai ketahanan keberlanjutan?

Dalam langkah awal, identifikasi risiko ESG penting dilakukan. Banyak organisasi lebih fokus pada risiko lingkungan, khususnya yang terkait dengan perubahan iklim. Namun, risiko sosial (seperti hak pekerja, inklusivitas, kesetaraan, kesehatan dan keselamatan) dan risiko tata kelola (kebijakan kepemimpinan, kontrol internal, kebijakan pajak, hak pemegang saham) masih dalam tahap pengembangan.

Penting juga untuk mengukur risiko ESG dengan menanamkan risiko material ke dalam metrik risiko tradisional. Ada berbagai metode, baik kuantitatif maupun kualitatif, yang bisa digunakan. Faktor lingkungan umumnya dapat diukur dengan data kuantitatif karena banyak perusahaan yang bisa mengumpulkan data dengan lebih mudah.

Setelah risiko ESG diidentifikasi dan diukur, organisasi bisa membangun kerangka manajemen risiko dan pemantauan. Ada beberapa metode untuk mengelola risiko ESG dan memantau ketahanan keberlanjutan jangka panjang. Salah satu metode yang maju adalah analisis skenario, yang telah diterapkan oleh beberapa organisasi. Analisis skenario membantu membentuk gambaran bisnis masa depan. Batas waktu perencanaan perlu diperpanjang setidaknya 10 tahun untuk skenario ESG.

Pada akhirnya, hasil dari analisis risiko ESG harus diukur dan disematkan dengan cara yang sama seperti ketahanan risiko keuangan tradisional. Langkah-langkah manajemen juga harus diterapkan untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan risiko yang disepakati. Meskipun bidang ketahanan keberlanjutan masih baru, organisasi harus aktif menjelajahi cara untuk mengintegrasikan manajemen risiko ESG dalam strategi mereka, sehingga mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh melalui perubahan, menciptakan nilai jangka panjang, dan membangun ketahanan yang berkelanjutan. 

Artikel ini telah diterbitkan oleh Be | Shaping the Future, dengan judul ESG Risk Management – an Enabler for Long Term Sustainable Resilience. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.