Penulis: Dr. Siti Jahroh, QCRO
Dosen Sekolah Bisnis IPB
“To win big, you sometimes have to take big risks.”
Bill Gates
Bill Gates merupakan pebisnis sukses yang namanya sudah tidak asing lagi. Dari kutipan di atas, beliau memperhatikan risiko dalam menjalankan bisnisnya. Secara harfiah, beliau mengatakan bahwa untuk menang atau mendapatkan sesuatu yang besar, kita harus berani mengambil risiko yang besar pula. Jika kita perhatikan lebih rinci, risiko yang dianggap besar menandakan bahwa risiko itu sesuatu yang bisa diukur. Dengan kata lain, risiko bisa dikatakan besar berarti ada juga risiko yang dikatakan kecil. Jika ada yang besar dan ada yang kecil atau ada yang sedang, maka risiko itu juga bisa diidentifikasi. Sehingga, jika kita bisa mengidentifikasi risiko lalu mengukurnya, maka kita bisa melakukan manajemen atau pengelolaan risiko.
Dalam kehidupan sehari-hari secara sadar maupun tidak kita menghadapi risiko, mengidentifikasi serta mengukur risiko untuk kemudian mengambil keputusan apa yang akan kita lakukan. Sehingga, sebenarnya kita sudah melakukan manajemen atau pengelolaan risiko dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai contoh kita mau ke Jakarta dari Bogor ada rapat jam 9 pagi. Kita bisa berangkat naik kereta, naik bus, atau mobil sendiri. Jika naik kereta jadwalnya sudah pasti, tidak ada macet, kemungkinan gangguan kereta relatif kecil, harga tiket murah, tetapi penumpangnya saat jam pergi kantor pasti penuh dan harus bedesak-desakan. Jika naik bus dan mobil sendiri, macet sudah pasti pada jam pergi kantor, harga tiket bus maupun toll dan bensin lebih mahal, tetapi tidak perlu berdesakan separah naik kereta api. Keputusan yang kita ambil sebenarnya sudah memperhitungkan risiko seandainya naik kereta bagaimana, bus bagaimana, mobil sendiri bagaimana. Hal tersebut sebenarnya termasuk dalam manajemen atau pengelolaan risiko yang secara sadar maupun tidak kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Seperti tercantum dalam ISO 31000:2018, tujuan manajemen risiko adalah untuk menciptakan dan melindungi nilai. Tujuan manajemen risiko adalah untuk meningkatkan kinerja, mendorong inovasi dan mendukung pencapaian sasaran. Sehingga, manajemen risiko dapat meningkatkan kapabilitas organisasi untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada sekarang maupun yang akan muncul di masa depan untuk memberikan nilai tambah pada organisasi. Selain itu, manajemen risiko dapat mengantisipasi risiko-risiko berdampak buruk yang dapat membahayakan pencapaian sasaran organisasi untuk melindungi nilai organisasi.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian yang akan terjadi di masa yang akan datang. Risiko bisa bersifat positif (up-side) dengan menangkap peluang-peluang yang akan muncul atau bersifat negatif (down-side) melalui kerugian atau dampak buruk bagi organisasi. Kejadian atau peristiwa di masa depan dapat diprediksi berdasarkan keadaan yang sudah terjadi sekarang. Sebuah contoh, sebagai suatu perusahaan kita mendapatkan permintaan untuk barang yang kita produksi ternyata bulan ini kita hanya bisa memenuhi 70 persen dari permintaan yang masuk. Hal tersebut menunjukkan kita kehilangan atau rugi karena tidak bisa memenuhi 30 persen permintaan. Berdasarkan pengalaman tersebut, perusahaan melihat bahwa terdapat peluang atau kesempatan yang belum diambil dalam berproduksi bulan ini. Perusahaan kemudian memprediksi bagaimana bulan depan dapat menangkap peluang dengan memenuhi seluruh permintaan. Perusahaan dapat meningkatkan kapabilitas organisasi melalui peningkatan kinerja untuk mencapai target sasaran produksi sehingga mampu memenuhi seluruh permintaan. Hal tersebut merupakan salah satu contoh dari menciptakan nilai yang disesuaikan dengan memanfaatkan peluang (up-side) yang dapat ditangkap.
Sebuah ilustrasi lain misalnya, suatu perusahaan berproduksi dengan bahan baku yang mayoritas impor sehingga sangat tergantung dengan volatilitas nilai tukar. Jika nilai tukar rupiah menurun, bagaimana perusahaan mengurangi dampak kerugian pembelian bahan baku impor yang membutuhkan pengeluaran rupiah lebih banyak? Dalam menghadapi kemungkinan kerugian untuk tetap berproduksi sesuai dengan target, maka perusahaan misalnya membuat perjanjian pembelian bahan baku dengan harga tertentu untuk beberapa masa kedepan. Hal tersebut merupakan salah satu contoh mengantisipasi kerugian (down-side) dalam rangka melindungi nilai disesuaikan dengan tujuan perusahaan untuk memenuhi target produksi.
Secara singkat, tujuan manajemen risiko untuk menciptakan dan melindungi nilai berkaitan dengan tujuan organisasi dalam hal memanfaatkan peluang-peluang (up-side) dan mengantisipati atau meminimalkan dampak buruk atau kerugian (down-side) pada organisasi.