Berita

Berita2021-01-25T08:52:25+07:00

LSP MKS Meraih Akreditasi SNI ISO 17024

Ditulis oleh: Charles R. Vorst, BCCS, CERG, ERMCP, QCRO, QRGP – Dewan Pengurus IRMAPA

Lembaga Sertifikasi Profesi Mitra Kalyana Sejahtera (LSP MKS) berhasil mendapatkan akreditasi SNI ISO 17024 dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) di bulan Juni 2018. LSP MKS adalah lembaga sertifikasi profesi di bidang manajemen risiko yang merupakan mitra dari Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA). Dengan capaian akreditasi ini berarti LSP MKS telah memenuhi standar yang berlaku secara internasional untuk lembaga sertifikasi personel.

ISO 17024:2012 adalah standar dari International Organization for Standardization khusus bagi lembaga sertifikasi personel. Sesuai namanya, ISO 17024:2012 Conformity Assessment – General requirements for bodies operating certification of persons berisi prinsip dan persyaratan yang harus dipenuhi lembaga sertifikasi personel, baik terkait struktur dan tata kelola lembaga, maupun dalam hal membangun dan memelihara skema sertifikasi personel dan menjalankan proses asesmen dan sertifikasi. ISO 17024:2012 merupakan salah satu dari 31 standar dalam keluarga standar ISO 17000 yang disusun oleh sebuah komite ISO yang dikenal dengan nama ISO/CASCO atau Committee on Conformity Assessment ISO. Komite ini didirikan pada tahun 1970, beranggotakan 105 negara sebagai participating member beserta tambahan 34 negara sebagai observing member.

Di Indonesia,  ISO 17024 telah diadopsi oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nama SNI ISO 17024:2012 Penilaian Kesesuaian – Persyaratan umum untuk lembaga sertifikasi person. Sementara itu, KAN adalah institusi yang menjalankan proses akreditasi SNI ISO 17024 bagi lembaga sertifikasi personel di Indonesia. Satu hal yang menarik adalah per bulan Juni 2016 lalu, akreditasi SNI ISO 17024 yang dilakukan oleh KAN telah mendapatkan pengakuan dunia internasional. Artinya, akreditasi SNI ISO 17024 dari KAN yang didapat oleh lembaga sertifikasi personel di Indonesia juga diakui oleh 69 negara anggota IAF (Internasional Accreditation Forum) yang bersama-sama telah menandatangani multilateral recognition arrangement.

Dengan akreditasi ini, LSP MKS telah membuktikan komitmennya sebagai penyelenggara program sertifikasi profesi untuk memberikan layanan terbaik. Dalam kurun waktu 2 tahun sejak berdiri, LSP MKS berhasil mendapatkan pengakuan nasional melalui lisensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Indonesia dan pengakuan dunia melalui akreditasi SNI ISO 17024:2012. Program sertifikasi profesi yang dijalankan LSP MKS menyediakan 5 (lima) skema sertifikasi profesi manajemen risiko yang mengacu atau berbasis pada standar internasional manajemen risiko ISO 31000 (yang juga telah diadopsi menjadi SNI menjadi SNI ISO 31000). Kelima skema disesuaikan peruntukannya bagi para pemangku kepentingan dalam penerapan manajemen risiko di lingkungan suatu organisasi, yaitu:

  1. QRGP – Qualified Risk Governance Professional (Profesional Tata Kelola Risiko Berkualifikasi);
  2. QCRO – Qualified Chief Risk Officer (Pimpinan Manajemen Risiko Berkualifikasi);
  3. QRMP – Qualified Risk Management Professional (Profesional Manajemen Risiko Berkualifikasi);
  4. QRMA – Qualified Risk Management Analyist (Analisis Manajemen Risiko berkualifikasi);
  5. QRMO – Qualified Risk Management Officer (Pelaksana Manajemen Risiko Berkualifikasi).

Selamat kepada LSP MKS. Terus maju dan berkarya demi kemajuan penerapan manajemen risiko di Indonesia!

By |July 17th, 2018|Categories: Berita|Comments Off on LSP MKS Meraih Akreditasi SNI ISO 17024

IFC dan OJK Meluncurkan Indonesia Corporate Governance Manual 2nd Edition

Ditulis oleh: Deselfina Parinduri, Ketua Bidang Standarisasi IRMAPA

International Finance Corporation (IFC) bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan Indonesia Corporate Governance Manual 2nd Edition di Jakarta pada tanggal 6 Juni 2018. Acara peluncuran dihadiri oleh para praktisi dan profesional bidang tata kelola dan manajemen risiko di Indonesia, serta perwakilan dari IFC, OJK, dan Switzerland’s State Secretariat for Economic Affairs sebagai pihak pendonor.

Indonesia Corporate Governance (ICG) Manual edisi kedua ini dilengkapi dengan daftar regulasi terkait penerapan tata kelola perusahaan yang berlaku bagi perusahaango-public di Indonesia, termasuk di dalamnya mengakomodasi prinsip corporate governance dari OECD terbaru.

Terdapat beberapa perubahan kunci di dalam ICG 2nd Manual ini, di antaranya:

  1. Daftar regulasi terkait tata kelola pada pembahasan legal and regulatory framework lebih lengkap;
  2. Terdapat bab khusus mengenai manajemen risiko dan pengendalian internal yang berisikan pembahasan mengenai manajemen risiko dengan contoh bestpractice adalah ISO 31000, pengendalian internal, fungsi pengawasan dewan komisaris, komite audit, audit internal, dan audit eksternal;
  3. Terdapat juga bahasan mengenai beberapa tantangan tata kelola yang spesifik relevan bagi BUMN pada bab mengenai kerangka kerja tata kelola bagi BUMN.

Dalam sambutannya, Djustini Septiana, Deputi Komisioner Bidang Pasar  Modal OJK menyatakan bahwa OJK berkomitmen untuk mempromosikan ICG Manual ini kepada para pelaku industri, khususnya kepada para perusahaan terbuka untuk dapat menerapkan atau setidaknya menjadikan manual ini sebagai rujukan dalam penerapan GCG.

Adapun untuk mendapatkan Indonesia Corporate Governance Manual 2nd Edition, silakan kunjungi tautan berikut:

https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/topics_ext_content/ifc_external_corporate_site/ifc+cg/resources/toolkits+and+manuals/indonesia+corporate+governance+manual%2C+2nd+edition.

By |July 17th, 2018|Categories: Berita|Comments Off on IFC dan OJK Meluncurkan Indonesia Corporate Governance Manual 2nd Edition

“INTERNATIONAL CALL FOR PAPERS & CONFERENCE ON RISK MANAGEMENT AS AN INTERDISCIPLINARY APPROACH” (ICRMIA) 2018.

ICRMIA – “International Call for Papers & Conference on Risk Management as an Interdisciplinary Approach merupakan sebuah acara reguler yang diadakan oleh Badan Standardisasi  Nasional (BSN) Indonesia dan Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA]. Acara ini diselenggarakan untuk mendukung pengembangan bidang keilmuan manajemen risiko pada berbagai disiplin ilmu, di mana para akademisi dari berbagai negara mendapat kesempatan untuk menyampaikan research paper mengenai manajemen risiko dan berkesempatan untuk berbagi kepada dunia melalui publikasi internasional yang terindeks Scopus. Selain itu, ICRMIA juga didesain untuk menjadi sebuah forum yang mempertemukan para akademisi dan praktisi bidang manajemen risiko dalam konferensi yang membahas berbagai isu terkini perkembangan manajemen risiko sebagai disiplin ilmu maupun praktik manajerial.

ICRMIA 2018 mengusung tema: New Frontier of Risk Management: Creating & Protecting Value in a Fast-Changing Worlddan akan diselenggarakan pada tanggal 17 – 18 Oktober 2018 di Semarang, Jawa Tengah dengan tuan rumah penyelenggara Universitas Diponegoro – Semarang. Adapun ICRMIA 2018 ini juga ikut didukung oleh Forum Pendidikan Standardisasi (FORSTAN), Komite Teknis 03-10 Manajemen Risiko BSN, serta Center for Risk Management Studies (CRMS) Indonesia. Untuk informasi selengkapnya, kunjungi icrmia.undip.ac.id, atau hubungi panitia Dr-Ing. Novie Susanto, ST, M. Eng.: +628112662014, atau email ke: icrmia.2018@gmail.com.

Unduh brosur ICRMIA 2018 di sini.

Tanggal-tanggal penting ICRMIA 2018:

  1. Tenggat I pendaftaran paper: 4 Juni 2018,
    pengumuman paper lolos seleksi: 30 Juli 2018.
  2. Tenggat II pendaftaran paper: 6 Agustus 2018,
    pengumuman paper lolos seleksi: 3 September 2018.
  3. Tenggat camera ready paper: 24 September 2018.

IRMAPA

By |May 14th, 2018|Categories: Berita|Comments Off on “INTERNATIONAL CALL FOR PAPERS & CONFERENCE ON RISK MANAGEMENT AS AN INTERDISCIPLINARY APPROACH” (ICRMIA) 2018.

POJK 51 dan Implikasinya Terhadap Praktik Manajemen Risiko di Perusahaan

Penulis: Stefiany Norimarna | Program Director | CRMS Indonesia

Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) dan Center for Risk Management Studies (CRMS) Indonesia mengadakan Roundtable Discussion dengan tema “POJK 51 dan Implikasinya Terhadap Praktik Manajemen Risiko di Perusahaan” pada tanggal 31 Januari 2018. Acara yang digelar di Auditorium Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi (STMA) Triksakti, Jakarta ini dihadiri sekira 100 peserta dari 44 perusahaan.

Diskusi ini dipicu oleh terbitnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik pada pertengahan tahun lalu.

POJK ini dirilis dalam rangka mewujudkan sistem keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan. Ini upaya untuk mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi lingkungan hidup, termasuk kebijakan peduli sosial dan lingkungan hidup di industri jasa keuangan/IJK (perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non-bank).

Kemunculan POJK ini dilatarbelakangi oleh adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Juga terdapat tantangan pemenuhan komitmen Indonesia dalam sustainable development goals dan meningkatnya eksposur risiko terkait lingkungan hidup dan sosial terhadap stabilitas sistem keuangan.

Sebagai implikasi dari POJK ini, Lembaga Jasa Keuangan (LJK) wajib menyusu rencana aksi keuangan berkelanjutan (RAKB) berdasarkan prioritas. Salah satu prioritas adalah penyesuaian organisasi, manajemen risiko, tata kelola, dan/atau standar prosedur operasional (SPO).

Diskusi menghadirkan tiga pembicara yakni Rochma Hidayati (OJK), Ariyanti Suliyanto (IRMAPA), dan Chrisna Pranoto (PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk).  Acara diskusi dimoderatori oleh Troy Steve Kipuw.

Rochma memaparkan implikasi penerapan POJK 51 dari sudut pandang regulasi, terutama mengenai apa saja yang diharapkan oleh OJK terkait penyampaian RAKB, laporan berkelanjutan, serta implikasinya terhadap manajemen risiko. “Salah satu implikasi POJK 51 adalah perlunya peningkatan kapasitas intern terkait penerapan manajemen risiko yang memperhatikan aspek social dan lingkungan hidup,” ujar Kepala Bagian di Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan ini.

“Diperlukan peran aktif dari para akademisi dalam bentuk pendidikan, penilitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui kerjasama dengan lembaga jasa keuangan,” ujar Ariyanti yang juga Ketua STMA Trisakti ini.

Sedangkan Chrisna memaparkan implikasi penerapan POJK 51 dari sudut pandang LJK. Dia

memaparkan implementasi penerapan keuangan berkelanjutan di Bank Mandiri.

***

4 e 1 2

By |March 2nd, 2018|Categories: Berita|Comments Off on POJK 51 dan Implikasinya Terhadap Praktik Manajemen Risiko di Perusahaan

ERMA INTERNATIONAL CONFERENCE 2017 HOTEL THE ALANA YOGYAKARTA

In the past few weeks, volcano activity of Mount Agung in Bali has been increasing. Indonesia’s Center for Volcanology of Geological Hazard Mitigation (PVMBG) and the Geology Agency of the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) warned of all the signs and concluded that “the potential for eruptions is still high”.

Therefore, Enterprise Risk Management Academy (ERMA) had to take preventive measures and moving the 7th annual International Conference on ERM that is originally scheduled in Bali to Yogyakarta, Indonesia. The event will be taking place at the beautiful and luxurious The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center.

DON’T MISS THE MOST PRESTIGIOUS
ERM CONFERENCE IN SOUTHEAST ASIA
BaliERM 2017 Is Now Risk Beyond 2017 – Navigating The Future of Risk

The Alana Yogyakarta
Hotel & Convention Center
7-8 DECEMBER 2017

In regards to the change of location of the International Conference on ERM, we are also pleased to announce that BaliERM2017 is now Risk Beyond 2017.

Risk Beyond 2017 is designed to provide risk management practitioners around the world a comprehensive insight on various issues and challenges that organizations face in this digital era. This international conference facilitates discussion and knowledge sharing with the speakers and participants from various backgrounds concerning the issues that have been faced by risk management practitioners.

For more details on Risk Beyond 2017, visit our website riskbeyond.com. In addition, you can register yourself at registration.balierm.com before October 31st, 2017 to enjoy a special Early Bird discount!

By |October 20th, 2017|Categories: Berita|Comments Off on ERMA INTERNATIONAL CONFERENCE 2017 HOTEL THE ALANA YOGYAKARTA

Benchmarking dengan RIMS New Zealand

Pada tanggal 19 September 2017, lebih dari 40 orang profesional manajemen risiko Indonesia mengadakan pertemuan dan sekaligusbenchmarking dengan RIMS (The Risk Management Society)  New Zealand (NZ) di kota Wellington, NZ. Acara tersebut dikoordinir dan dipimpin oleh CRMS Indonesia (www.crmsindonesia.org) serta dimoderasi oleh ketua umum IRMAPA Dr. Antonius Alijoyo, ERMCP, CERG.

Delegasi Indonesia terdiri dari para pimpinan puncak organisasi yaitu direktur dan komisaris perusahaan serta Chief Risk Officer (CRO) dari berbagai industri, di antaranya perbankan, asuransi, pertambangan, manufaktur, semen, pupuk, dan sektor penyediaan jasa publik.

Narasumber dari RIMS adalah para pimpinan organisasi yang juga berperan sebagai anggota dewan dan/atau CRO di perusahaan mereka masing-masing, di antaranya adalah:

  • Kate Bedoo – CRO Vector Limited,
  • Teressa Betty – CRO BNZ (Bank of New Zealand)
  • Greg Lazzaro – Director Fonterra
  • Carla Harris – Group Risk Manager Vector Limited
  • Carl Wallworth – Group Manager Internal Audit and Assurance Vector Limited

Fokus pertemuan menjadi ajang pertukaran pengalaman terutama dari para narasumber RIMS dengan fokus topik bahasan sebagai berikut:

  1. Membangun budaya manajemen risiko yang sehat dan produktif;
  2. Implikasi risiko siber terhadap cara penanganan manajemen risiko korporasi;
  3. Integrasi penerapan GRC (Governance, Risk,and Compliance);
  4. Peran CRO di tingkat manajemen puncak dan dewan perusahaan, serta
  5. Struktur dan akuntabilitas tatakelola risiko di tingkat manajemen puncak dan dewan.

 

1.Membangun budaya manajemen risiko

Ada dua hal yang menjadi bahan pertukaran pengalaman dari perusahaan NZ yaitu:

– Memastikan pendekatan three lines of defense diterapkan secara konsisten dan terus-menerus. Dalam hal ini, Vector Limited menggunakan terminologi lain yaitu three lines of risk management accountability yang lebih menekankan esensi akuntabilitas proaktif para risk-ownerdibandingkan dengan terminologi three lines of defense yang menekankan esensi pasif pertahanan.

– Menjadikan CRO juga sebagai Chief Human Capital agar pembangunan budaya manajemen risiko dimulai dan selaras dengan program rekrutmen dan pengembangan kompetensi manusia mereka, serta sejalan dengan sistem remunerasi dan hal-hal lain yang terkait dengan aplikasi strategik dan operasional manajemen sumber daya insani berkelanjutan organisasi tersebut.

2.Implikasi risiko siber terhadap cara penanganan manajemen korporasi

Umumnya perusahaan di NZ yang besar memiliki komite risiko siber yang langsung bertanggung jawab kepada dewan perusahaan denganCRO menjadi salah satu anggota komite ini dan direktur non-eksekutif menjadi ketua komite. Selain itu, ada program pembelajaran dan pelatihan yang dirancang khusus untuk para pimpinan puncak organisasi.

 

3.Integrasi penerapan GRC

Perusahaan di NZ sudah cukup lama melakukan integrasi GRC dalam pengelolaan korporasi mereka yakni dari segi struktur dimana komite audit dan komite manajemen risiko di tingkat dewan sudah saling berinteraksi secara dinamis dan konstruktif sehingga penerapan three lines of defense dapat dijalankan dengan efektif.

Di beberapa perusahaan termasuk Vector Limited, fungsi manajemen risiko dan audit internal diletakkan di bawah satu komando yang sama agar ada efek sinergi optimal bagi organisasi. Untuk tetap menjaga independensi audit internal dalam konteks tersebut, audit internal memiliki garis hubungan langsung dengan komite audit dan dewan perusahaan secara keseluruhan, termasuk rekrutmen, penilaian kinerja, pelaporan, dan perencanaan audit internal mereka.

4.Peran CRO di tingkat manajemen puncak dan dewan perusahaan

Sudah menjadi suatu hal umum bahwa peran CRO di NZ sangat strategis sederajat dengan CFO (Chief Finance Officer). Mereka anggota dan/atau ketua beberapa komite eksekutif dari tingkat strategik sampai dengan di tingkat operasional yang kritikal sebagai faktor pembentuk daya saing perusahaan.

5. Struktur dan akuntabilitas tatakelola risiko di tingkat manajemen puncak dan dewan.

Umumnya struktur dan akuntabilitas tatakelola risiko dibangun dengan dasar pendekatan three lines of defense atau three lines of risk management accountability dimana semua anggota dewan baik yang eksekutif maupun non-eksekutif berbagi peran. Dalam hal ini, mereka menjadikan konsep dan pendekatan tersebut tidak dibatasi hanya untuk pengelolaan risiko saja tetapi untuk pengelolaan GRC mereka secara terpadu.

 

Pertemuan antara delegasi Indonesia dengan RIMS berlangsung hampir dua jam yang diakhiri dengan makan siang dan silahturahmi antara narasumber dengan semua peserta.

Mudah-mudahan artikel singkat ini bermanfaat bagi para anggota IRMAPA dan semua praktisi manajemen manajemen risiko di Indonesia.

Penulis: Dr. Antonus Alijoyo, ERMCP, CERG, CCSA, CFSA, CRMA, CGAP, CGEIT, CFE, CPRM.

By |October 2nd, 2017|Categories: Berita|Comments Off on Benchmarking dengan RIMS New Zealand
Go to Top