Munculnya kecerdasan buatan (AI) membawa peluang besar sekaligus tantangan baru bagi para pengelola aset di sektor teknologi. Dengan pasar yang mulai stabil setelah gejolak pandemi, aktivitas merger dan IPO (Initial Public Offering) menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Namun, kompleksitas AI menuntut investor untuk lebih jeli dalam menilai potensi perusahaan teknologi.
Kebangkitan Merger dan IPO
Selama pandemi, valuasi perusahaan teknologi melonjak akibat permintaan digitalisasi yang meningkat drastis. Namun, setelah itu, valuasi mengalami koreksi tajam. Kini, aktivitas pasar mulai pulih:
- IPO meningkat: Pada paruh pertama 2024, jumlah IPO naik 83% dibandingkan tahun sebelumnya.
- Merger menarik perhatian: Dengan valuasi yang lebih masuk akal, perusahaan ekuitas swasta memanfaatkan peluang merger yang menguntungkan.
John Seidensticker dari Grant Thornton menyebutkan bahwa kondisi pasar ini didukung oleh pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve dan peningkatan kinerja IPO terbaru.
AI: Potensi Besar, Risiko Besar
AI menjadi pusat perhatian dalam sektor teknologi. Teknologi ini menawarkan:
- Efisiensi lebih tinggi: Banyak bisnis memanfaatkan AI untuk mengotomatiskan proses.
- Pertumbuhan pasar: Perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras AI menunjukkan tren positif.
Namun, tidak semua perusahaan akan sukses. Todd Patrick, pakar dari Grant Thornton, mengingatkan bahwa hanya perusahaan besar atau inovator pertama yang cenderung meraih keuntungan signifikan. Perusahaan kecil bisa mengalami kesulitan karena tingginya biaya pengembangan teknologi dan persaingan yang ketat.
Tren di Sub-Sektor Teknologi
Setiap bagian dari industri teknologi menghadapi dinamika yang berbeda:
- Semikonduktor: Permintaan tinggi didorong oleh AI dan perangkat pintar, dengan insentif produksi domestik seperti CHIPS Act.
- Perangkat Lunak: Investor kini lebih memilih perusahaan dengan pertumbuhan stabil dan pelanggan setia.
- Layanan IT: Meski valuasinya stabil, perusahaan yang unggul di cloud computing dan keamanan siber menjadi pilihan utama.
- Perangkat Keras: Persaingan harga membuat margin keuntungan tertekan, sehingga inovasi di niche tertentu menjadi kunci.
Dengan banyaknya variabel seperti ketidakpastian politik dan perubahan kebijakan ekonomi, pengelola aset disarankan untuk:
- Menguji model valuasi melalui skenario berbeda.
- Mendiversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko.
- Menggunakan data dan analitik guna membuat keputusan yang lebih terinformasi.
Meskipun pasar teknologi tampak menjanjikan, memisahkan potensi nyata dari sekadar hype adalah tantangan utama. Investor yang mampu beradaptasi dengan perubahan ini akan berada di posisi terbaik untuk memanfaatkan peluang.
Artikel ini telah diterbitkan oleh Grant Thornton, dengan judul AI Makes Tech Valuations Complicated For Asset Managers. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.