Penulis: Dr. Antonius Alijoyo, ERMCP, CERG.
Ketua Umum IRMAPA
Ketua Komite Teknis 03-10: Tata Kelola, Manajemen Risiko, dan Kepatuhan – Badan Standarisasi Nasional (BSN) Indonesia.
Dalam satu kesempatan diskusi dengan beberapa praktisi manajemen risiko, terbahas satu istilah yang saat ini banyak dibicarakan yaitu VUCA (Volatility, Uncertainy, Complexity, and Ambiguity). Diyakini bahwa VUCA telah dan akan menjadi landasan atau platform dasar pembentuk konteks risiko masa kini.
‘Volatility’ berarti dinamika perubahan yang sangat cepat dalam berbagai hal seperti teknologi, ekonomi, politik, sosial, dan gaya hidup. ‘Uncertainty’ berarti sulitnya memperkirakan suatu isu atau peristiwa akan terjadi, atau sulitnya memperkirakan implikasi dari suatu isu atau peristiwa yang terjadi saat ini. ‘Complexity’ berarti tingkat kerumitan di mana organisasi beroperasi, yang dapat menimbulkan gangguan atau kekacauan bagi organisasi tersebut. ‘Ambiguity’ berarti realitas yang berbaur dari berbagai kondisi yang ada yang membuat makna dari realitas tersebut terasa mengambang dan penuh dengan ketidakjelasan.
VUCA tidak dapat terhindari sebagai fenomena masa kini dan kadang terpahami dalam berbagai konsepsi di antaranya konsep revolusi industri 4.0.
Karena VUCA berpengaruh secara signifikan pada semua sendi organisasi, terutama proses bisnis dan sumber daya manusia, banyak organisasi yang berjuang untuk tetap bertahan dan selaras dengan karakter VUCA ini. Kesiapan dalam menghadapi VUCA bukan hanya beban 1 orang atau satu departemen saja tetapi juga seluruh insan di perusahaan, mulai dari direksi dan dewan komisaris sampai pada tingkat pelaksana.
VUCA secara tidak langsung menciptakan tren baru yang penting untuk dipahami oleh praktisi manajemen risiko dan pemimpin perusahaan. Ketika dulunya orang yang mencari perusahaan untuk memberinya kerja, kini justru sebaliknya, perusahaanlah yang mencari orang terbaik untuk bekerja. Saat dulunya, mesin, modal, dan kondisi geografi menjadi sebuah keunggulan, maka sekarang karyawan yang bertalenta-lah keunggulan perusahaan. Talenta (talent) yang dulunya hanya berperan kecil terhadap keberhasilan bisnis, sekarang menjadi penentu perubahan.
Kita tidak bisa mengubah VUCA yang saat ini sedang terjadi.
Oleh karena itu, tugas praktisi manajemen risiko adalah untuk membuka mata dan hati para pimpinan puncak dan badan pengawas organisasi untuk mengambil langkah-langkah persiapan dini yang memadai agar tidak menjadi korban VUCA dan hilang ditelan perubahan.
Salah satu inisiatif yang dapat diambil oleh praktisi manajemen risiko adalah memasukkan fenomena VUCA sebagai landasan dasar pembentuk konteks eksternal dan internal organisasi di tempat mereka berkarya, dan memastikan direksi dan dewan komisaris (bila organisasi berbentuk perusahaan) memberikan apresiasi dan menjadikan VUCA sebagai pertimbangan strategis dalam pengelolaan risiko organisasi.
Dengan dimasukkannnya VUCA dalam penetapan konteks tersebut, dapat diharapkan proses selanjutnya yaitu asesmen dan perlakuan risiko, secara otomatis akan mengikutinya, termasuk pengawasan dan tinjauan berkala yang dilakukan organisasi. Dengan kata lain, VUCA akan terangkum dalam setiap tahapan proses manajemen risiko organisasi.
————————- batas akhir artikel ——————-