Penulis: Dr. Antonius Alijoyo, ERMCP, CERG
Ketua IRMAPA
Ketua Komite Teknis 03-10: Tata Kelola, Manajemen Risiko, dan Kepatuhan – Badan Standarisasi Nasional (BSN) Indonesia.
Seiring dengan hadirnya konteks risiko yang lahir dari gejolak fenomena dunia VUCA – Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity, timbul pertanyaan apa yang dapat atau apa yang sebaiknya dilakukan oleh organisasi untuk menghadapi fenomena VUCA tersebut?

  • ‘Volatility’ berarti dinamika perubahan yang sangat cepat dalam berbagai hal seperti teknologi, ekonomi, politik, sosial, dan gaya hidup.
  • ‘Uncertainty’ berarti sulitnya memperkirakan suatu isu atau peristiwa akan terjadi, atau sulitnya memperkirakan implikasi dari suatu isu atau peristiwa yang terjadi saat ini.
  • ‘Complexity’ berarti tingkat kerumitan di mana organisasi beroperasi, yang dapat menimbulkan gangguan atau kekacauan bagi organisasi tersebut.
  • ‘Ambiguity’ berarti realitas yang berbaur dari berbagai kondisi yang ada yang membuat makna dari realitas tersebut terasa mengambang, dan penuh dengan ketidakjelasan.
    Beberapa tahun lalu, Bob Johansen, peneliti ternama dari ‘The Insitute for the Future’ mengembangkan kerangka kerja kepemimpinan efektif sebagai ‘VUCA Counterweight’, yang kemudian dinamai VUCA PRIME. Melalui konsep dan kerangka kerja VUCA Prime (VP), Bob Johansen menggugah para pimpinan perusahaan besar untuk fokus membangun VUCA Prime mereka:

– VISION;
– UNDERSTANDING;
– CLARITY;
– AGILITY;

Apa itu VUCA Prime ?

VISION (VISI):
Johansen mengatakan bahwa ‘volatility’ dapat diatasi dengan ‘Vision’ yang kuat dari pimpinan organisasi sehingga pimpinan tersebut dapat menyediakan dan sekaligus menguatkan organisasi untuk dapat memberikan navigasi sedemikian rupa sehingga organisasi tetap dapat melangkah ke depan walau terjadi turbulensi.

‘Vision’. membutuhkan / memberikan jawaban terhadap tiga pertanyaan seminal yaitu: Mengapa kita di sini, bagaimana cara untuk sukses, dan apa ukuran sukses? Dari ‘Vision’ di atas akan timbul kesempatan untuk mengubah ‘uncertainty’ menjadi ‘Understanding’ (pemahaman).

UNDERSTANDING (PENGERTIAN):
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, ‘Vision’ yang kuat akan membantu pimpinan dalam mengubah ‘uncertainty’ menjadi ‘Understanding’.

Dalam hal ini, ‘Understanding’ akan membawa semua anggota tim berbagi cara pikir (mindset) yang sama, dan membangun pengertian dan pemahaman yang selaras tentang bagaimana mereka dapat berkontribusi untuk kesuksesan organisasi. Sejalan dengan prinsip-prinsip yang mempromosikan praktik dan komunikasi aktif yang melibatkan banyak pihak, hal ini membutuhkan komunikasi dua arah yang terus-menerus.

Memasukkan elemen kunci “Vision”, termasuk nilai-nilai inti, strategi, dan ukuran sukses, ke dalam peta strategi yang dikomunikasikan secara luas, interaktif, dan dinamis yang dapat membantu pemahaman berkesinambungan, bukanlah hanya berupa sebuah kampanye sesaat. Hal ini harus menjadi cara hidup yang intrinsik sehingga pimpinan organisasi dapat memimpin dan sekaligus membangun kepercayaan berbagai pihak (leading and believing).

CLARITY (KEJELASAN):
‘Complexity’ dapat diatasi dengan ‘Clarity’ yang tumbuh dari pembangunan kedisiplinan di sekitar hal-hal inti mendasar, yang secara konstan memperkuat prioritas yang riil, serta mencegah organisasi masuk dalam kumpulan aktivitias tidak bernilai tambah. Dedikasi untuk selalu tulus terhadap pelanggan, dan tetap terjaga untuk memberikan, serta sekaligus menerima masukan dari pelanggan internal dan eksternal, akan mengurangi kompleksitas yang tidak perlu.

Karena VUCA sendiri sudah menciptakan kompleksitas luar biasa dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya organisasi waspada jangan sampai menciptakan kompleksitas internal yang menggunung. Sebaliknya, organisasi menjaga komitmen bersama untuk ‘simplicity’ (penyederhanaan). Suatu kesempatan besar untuk mengurangi kompleksitas dan meningkatkan kejelasan adalah dengan membangun integritas data dan informasi internal organisasi.

AGILITY (KELINCAHAN):
Elemen terakhir dari VUCA PRIME, ‘Agility’, dapat digunakan untuk mengatasi ‘ambiguity’.

‘Agility’ merupakan kelincahan menghadapi perubahan, menghadapi tuntutan konsumen, dan dalam menghadapi perkembangan baru yang tiba-tiba muncul. Bila organisasi kita tidak lincah dan tangguh, maka organisasi kita akan gamang, dan kemudian hilang dalam percaturan usaha. Hal ini dapat terjadi karena mereka terlambat memahami perubahan, terlambat bertindak, dan terlambat berubah, sehingga kehilangan arah dan tiba-tiba menjadi tidak kontekstual lagi dengan situasi yang berubah tersebut.

Apakah organisasi anda sudah siap menghadapi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) dengan VUCA (Vision, Understanding, Clarity, Agility) Prime? Sebagai praktisi manajemen risiko, sudah saatnya kita semua mengingatkan atau “membangunkan” pimpinan organisasi untuk memahami fenomena VUCA serta implikasinya terhadap industri dan perusahaan, dan kemudian bersama-sama membangun kapabilitas VUCA PRIME sedini mungkin.