Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Industri perbankan menghadapi tekanan yang semakin meningkat untuk memenuhi tuntutan yang berubah dengan cepat dalam masalah lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, and governance/ESG). Regulasi baru yang terus berkembang menuntut transparansi yang lebih besar dan pengungkapan data terkait ESG.

Para pemangku kepentingan dan investor semakin memperhatikan dampak keputusan investasi pada iklim dan masyarakat. Konsumen juga menuntut standar ESG yang lebih tinggi dari bank. Untuk memenuhi harapan ini, bank harus menyesuaikan sistem TI mereka untuk secara sistematis mengumpulkan, menggabungkan, dan melaporkan beragam data ESG. Namun, banyak lembaga keuangan masih belum memiliki pendekatan komprehensif untuk mengintegrasikan data ESG ke dalam laporan risiko yang ada.

Tujuan ini akan memerlukan perubahan signifikan dalam infrastruktur TI, mulai dari aplikasi hingga integrasi data, arsitektur, dan tata kelola data. Aplikasi baru mencakup tidak hanya manajemen dan pengumpulan data ESG, tetapi juga model emisi yang didanai, model risiko iklim, skor ESG, uji stres iklim, dan peringkat yang disesuaikan dengan iklim. 

Data ESG harus ditanamkan dalam proses yang ada, seperti persetujuan kredit dan pengambilan keputusan. Bank juga harus menyesuaikan arsitektur data mereka, menentukan strategi pengumpulan data, dan mengorganisir model tata kelola data mereka untuk berhasil mengelola dan melaporkan data ESG.

Bank dapat memulai dengan mengembangkan rencana pemetaan data dan teknologi ESG yang seimbang antara solusi taktis jangka pendek dengan visi jangka panjang yang strategis. Dalam proses ini, bank harus mempertimbangkan komponen dan langkah-langkah berikut.

  1. Mendefinisikan Solusi Platform ESG Potensial
  • Membangun platform data pusat yang terintegrasi dengan platform keuangan dan risiko yang ada untuk membangun sumber informasi tunggal.
  • Membuat model data untuk menangkap data ESG hingga tingkat sertifikat, termasuk integrasi dengan penyedia data pihak ketiga dan kepatuhan dengan kebijakan data ESG.
  • Memungkinkan investor melihat dengan cepat aspek yang terkait dengan ESG di portofolio investasi mereka secara real-time.
  • Menggantikan solusi platform ESG terdahulu dengan solusi cloud untuk mengurangi utang teknis dan memodernisasi infrastruktur teknologi untuk solusi di masa depan.
  1. Menanamkan Persyaratan ESG ke dalam Proses Core Banking
  • Mengintegrasikan alur kerja baru ke dalam proses yang ada, seperti menggunakan kecerdasan buatan untuk menggabungkan data ESG ke dalam proses pengambilan keputusan (misalnya, keputusan kredit).
  • Mengkomunikasikan persyaratan ESG di seluruh organisasi dan melibatkan seluruh karyawan dengan pendekatan manajemen perubahan yang intens.
  • Meninjau dan merevisi proses data yang ada untuk mematuhi persyaratan ESG yang berubah (misalnya, meningkatkan frekuensi pembaruan data).
  • Mengembangkan rencana yang jelas untuk mendukung integrasi kebijakan ESG baru (seperti cara menambahkan sertifikat baru ke investasi).
  1. Membangun Model Tata Kelola Data ESG yang Kuat
  • Mengidentifikasi kepemilikan dan tanggung jawab pusat dalam organisasi. Misalnya, dengan menunjuk seorang petugas data ESG sebagai titik kontak.
  • Membuat komite pengarah lintas fungsional untuk tata kelola data ESG, termasuk pemimpin dari fungsi bisnis, teknologi, data, risiko, dan keuangan, dengan tanggung jawab bersama dan proses pengambilan keputusan bersama.
  • Menetapkan kontrol data ESG untuk memastikan kepatuhan dengan kerangka kerja regulasi.
  • Memastikan bahwa tata kelola data ESG mencerminkan pergeseran dalam permintaan pasar dan persyaratan regulasi yang spesifik untuk lokasi.

Artikel ini telah diterbitkan oleh McKinsey, dengan judul ESG Data Governance: A Growing Imperative for Banks. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.