Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Bank of England telah melakukan “tes stres iklim” pertamanya dengan bank dan perusahaan asuransi terbesar di Inggris. Mereka menemukan fakta bahwa jika tidak ada tindakan yang diambil untuk mengatasi perubahan iklim, risiko finansial bisa sangat besar. 

Pihak bank memperkirakan bahwa sektor-sektor seperti pertambangan, manufaktur, transportasi, grosir, dan ritel mungkin akan paling terkena dampak jika tidak ada tindakan terhadap perubahan iklim. Sama halnya, perusahaan asuransi memperkirakan kerugian akan paling besar di industri-industri yang berkontribusi tinggi terhadap emisi karbon, seperti sektor kehutanan, perikanan, dan manufaktur makanan.

Tes stres iklim yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa juga menunjukkan bahwa risiko-risiko yang muncul akibat perubahan iklim sangat berkonsentrasi pada sektor-sektor ekonomi tertentu. Ini termasuk pinjaman untuk sektor listrik dan properti bagi bank, serta kepemilikan ekuitas yang terkait dengan produksi minyak, gas, dan kendaraan bagi perusahaan asuransi. 

Pemerintah di seluruh dunia berkomitmen untuk mencapai target nol emisi dan melakukan transisi ke energi hijau. Ini menghasilkan lebih banyak peraturan dan kewajiban terkait iklim bagi perusahaan. Perusahaan perlu memahami risiko ini dan memastikan pengungkapan mereka akurat dan sesuai dengan peraturan untuk menghindari tuduhan “greenwashing” (pencitraan perusahaan yang ramah lingkungan tanpa benar-benar melakukan kegiatan yang berdampak bagi kelestarian lingkungan).

Selain itu, perusahaan juga menghadapi risiko hukum dan reputasi jika tidak mematuhi aturan baru terkait iklim. Oleh karena itu, perusahaan harus mengukur, menilai, dan mengelola risiko ini serta memastikan kebijakan dan kontrak mereka sesuai dengan regulasi terkait iklim.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Risk Management Magazine pada 29 November 2022, dengan judul Navigating the New Climate Risk and Compliance Landscape. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.