Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan ekonomi makro menghadirkan tantangan bagi bank dalam mengelola risiko suku bunga. Bank perlu berinvestasi di tiga bidang utama:

  • Menyesuaikan strategi dan selera risiko – Memperkuat neraca dan strategi laba rugi agar tetap adaptif.
  • Meningkatkan alat analisis – Mengembangkan metode yang lebih tangkas untuk memahami dampak berbagai skenario.
  • Berinvestasi dalam keahlian – Memperkuat pengambilan keputusan melalui peningkatan kompetensi tim dan pengawasan risiko.

Sebagian besar bank menggunakan metrik seperti EVE (Economic Value of Equity) dan NII (Net Interest Income) untuk mengukur sensitivitas risiko suku bunga. Namun, bank perlu meninjau ulang batasan dan pendekatan mereka untuk menyeimbangkan likuiditas, modal, dan pendapatan.

Sejak 2023, regulator semakin ketat mengawasi kerugian di portofolio Available-for-Sale (AFS) dan Basel III End Game mewajibkan bank besar memasukkan kerugian AFS dalam rasio modal inti (CET1). Bank juga perlu mempertimbangkan risiko di portofolio Held-to-Maturity (HTM) agar tidak terdampak kenaikan suku bunga.

Strategi Pengelolaan Risiko

Bank perlu memahami keterkaitan antara neraca, modal, likuiditas, dan pendapatan. Strategi yang tepat mencakup:

  • Pandangan terpadu atas keuangan bank – Menyesuaikan modal, likuiditas, dan aset untuk mengoptimalkan kinerja.
  • Penggunaan perangkat lindung nilai – Mengelola risiko suku bunga dengan strategi yang sesuai dengan kondisi pasar.
  • Menyesuaikan durasi aset – Beberapa bank memilih mengunci durasi aset untuk menghadapi potensi penurunan suku bunga.

Peningkatan Alat Analitik

Bank perlu berinvestasi dalam sistem analisis yang lebih fleksibel untuk memahami berbagai faktor yang mempengaruhi neraca, seperti perilaku deposan dan perubahan risiko-imbal hasil. Bidang utama yang perlu diperkuat meliputi:

  • Pemodelan deposito – Menganalisis perubahan perilaku deposan.
  • Pengelolaan neraca berbasis skenario – Menggunakan simulasi untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan.
  • Penguatan Fungsi Risiko Independen – Memastikan pengawasan yang lebih ketat terhadap strategi risiko suku bunga.

Penguatan Keahlian dan Pengambilan Keputusan

Banyak bank masih kekurangan pengalaman dalam menghadapi volatilitas suku bunga tinggi. Oleh karena itu, investasi dalam keahlian menjadi krusial melalui:

  • Perekrutan dan pelatihan tenaga ahli – Meningkatkan pemahaman risiko dan strategi mitigasi.
  • Penguatan peran ALCO (Asset-Liability Committee) – Menyusun analisis berbasis skenario yang mempertimbangkan dampak terhadap pendapatan, modal, dan likuiditas.
  • Peningkatan transparansi ke Dewan – Memastikan pemahaman menyeluruh terhadap perubahan pasar dan implikasinya.

Di tengah ketidakpastian ekonomi, perhatian lebih terhadap manajemen risiko suku bunga menjadi kunci bagi stabilitas sistem keuangan. Bank yang mampu mengelola risiko ini dengan baik akan mendapatkan kepercayaan lebih dari investor dan regulator serta mempertahankan daya saing di pasar.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Oliver Wyman, dengan judul Transforming Interest Rate Risk Management Practices To Thrive In Era Of Uncertainty. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.