Badan Standardisasi Nasional (BSN) bersama dengan Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) dan Center for Risk Management & Sustainability (CRMS) Indonesia, serta didukung oleh Asosiasi GRC Indonesia dan Indonesia Professional in Audit and Control Association (IPACA), menyelenggarakan webinar dengan tema “Asesmen Maturitas Manajemen Risiko: Evaluasi Efektivitas Penerapan Manajemen Risiko dalam Pemulihan Ekonomi Indonesia Pasca Pandemi COVID-19” pada tanggal 23 Mei 2021. Adapun webinar ini diisi oleh 4 panelis yang membawakan berbagai topik.
Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian, Badan Standardisasi Nasional, Dr. Zakiyah, yang dalam sambutannya diwakili oleh Heru Suseno, Direktur Penguatan Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian, Badan Standardisasi Nasional, menyampaikan bahwa jumlah vaksinasi yang semakin meningkat dapat mendorong pemulihan dunia usaha ketika peningkatan vaksinasi ditujukan kepada komponen dunia usaha. Heru juga mengingatkan bahwa selain pandemi, risiko memang merupakan bagian dari kehidupan dan oleh karenanya harus dikelola secara cepat dan tepat, apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19. Melanjutkan sambutan, Dr. Antonius Allijoyo, Ketua Komite Teknis 03-10 Badan Standardisasi Nasional, juga menyampaikan dalam sambutannya bahwa asesmen maturitas manajemen risiko sangat penting dalam pengelolaan risiko karena dengan melaksanakan asesmen maka dapat diketahui situasi terkini penerapan manajemen risiko dan selanjutnya organisasi dapat menyiapkan perencanaan pengembangan bagi penerapan manajemen risiko guna menjawab kebutuhan organisasi tersebut dalam upaya menciptakan dan melindungi nilai.
Selanjutnya, Sugeng Raharjo, ST, Direktur Sistem dan Harmonisasi Akreditasi, Badan Standardisasi Nasional / Komite Akreditasi Nasional, membawakan paparan dengan topik “Mekanisme Akreditasi atas Penerapan Sistem Manajemen Berbasis Standar ISO”. Mengawali dengan pengenalan tentang Komite Akreditasi Nasional (KAN), Sugeng membahas akreditasi ISO/IEC, undang-undang yang membahas mengenai hal tersebut, serta bagaimana KAN melakukan penilaian kesesuaian. Dalam hal ini, ISO telah menerbitkan banyak standar sistem manajemen dan proses kesesuaian dan akreditasi KAN ditujukan untuk menyatakan bahwa suatu organisasi memenuhi persyaratan standar ISO untuk suatu sistem manajemen tertentu, contoh: ISO 9001, ISO 14001, dll.
Sesi berikutnya adalah paparan dengan topik “Penilaian Penerapan Manajemen Risiko Indeks (MRI) pada Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah” yang dibawakan oleh Dra. Bea Rejeki Tirtadewi, Ak, MM, Direktur Pengawasan Tata Kelola Pemerintah Daerah, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Beberapa poin penting yang disampaikan, pertama tentang pengintegrasian penilaian manajemen risiko indeks (MRI) dalam penilaian maturitas penyelenggaraan SPIP. Adapun kerangka kerja penilaian penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang disusun BPKP terdiri dari 3 tahap yaitu penilaian penetapan tujuan, penilaian struktur dan proses, dan penilaian capaian 4 tujuan SPIP, di antaranya efektivitas dan efisiensi, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Selain itu, terdapat juga atribut penilaian yaitu pembaruan penilaian berbasis keluaran / hasil (result-based) yang terdiri dari 3 parameter penilaian, yakni terintegrasi, kolaborasi K/L/D dan BPKP dalam penilaian maturitas penyelenggaraan SPIP. Poin penting kedua tentang area komponen penilaian indeks manajemen risiko yang membahas rinci komponen penilaian MRI.
Melanjutkan sesi berikutnya tampil Kepala Subdivisi Manajemen Risiko Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Chaerul Mazhar, S. Kom, ME yang membawakan paparan bertopik “Penerapan Manajemen Risiko: Peran Asesmen Maturitas MR dalam Pengembangan Manajemen Risiko”. Paparan dibuka dengan perjalanan sejarah Bulog hingga program transformasi bisnis yang dijalankan saat ini. Paparan dilanjutkan dengan paparan tentang manajemen risiko Bulog, di mana khususnya pada masa pandemi berlangsung, Unit Manajemen Risiko bersama dengan unit-unit teknis selaku pemilik proses bisnis bersinergi bersama melakukan proses asesmen risiko dalam menjaga keberlangsungan perusahaan, di mana proses asesmen ini juga dilakukan bersama unit SDM dan unit operasional lainnya menetapkan rencana mitigasi risiko yang kemudian dijalankan. Selain itu, Bulog juga melakukan penyesuaian pada daftar risikonya, memastikan kondisi pandemi menjadi salah satu risiko pada daftar risiko perusahaan, melakukan langkah-langkah antisipatif dan protektif untuk menjaga penyebaran di internal perusahaan, menyusun program-program dalam rangka mendukung pemulihan kondisi ekonomi, serta unit pelaksana program melakukan evaluasi efektivitas pelaksanaan program yang ditetapkan.
Dalam pemulihan ekonomi, Bulog berperan dalam penyediaan pangan terjangkau, memastikan kecukupan pangan, dan menjaga harga tetap stabil. Selain itu, Bulog juga berperan sebagai operator pemerintah dalam menjalankan program bansos dan banpres. Bulog juga melakukan evaluasi kinerja manajemen risiko menggunakan model maturitas manajemen risiko ERMA ISO 31000 RM3, di mana Bulog melakukan perbaikan dan pengembangan manajemen risiko berdasarkan hasil asesmen maturitas dengan tujuan untuk meningkatkan kapabilitas pencapaian sasaran secara andal melalui eksploitasi peluang dan mitigasi ancaman dan tetap bertindak penuh integritas.
Pada sesi terakhir, Ridwan Hendra, MM, Ketua Institute of Compliance Professional Indonesia menyampaikan paparan tentang beberapa organization risk maturity model perbedaan antar model dalam hal parameter dan tingkat maturitas yang digunakan. Selain itu, Ridwan juga menyampaikan model asesmen maturitas manajemen risiko berbasis ISO 31000, khususnya aspek-aspek yang digunakan dalam penilaian penerapan manajemen risiko berbasis ISO 31000 serta metode pengumpulan data yang dapat berupa kajian dokumen, wawancara baik kepada manajemen puncak serta jajaran manajemen organisasi, serta survei / kuesioner.
Menutup sesi-sesi paparan, peserta webminar diberi kesempatan untuk berduskusi tanya-jawab dengan para panelis yang dipandu Victor Riwu Kaho, Sekretaris Jenderal Asosiasi GRC Indonesia, yang sekaligus telah mendampingi dan memfasilitasi seluruh narasumber dalam paparan masing-masing sebelumnya. Menutup acara diskusi, Victor juga menyampaikan bahwa sebaik apa pun kinerja manajemen risiko yang telah kita jalankan, penerapannya memerlukan upaya evaluasi yang efektif guna mengidentifikasi tindakan perbaikan yang perlu ataupun peluang pengembangan yang dapat dijalankan oleh organisasi. Sehubungan dengan hal inilah asesmen maturitas manajemen risiko dengan pemilihan model asesmen maturitas yang tepat memainkan peranan penting dalam pengembangan sinambung praktik pengendalian dan pengelolaan risiko yang berlangsung di lingkungan organisasi.
Chaerul Mazhar, S. Kom, ME, Kasubdiv Manajemen Risiko Bulog ketika menyampaikan paparan dalam webminar BSN, IRMAPA, dan CRMS Indonesia tanggal 23 Mei 2021.
Sugeng Raharjo, ST, Direktur Sistem dan Harmonisasi Akreditasi, Badan Standardisasi Nasional / Komite Akreditasi Nasional menyampaikan paparan sebagai narasumber.
-o0o-