Penulis: Aprilia Kumala

Editor: Adhi Saputro, Sekretariat IRMAPA.

Pada Rabu, 26 Oktober 2022, RISKHub International Webinar diselenggarakan oleh IRMAPA bekerja sama dengan ERMA (Enterprise Risk Management Academy), serta didukung oleh CRMS (Center for Risk Management Studies) dan LSP MKS, yang juga disponsori oleh Itikad Academy. Dipimpin oleh MC Tasha Christina dan dimoderatori oleh Troy Steve Kipuw, ERMCP, CRGP, QRGP selaku Ketua Program IRMAPA, acara ini mengangkat tema “Risk and Sustainability: Achieving Responsible Growth”.

RISKHub International Webinar ini diawali dengan pembukaan oleh Dr. Antonius Alijoyo, ERMCP, CERG, CFSA, CGOVP, CGRCP, QRGP, selaku Ketua ERMA. Agenda berikutnya berisi pemaparan materi oleh tiga narasumber, yaitu Renova Viscky (VP Risk Management and ESG, PT Bumi Resources Tbk, Indonesia), Masniaritta Pohan (Independent Expert in Sustainability CRMS, Indonesia), dan Brian Kraft (Principal Consultant Ndevr Environmental, Australia).

Renova Viscky: Risk Management in ESG 

Banyaknya data, fakta, metodologi, hingga teknologi yang berkembang saat ini didorong oleh adanya agenda urgensi terkait perubahan iklim. Oleh karena itu, diskusi mengenai investasi yang bertanggung jawab (responsible investment) berlangsung kian cepat.

ESG, atau environmental, social, and corporate governance, dianggap berfungsi sebagai alat manajemen risiko untuk dapat menangani dan menilai risiko dengan tujuan dekarbonisasi, penilaian (assessment) perusahaan, hingga alokasi sumber daya. Perusahaan mestinya mempertimbangkan kompleksitas dan relevansi investor saat memilih kerangka pelaporan untuk ESG. Sementara itu, investor juga harus memiliki pemahaman yang memadai mengenai metodologi penilaian ESG.

Selain mengidentifikasi risiko, perusahaan dapat mengevaluasi risiko hingga mengupayakan level risiko dengan cara menekan likelihood atau kemungkinannya. Misalnya, untuk mengurangi risiko iklim, mitigasi iklim semestinya dilakukan dengan efisiensi dan transisi energi. Langkah inilah yang digambarkan sebagai langkah investasi ESG.

Tak lupa, perusahaan juga perlu menentukan perlakuan terhadap risiko tersebut. Setidaknya, terdapat dua langkah pendekatan utama, yaitu pendekatan negatif dan positif. Pendekatan negatif adalah langkah perusahaan untuk sekadar menghindari risiko dengan cara exclusion dan divestment. Di sisi lain, ada pendekatan positif yang berfokus pada integrasi ESG, yaitu investor memanfaatkan investasinya untuk memberi manfaat lebih kepada dunia.

Investor dapat mengacu pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Social Development Goals/SDGs) untuk membuat kegiatan investasi berkelanjutan mereka lebih berorientasi pada hasil. Sementara itu, upaya-upaya ESG dapat difokuskan terutama pada penetapan kebijakan dan proses, serta menyediakan pelaporan dasar.

Masniaritta Pohan: Managing Business in The Circular Economy Era

Ekonomi sirkular adalah cara baru dalam berbisnis, yang dicirikan terutama oleh paradigma efisiensi sumber daya (3R) dan paradigma hubungan dekat. Ekonomi sirkular berangkat dari konsep serupa rantai makanan, yaitu menggambarkan terjaidnya perpindahan energi dalam suatu sirkel/ekosistem.

Ekonomi sirkular berjalan dengan dua perspektif, yaitu berfokus pada sumber dan berfokus pada system change. Dalam perspektif yang berfokus pada sumber, ekonomi sirkular mendorong terjadinya proses reduce, reuse, dan recycle. Sementara itu, dalam perspektif system change, ekonomi sirkular merujuk pada aktivitas siklus tertutup dan energi terbarukan.

Ekonomi sirkular berbeda dengan ekonomi linear. Jika dalam ekonomi liner aktivitasnya adalah take, make, dan dispose, ekonomi sirkular menawarkan langkah yang baru, yaitu make, use, dan recycle. Ekonomi sirkular ini juga terkait erat dengan SDG dan ESG dengan cara-cara yang memang mendukung tercapainya SDG melalui ESG sebagai alatnya. Meski memiliki risikonya sendiri, ekonomi sirkular diyakini menguntungkan bagi pihak perusahaan.

Brian Krafft: The Changing Field of ESG Standards, Frameworks, and Measures

Ekosistem pelaporan keuangan terkait sustainability digambarkan dengan skema inward impact dari potensi dan risiko terkait sustainability ke perusahaan. Pengaruh faktor sustainability ini mengungkap dampak kepada value perusahaan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.

Sementara itu, perusahaan pada umumnya telah menetapkan laporan keuangan dengan cara terbaik, sebagai catatan formal kegiatan bisnis dan kinerja keuangan dan posisi organisasi. Pelaporan keuangan adalah praktik akuntansi standar yang ditetapkan secara global oleh yayasan IFRS.

Perusahaan pulalah yang akan memberi outward impact kepada para pemangku kepentingan (stakeholder). Pelaporan dampak sustainability ini akan mengungkap pengaruh suatu organisasi terhadap ekonomi, lingkungan, atau orang, sebagai akibat dari aktivitas atau hubungan bisnisnya. Keberadaan outward impact memberi dampak lebih besar bagi stakeholder, bahkan dibandingkan ekspektasi. Ini mencakup beberapa pihak sekaligus, termasuk pelanggan, pemilik usaha, partner, investor, pemasok, karyawan, hingga pemerintah sebagai regulator.

Berikut adalah beberapa tren ESG dewasa ini: 1) fitur ketenagakerjaan dan Hak Asasi Manusia (HAM) jauh lebih menonjol saat ini; 2) pelaporan terintegrasi memungkinkan ISSB dan GRI berada dalam laporan yang sama; dan 3) penentuan kepentingan sangat diperlukan sebab menjadi titik awal ESG, termasuk strategi, kepatuhan (compliance), dan pelaporan.

Setelah pemaparan materi selesai dilakukan oleh ketiga pembicara di atas, webinar ini diakhiri dengan sesi tanya jawab.

Gambar 1. Pemaparan Materi oleh Renova Viscky (VP Risk Management and ESG)

Gambar 2. Pemaparan Materi oleh Masniaritta Pohan (Independent Expert in Sustainability CRMS)

Gambar 3. Pemaparan Materi oleh Brian Kraft (Principal Consultant Ndevr Environmental)

-o0o-