Pada Senin, 2 Juni 2025, acara Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (FT Undip)-Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) dan Kuliah Umum diselenggarakan oleh IRMAPA bersama FT Undip.
Acara dibuka dengan sambutan langsung dari Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FT Undip Prof. Ir. Nita Aryanti, S.T., M.T., Ph.D., IPM serta Ketua IRMAPA Charles R. Vorst, M.M.
Kerja Sama FT Undip-IRMAPA: Perumusan Peminatan Manajemen Risiko
Melalui sambutannya, Prof. Nita menyampaikan bahwa sejumlah dosen dengan tugas tambahan (tutam) telah mendapatkan pelatihan dan sertifikasi manajemen risiko. Meski demikian, implementasi manajemen risiko di FT Undip belum maksimal. Untuk itu, FT Undip bekerja sama dengan IRMAPA untuk mendukung komitmen perencanaan tindak lanjut berbasis manajemen risiko. Kerja sama ini diharapkan dapat mendorong jumlah mahasiswa program studi (prodi) S-2 Teknik dan Manajemen Industri (TMI) sekaligus memberikan pilihan kompetensi bagi para mahasiswa tersebut.
Di sisi lain, Charles R. Vorst dari IRMAPA menyambut baik kerja sama dari FT Undip. Terlebih, kedua belah pihak tercatat pernah melaksanakan joint conference dan beberapa inisiatif bersama. Namun, untuk kerja sama kali ini, rencana yang akan ditindaklanjuti adalah perumusan kurikulum manajemen risiko sebagai peminatan.
“Mudah-mudahan langkah kecil ini bisa menjadi manfaat bagi kedua belah pihak,” pungkas Charles di akhir sesi sambutan.
Selepas sambutan diberikan, penandatanganan perjanjian kerja sama antara FT Undip dan IRMAPA dilakukan. Pada perjanjian tersebut, kedua belah pihak sepakat menindaklanjuti rencana pelaksanaan prodi super spesialis magister TMI, yaitu konsentrasi manajemen risiko.
Penandatanganan dilakukan oleh Charles R. Vorst selaku perwakilan pihak IRMAPA dan Prof. Nita Aryanti selaku perwakilan pihak FT Undip.
Kuliah Umum Manajemen Risiko
Kuliah umum manajemen risiko diselenggarakan sebagai sesi akhir rangkaian acara ini. Narasumber yang ditunjuk adalah Prof. D.S. Priyarsono, Ph.D., QCRO, QRGP, CGOP, CGRCOP, GRCP—akrab disapa Prof. Sonny—yang merupakan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University. Kuliah umum ini bertajuk “Fundamental dan Esensial Manajemen Risiko Menuju Kompetensi Ekstra”, dengan dimoderatori oleh Prof. Arfan Bakhtiar, S.T., M.T.
Secara sederhana, Prof. Sonny menjelaskan makna risiko berdasarkan standar ISO 31000:2018. Disebutkan, risiko adalah efek dari ketidakpastian pada sasaran. Risiko ini terbagi menjadi upside risk dan downside risk. Jika downside risk adalah hal-hal buruk yang mungkin terjadi dan harus kita hindari, upside risk adalah hal-hal yang baik yang diharapkan tidak luput terjadi. Untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi terkait dengan risiko-risiko tersebut, diperlukanlah manajemen risiko.
Menurut Prof. Sonny, risiko perlu diukur dengan dua dimensi, yaitu dampak dan kemungkinan. Dari pengukuran ini, klasifikasi risiko akan dihasilkan sehingga risiko-risiko tersebut dapat memperoleh perlakuan yang berbeda. Kita cenderung menerima risiko kecil (risk acceptance), tetapi menolak risiko tinggi (risk rejection). Jika risiko berkemungkinan besar terjadi dengan dampak yang kecil, kita dapat memberi perlakuan risk mitigation. Sebaliknya, jika risiko berkemungkinan kecil terjadi dengan dampak yang besar, kita bisa memberi perlakuan risk transfer. Selain itu, terhadap risiko-risiko yang perlu ditingkatkan, kita dapat memberlakukan risk exploitation.
Pada bagian akhir materinya, Prof. Sonny menjelaskan mengenai kompetensi ekstra (extra competency) yang diperlukan oleh lulusan perguruan tinggi mengingat ketatnya persaingan pencarian kerja. Namun, kompetensi ekstra bisa jadi belum tercakup dalam kurikulum pendidikan formal.
Kompetensi ekstra dapat diperoleh melalui beragam cara, antara lain, kursus bersertifikat gratis (misalnya pada mooc.org) atau program-program khusus dari fakultas tempat perkuliahan. Sebagai contoh, IPB memiliki sejumlah program sertifikasi dan kerja sama untuk publik. Beberapa di antaranya adalah sertifikasi juru sembelih serta kerja sama antara Sekolah Bisnis IPB dan Center for Risk Managenent and Sustainability (CRMS).
“Ijazah saja mungkin tidak cukup untuk menjadi bekal persaingan di dunia pencarian kerja. Perlu ada tambahan keterampilan extra competency,” pungkas Prof. Sonny.
Setelah pemaparan materi selesai dilakukan, kuliah umum ini ditutup dengan sesi diskusi atau tanya jawab.