Penulis: M Dahlan

Editor: Aprilia Kumala & Sekretariat IRMAPA

Lembaga Sertifikasi Professional Mitra Kalyana Sejahtera (LSP MKS) bekerja sama dengan Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) dan Center For Risk Management & Sustainability (CRMS) Indonesia, serta didukung oleh Enterprise Risk management Academy (ERMA), menyelenggarakan Masterclass GRC Summit 2021 dengan tema GRC for Agility and Added Value pada tanggal 27 Agustus 2021. Masterclass ini berlangsung dalam tiga sesi, yaitu dua sesi presentasi dan satu sesi diskusi. Adapun pembicara untuk keseluruhan sesi adalah Brian Barnier, penulis The Operational Risk Handbook for Financial Companies.

Masterclass dalam GRC Summit 2021 dibuka oleh Mas Achmad Daniri selaku Ketua Asosiasi Governance Risk and Compliance (GRC). Ia berharap, melalui forum GRC 2021 ini, seluruh partisipan bisa berdiskusi dan membangun kreativitas serta ide-ide inovatif tentang bagaimana pendekatan integritas GRC dapat membantu organisasi dalam meningkatkan performa, khususnya dalam situasi yang tidak pasti. Tak hanya itu, ide lain terkait pendekatan GRC terintegrasi untuk dapat menambah nilai ketahanan dan keberlangsungan organisasi juga diharapkan dapat dihasilkan.

Sesi pertama dibawakan oleh Poppy Noviana sebagai host. Poppy sendiri dikenal sebagai seorang analis manajemen risiko di Indonesia Stock Exchange. Dalam sesi ini, materi yang dibawakan oleh Brian Barnier selaku pembicara adalah mengenai Agility through GRC.

Barnier menegaskan perlunya suatu organisasi memahami betul bagaimana sistem bisnis bekerja dan bagaimana pula caranya mengadakan peningkatan dari sistem tersebut. Ia juga membahas cukup detail tentang komponen model kapabilitas GRC yang terdiri dari 4 aspek: learn, align, perform, dan review.

Yang dimaksud dengan learn adalah pentingnya mempelajari konteks dan budaya organisasi untuk dapat menginformasikan tujuan, strategi, dan perencanaan, sedangkan align merujuk pada proses pelurusan tujuan dan strategi yang dibutuhkan. Aspek perform dan review berfokus pada proses pelaksanaan keputusan dan peninjauan keefektifan desain yang diberlakukan. Secara khusus, Barnier menekankan pentingnya aspek learn dan align karena kedua hal ini sangat perlu dipertimbangkan sebelum seseorang mengambil dan melakukan sebuah keputusan.

Model GRC tadi ternyata mampu memengaruhi peningkatan agilitas bisnis. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan mengintegrasi manajemen risiko ke dalam aktivitas bisnis menggunakan metode dan rencana yang memang telah didesain untuk aktivitas tersebut.

Secara umum, dalam sesi ini, Barnier mengajak partisipan untuk memahami proses menuju keberhasilan bisnis yang meliputi langkah-langkah seperti: penemuan kembali tahap belajar, memperhatikan perspektif dari luar sistem bisnis dan memahami sistem bisnis itu sendiri, pengujian paradigma, dan menentukan panduan yang paling tepat.

Sesi kedua berlangsung dengan tajuk How GRC Adds Values dan masih dibawakan oleh Poppy Noviana selaku host. Dalam sesi ini, Barnier menyebut bahwa tindakan yang dapat meningkatkan value dengan GRC pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan agilitas, yaitu mengintegrasikan metode manajemen risiko dalam berjalannya suatu bisnis. Jika diibaratkan dalam sebuah siklus kehidupan nyata, seluruh proses ini dimulai dari aktivitas evaluasi lingkungan, diikuti dengan pendataan kemungkinan hal-hal yang akan terjadi dan sikap awas terhadap peringatan yang mungkin muncul. Langkah selanjutnya adalah reaksi kita terhadap peringatan tersebut, yaitu pembuatan prioritas atas hal-hal yang harus dan tidak harus dilakukan selanjutnya, khususnya untuk dapat meningkatkan kapabilitas.

Barnier menegaskan perlunya meninjau kembali laporan risiko yang dibuat melalui pertanyaan-pertanyaan tertentu: apakah ada kekurangan struktural? Apa dampaknya bagi organisasi? Bagaimana memperbaikinya?

Kekurangan struktural, nyatanya, memberi beberapa dampak buruk, termasuk terbuangnya waktu dan biaya organisasi. Untuk menghadapinya, cobalah tekankan fokus pada desain metode yang dilakukan. Jika metode yang kita gunakan tergolong buruk, cobalah identifikasi dengan baik sebelum akhirnya memperbaikinya dengan maksimal. Tak lupa, Barnier menegaskan untuk mengintegrasikan GRC sebagai kesatuan yang padu dengan budaya dalam organisasi.
Masterclass GRC Summit 2021 diakhiri dengan sesi ketiga berupa diskusi dan tanya-jawab yang dimoderatori oleh Fadjar Proboseno (konsultan, trainer, assessor, dosen, dan pembicara terkait GRC serta manajemen risiko). Salah satu pertanyaan yang diberikan partisipan menyorot pada perlu atau tidaknya divisi GRC di dalam organisasi. Menanggapi pertanyaan ini, Barnier menjelaskan bahwa proses integrasi GRC memang penting, mengingat aspek Governance, Risk, dan Compliances seluruhnya memiliki peran. Namun, pada dasarnya kita tak perlu memiliki satu divisi besar yang khusus mengintegrasikan GRC.

-o0o-