Rangkaian acara The GRC Summit 2023 telah digelar pada 24—25 Agustus 2023. Acara ini terselenggara oleh GRC Association Indonesia, Perkumpulan Profesional Governansi Indonesia (PaGI), Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA), Institute of Compliance Professional Indonesia (ICoPI), dan Indonesia Professional in Audit and Control Association (IPACA), yang juga didukung oleh LSP MKS, LSP GRK, CRMS, WAY Academy, ERMA, dan Top Business.
The GRC Summit 2023 mengangkat tema “Building Resilient Future Through GRC and ESG” yang diadakan selama dua hari, yaitu pada Kamis (24/8) dan Jumat (25/8).
Masterclass GRC Summit
Masterclass (24/8) dipimpin oleh MC Tasha Christina dan diawali dengan sambutan oleh Mas Achmad Daniri selaku Ketua GRC Association. Agenda berikutnya berupa sesi pemaparan materi yang dimoderatori oleh Dr. Antonius Alijoyo, Dewan Pengawas GRC Association. Narasumber dalam sesi yang terbagi menjadi dua tema ini adalah Michael Rasmussen (co-founder OCEG).
Tema #1: The Future of Organization: Agility & Resilience
Pada masa kini, perusahaan atau organisasi menghadapi tantangan yang berkembang. Keadaan ini bisa disebut navigating chaos, mengingat perusahaan cenderung saling terhubung dengan pihak-pihak lain.
Dalam platform risiko dan ketahanan, sejumlah tujuan bisnis perlu dirumuskan melalui beberapa pertimbangan. Perumusan ini penting karena seluruh tim harus dipastikan siap menghadapi keadaan kritis. Persiapan mencakup pula peralatan yang diperlukan untuk mendukung perjalanan manajemen ketahanan. Pada akhirnya, strategi manajemen ketahanan membutuhkan sejumlah langkah dan tidak bisa dilakukan dengan terburu-buru.
Tema #2: Integrated GRC & ESG: The Missing Link in Strategy & Processes
Bagaimana hubungan antara kedua term dalam konteks perusahaan? Secara sederhana, GRC adalah bagaimana ESG dilakukan.
ESG bergantung pada beberapa segmen pasar GRC karena memerlukan visibilitas terperinci mengenai kepatuhan, peraturan, permasalahan dan insiden, sosial, lingkungan, kesehatan dan keselamatan, pihak ketiga/pemasok, privasi, keamanan, pengendalian internal, dan lain-lain. Segmen inilah yang memberikan kemampuan untuk melaporkan ESG secara keseluruhan, tetapi memerlukan kemampuan yang mendalam di hampir semua bidang ESG lainnya.
Lifetime Achievement dan Seminar GRC Summit
GRC Summit 2023 hari kedua (25/8) terdiri atas sesi Lifetime Achievement dan Seminar. Acara ini dipimpin oleh MC Bintang Cahya dan diawali dengan sambutan dari Dr. Antonius Alijoyo.
Sesi Lifetime Achievement dipandu oleh Surjorimba Suroto, Direktur Jakarta OSES Energi. Keynote speech sesi ini disampaikan oleh Sophia Wattimena selaku Ketua Dewan Audit OJK. Agenda berikutnya adalah penyerahan penghargaan untuk Ito Warsito (alm.) yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) 2009—2015 serta Erry Riyana Hardjapamekas, komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2003—2007.
Tema #1: Integrated GRC & ESG: Key Driving Factors & Practices
Dengan dipandu oleh Charles R. Vorst selaku Ketua IRMAPA, keynote speech disampaikan oleh Michael Rasmussen. Agenda berikutnya berupa sesi pemaparan materi I yang dimoderatori oleh Boy Michael. Narasumber dalam sesi ini adalah Maxensius Tri Sambodo (peneliti BRIN) dan Noor Syaifudin (analis BKF).
Maxensius Tri Sambodo: Business Trust Adalah Faktor Terpenting
Bagaimana ESG dan GRC menjadi fondasi untuk mengetahui tantangan yang kita hadapi? Yang perlu dilakukan pertama kali adalah memastikan budaya perusahaan sejalan dengan value yang diharapkan oleh customer.
Selain itu, peningkatan kualitas juga perlu dilakukan melalui sejumlah penelitian dan pengembangan dalam rangka menghadapi beberapa risiko yang memengaruhi perusahaan/organisasi. Metode dan langkah yang sesuai juga perlu diadaptasi dengan tujuan menghasilkan value yang nantinya akan dinilai oleh pasar.
Noor Syaifudin: Risiko Global yang Paling Utama
Perubahan iklim merupakan risiko global yang menempati posisi pertama pada daftar 10 ancaman risiko global. Ia menjadi sorotan global karena semakin banyak bukti mengenai bagaimana hal tersebut berdampak terhadap masyarakat dan lingkungan dunia.
Perubahan iklim mendorong peran atau kontribusi Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Mengapa demikian? Rupanya, hal ini disebabkan oleh fakta bahwa perubahan iklim berdampak pada makroekonomi dan keberlanjutan fiskal.
Tema #2: Building Resilient Program Through GRC & ESG
Sesi pemaparan materi II dipimpin oleh Jeffrey Siregar, Sekretaris Jenderal PaGI, dan diawali oleh keynote speech dari Kunjung Masehat selaku Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Agenda sesi pemaparan materi II dimoderatori oleh Prof. D. S. Priyarsono, Ketua Academic Advisory Board di CRMS Indonesia, dengan tiga orang narasumber. Ketiga nama tersebut adalah Alstair Bharata (Director Risk Advisory Deloitte), Adriawan Basuki Gautama (Senior Manager Quality Management Pertamina Hulu Energi), dan Renova Viscky (VP Risk Management and ESG di PT Bumi Resources Tbk).
Alstair Bharata: Selaraskan ESG dan GRC
Manajemen risiko adalah “jantung” dari tata kelola perusahaan yang baik. Praktik ESG pun perlu dijalankan bersama dengan manajemen risiko. Pattern yang dibutuhkan untuk memulai proses tersebut adalah integrasi dengan kemampuan manajemen.
Terdapat beberapa tantangan dalam mengintegrasikan ESG ke dalam GRC. Tantangan ini berada dalam aspek tata kelola, operasional, keuangan, teknologi, dan pengetahuan.
Adriawan Basuki Gautama: Pertamina Siapkan Nol Emisi Karbon
Sebagai BUMN, Pertamina mendapatkan mandat untuk menjaga ketersediaan energi nasional dengan harga terjangkau. Pertamina diharapkan juga dapat mendukung program-program pemerintahan yang terkait.
Di sisi lain, dunia bergeser ke keadaan yang berpotensi mendorong perubahan iklim. Untuk mengurangi kemungkinan dampak terburuk dari keadaan ini, Pertamina mendukung komitmen pemerintah dengan mempersiapkan program net zero emission atau nol emisi karbon. Pada 2030, Pertamina diharapkan mampu mengurangi emisi karbon sebanyak 32%.
Renova Viscky: ESG Menjadi Diskusi Penting
Pentingnya mengimplementasikan ESG ke dalam pemikiran GRC sudah dirasakan oleh Bumi Resources Tbk (BUMI). Diskusi mengenai hal terkait kepada stakeholder dan investor juga terus dilakukan. Diskusi semacam ini akhirnya berkembang menjadi diskusi yang tidak lagi tercipta karena suatu kebetulan, melainkan karena perhatian khusus atas adanya potensi perubahan iklim.
Di BUMI, ESG berada langsung di bawah pengawasan CEO yang dibantu oleh komite terkait. Komite ini—Komite ESG—dibentuk untuk memberikan rekomendasi kepada dewan mengenai ESG. Tujuan dari hal ini adalah untuk memastikan keberadaan dan efektivitas penerapan ESG. Sebagai acuan, BUMI menggunakan Sustainability Accounting Standards Board (SASB) untuk industri pertambangan dan logam dalam memfokuskan kegiatan ESG.
Setiap kali speech atau pemaparan materi selesai dilakukan, sesi tanya jawab dengan peserta digelar dengan panduan moderator.
Gambar 1. Kata sambutan oleh Dr. Antonius Alijoyo.
Gambar 2. Pemaparan materi oleh Michael Rasmussen, co-founder OCEG.
Gambar 3. Pemaparan materi oleh oleh Sophia Wattimena, Ketua Dewan Audit OJK.
-o0o-