Webinar Risk Assessment diselenggarakan oleh PT TUV Rheinland Indonesia. Acara yang diadakan pada 21 April 2022 lalu dengan MC Hendra Fachrurozy ani berhasil digelar berkat kerjasama PT TUV Rheinland Indonesia dengan IRMAPA.
Mengangkat tema “A Closer Look at Risk Assessment Techniques ISO 31010: Providing Intuitive Information for Decision Making Process” atau “Melihat Lebih Dekat tentang Teknik Penilaian Risiko ISO 31010: Memberikan Informasi Intuitif untuk Proses Pengambilan Peputusan”, Webinar Risk Assessment ini diawali dengan pembukaan oleh Raden Rachmadi Gustrian selaku Sekjen IRMAPA, sebelum mulai diisi oleh Stefiany Norimarna, co-founder Center for Risk Management Studies (CRMS), sebagai pembawa materi.
Raden Rachmadi Gustrian: IRMAPA Siap Berkolaborasi
Sebagai asosiasi profesi manajemen risiko lintas sektor di Indonesia, IRMAPA menaruh berkomitmen untuk berkontribusi melalui inisiatif-inisiatif yang mendukung peningkatan kapabilitas SDM di bidang manajemen risiko serta peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko di sektor privat publik. Pada acara ini, melalui Rachmadi Gustrian, IRMAPA kembali mengajak semua pihak yang hadir di untuk sama-sama berkolaborasi untuk mendukung dan menyelaraskan penerapan manajemen risiko di organisasi masing-masing di seluruh Indonesia.
Stefiany Norimarna: Keputusan Harus Dibuat dengan Mempertimbangkan Risiko
Dalam proses pengambilan keputusan oleh suatu organisasi, apakah staf yang terlibat dalam decision making process lebih banyak memakai intuisi (intuitive) atau berdasarkan data (data-driven)? Berdasarkan survei data dari 3.225 responden di level eksekutif yang disajikan oleh MIT, lebih banyak orang di level eksekutif cenderung memilih untuk menggunakan intuisi (intuitive).
Pengambilan keputusan di suatu organisasi bisa dikategorikan menjadi empat tipe keputusan. Masing-masing keputusan dibagi berdasarkan lingkup dan dampaknya, lalu berdasarkan seberapa besar tingkatan kondisi saat itu untuk membuat keputusan.
Menurut Stefiany, keputusan-keputusan tersebut harus dibuat dengan mempertimbangkan risiko yang akan muncul. Untuk mengatasi risiko sebagai hambatan, Stefiany menyebutkan tentang Risk-Based-Decisions. Dalam penjelasannya, pengambilan keputusan Risk-Based-Decision adalah proses mengumpulkan evidences agar kita bisa mengukur kemungkinan apa saja yang datang, yang bisa membuat suatu keputusan itu kemudian berpengaruh pada dampak yang signifikan.
Dalam ISO 31000 yang merupakan Standar Risk Management Guildelines, menurut Stefiany, setidaknya ada tiga bentuk arsitektur komponen utama yang terkandung, yaitu prinsip manajemen risiko, kerangka kerja manajemen risiko, dan proses manajemen risiko.
Pada sesi diskusi yang kedua, Stefiany menjelaskan bahwa Risk Assessment terdiri tiga proses, yaitu identifikasi risiko, analisa risiko, dan evaluasi risiko. Sebelum melakukan proses-proses tersebut dalam standar ISO 31000 (Standar Risk Management Guildelines) yang meliputi prinsip manajemen risiko, kerangka kerja manajemen risiko, dan proses manajemen risiko, kita perlu mencari tahu terlebih dahulu mengenai scope, context, dan criteria. Secara sederhana, lebih baik kita mengetahui terlebih dahulu target kita sebelum melakukan proses manajemen risiko.
Risk Assessment harus dilakukan dengan cara sistematis, iteratif, dan kolaboratif. Adapun tiga proses proses manajemen risiko lainnya meliputi:
- Risk Identification
Pengidentifikasian risiko yang dicatat sesuai dengan scope, context, dan criteria atau sasaran yang telah ditentukan. - Risk Analysis
Menganalisa risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi dan dampak apa saja yang akan menghambat suatu organisasi. - Risk Evaluation
Mengevaluasi proses mitigasi risiko, lalu menggunakan metode dan strategi yang pantas untuk memitigasi risiko tersebut.
Menurut ISO 31010, ada 41 teknik penilaian risiko. Penilaian risiko sendiri dapat dilakukan secara efektif dengan memastikan bahwa seluruh rencana, informasi dan model, implementasi teknik penilaian risiko, review hasil analisa, implementasi hasil untuk mendukung keputusan, serta proses penilaian risiko terdokumentasi dengan baik .
Setelah penyampaian materi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan ditutup dengan sesi foto bersama.
Gambar 1. Penyampaian materi oleh Ibu Stefiany Norimarna
Gambar 2. Foto bersama peserta webinar