Hampir semua lembaga keuangan berkomitmen untuk berlaku adil terhadap pelanggan dan mitra bisnisnya. Namun, masih banyak karyawan yang bingung dengan standar perilaku yang diharapkan perusahaan. Ketidaksesuaian antara perilaku karyawan dan nilai perusahaan ini bisa memicu risiko perilaku yang berpotensi merugikan.
Apa Itu Risiko Perilaku?
Risiko perilaku adalah kemungkinan kerugian yang dialami perusahaan akibat tindakan atau kelalaian karyawan, kontraktor, atau mitra bisnis. Risiko ini dapat muncul di berbagai bagian bisnis, seperti penjualan, transparansi informasi, atau penanganan keluhan pelanggan.
Mengapa Risiko Perilaku Perlu Dikelola?
Gagal mengelola risiko perilaku bisa berdampak besar, seperti denda besar, kehilangan kepercayaan pelanggan, hingga kerusakan reputasi. Setelah krisis keuangan global, regulator di berbagai negara menerapkan aturan ketat untuk mengawasi perilaku perusahaan keuangan, seperti Dodd-Frank Act di AS dan Senior Managers and Certification Regime (SMCR) di Inggris.
Mengukur dan Mengelola Risiko Perilaku dengan Data
Salah satu cara terbaik untuk mengelola risiko ini adalah dengan mengumpulkan dan menganalisis data. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai risiko perilaku meliputi:
- Keluhan pelanggan
- Pelanggaran kebijakan internal
- Pelatihan karyawan yang terlewat
- Jam kerja berlebihan
- Laporan transaksi mencurigakan
Dengan mengolah data ini, perusahaan dapat lebih cepat mengidentifikasi masalah sebelum menjadi krisis besar. Salah satu contoh sukses adalah perusahaan jasa keuangan di Eropa yang menggunakan “Protiviti Risk Index” untuk memantau dan mengukur risiko perilaku. Dengan alat ini, mereka bisa lebih proaktif dalam mengambil keputusan dan memperbaiki budaya perusahaan.
Langkah-Langkah untuk Mengelola Risiko Perilaku
Agar pengelolaan risiko perilaku lebih efektif, perusahaan sebaiknya:
- Memahami kewajiban kepatuhan di negara tempat beroperasi.
- Mengembangkan kebijakan dan prosedur mitigasi risiko.
- Memantau metrik risiko secara berkala untuk intervensi cepat.
- Melibatkan dewan direksi dan manajemen senior dalam diskusi risiko.
- Membangun struktur tata kelola yang fokus pada risiko perilaku.
Mengelola risiko perilaku dapat membangun budaya perusahaan yang sehat. Dengan data yang tepat dan alat pengukuran yang efektif, perusahaan dapat mencegah pelanggaran dan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih transparan, etis, dan berkelanjutan.
Artikel ini telah diterbitkan oleh Protiviti dengan judul Managing Conduct Risk: How Aggregating and Assessing Data Can Drive Culture-Changing Decisions. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.