Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Dalam menghadapi risiko di tengah ketidakstabilan ekonomi, peran dewan direksi menjadi sangat penting. Khususnya dalam situasi merger dan akuisisi selama resesi, dewan direksi harus menghadapi ketidakpastian, mempertimbangkan faktor krusial dalam transaksi, serta mengelola risiko strategis, keuangan, regulasi, dan talenta.

Perusahaan dapat menghadapi tiga pilihan selama resesi: tumbuh, bertahan, atau mengalami kegagalan. Dewan harus melakukan pengawasan strategis dan menilai transaksi sebagai peluang untuk membeli atau menjual.

  1. Risiko Strategis

Pengawasan aktif dewan direksi dalam mengevaluasi peluang merger dan akuisisi atau pelepasan aset selama resesi sangat penting. Identifikasi target strategis atau pihak yang mungkin mengakuisisi memberikan kesempatan untuk pertimbangan yang matang sebelum terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan.

  1. Risiko Keuangan

Dalam situasi ini, penilaian valuasi dan harga sangat krusial. Dewan di kedua belah pihak harus meminta analisis skenario dan pembaruan valuasi secara teratur selama negosiasi. Proforma keuangan di bawah skenario stres dan sinergi dapat membantu mengidentifikasi potensi kerugian.

  1. Risiko Regulasi

Tinjauan regulasi terhadap transaksi merger dan akuisisi semakin meluas dalam durasi, cakupan, dan kedalaman. Proses yang teratur dapat mengurangi risiko regulasi dan litigasi.

  1. Risiko Talenta

Risiko integrasi bakat perlu diperhatikan oleh dewan dan tim manajemen. Kesesuaian budaya perusahaan menjadi penyebab utama kegagalan integrasi.

Dewan dan tim manajemen perlu mempertimbangkan kondisi krisis, termasuk pandemi COVID-19 dan masa depan kerja. Keputusan terkait merger dan akuisisi harus bersifat strategis dan tidak hanya reaktif terhadap pasar dan lingkungan makro.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Oliver Wyman, dengan judul Risk Considerations Amid Economic Volatility pada Desember 2022. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.