Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Ketidakpastian semakin menjadi ciri khas era bisnis saat ini, dipengaruhi oleh risiko ekonomi, lingkungan hidup, geopolitik, sosial, dan teknologi. Dalam laporan Risiko Global Forum Ekonomi Dunia, terungkap bahwa kita menghadapi masa depan yang semakin tidak pasti dan bergejolak. Dengan pandemi COVID-19 sebagai titik puncak, pemahaman akan “new normal” mendorong perlunya investasi dalam ketahanan organisasi.

 

Urgensi Ketahanan

Penelitian Forum Ekonomi Dunia menunjukkan dampak kurangnya ketahanan dapat mencapai 1-5% dari PDB global. Meskipun kesadaran tentang ketahanan telah meningkat, banyak perusahaan masih pada tahap awal membangun ketahanan atau menginvestasikan dalam pengembangan ketahanan sebagai pilar penciptaan nilai jangka panjang di masa depan. Terutama dalam aspek Sosial dan Tata Kelola (ESG), ketahanan masih dianggap kurang mendesak untuk diatasi.

 

Kerangka Kerja dan Prinsip Utama

Ketahanan organisasi memiliki dasar pada orang-orangnya, menjadi landasan respons sebelum, selama, dan setelah krisis. Oleh karena itu, pemimpin bisnis memiliki peran kunci dalam membangun ketahanan organisasi. Berikut kerangka kerja berdasarkan empat prinsip utama:

 

  1. Tekad:

   – Mencerminkan keinginan organisasi untuk bertahan hidup.

   – Memerlukan komitmen pribadi yang mendalam dari tim kepemimpinan.

 

  1. Komunikasi:

   – Diperlukan untuk beralih dari komitmen prinsip ke pengembangan perencanaan dan tujuan.

   – Memastikan ketahanan dapat ditindaklanjuti secara efektif.

 

  1. Adaptasi:

   – Memfasilitasi eksekusi sehingga perusahaan dapat beradaptasi dengan perubahan mendadak.

 

  1. Pemberdayaan:

   – Memungkinkan individu untuk mengambil kepemilikan dan berkolaborasi dalam menghadapi tantangan baru.

 

Pilar Ketahanan

  1. Operasional: Mencerminkan kelangsungan bisnis perusahaan saat terjadi guncangan.

 

  1. Strategis: Kemampuan untuk merespons perubahan lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.

 

  1. Finansial: Kesehatan finansial organisasi dalam menghadapi krisis.

 

  1. Sosial: Ketergantungan dan keterkaitan dengan ketahanan sosial dan politik masyarakat.

 

  1. Organisasi: Kemampuan tenaga kerja, budaya, dan struktur perusahaan untuk menangani gangguan.

 

Membangun ketahanan organisasi bukan hanya investasi strategis jangka panjang, tetapi juga persyaratan bisnis yang kritis di era ketidakpastian global. Perusahaan dituntut untuk memperkuat strategi ketahanan mereka, berinvestasi dalam pengembangan ketahanan, dan melihat ketahanan sebagai landasan bagi penciptaan nilai jangka panjang. Inilah langkah penting dalam menjawab tantangan dan gejolak yang mungkin terjadi di masa depan.

 

Artikel ini telah diterbitkan oleh WEF, dengan judul Risk Proof: A Framework for Building Organizational Resilience in an Uncertain Future. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.