Firdha Lintang Kirana, Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi (STMA) Trisakti Jakarta, Pemenang Kedua Lomba Menulis Artikel Manajemen Risiko 2020

Media sosial (medsos) adalah sebuah media dalam jaringan (daring) yang memungkinkan para pengguna internet dapat berkomunikasi/saling berhubungan, berbagi informasi baik tulisan, gambar maupun video secara virtual melalui berbagai fasilitas akun seperti blog, Facebook, Instagram, dan YouTube.

Situs jejaring sosial muncul pertama kali pada tahun 1997 yang bernama Sixdegree.com. Sejak kelahiran situs yang bernuansa media sosial itu, dalam 30 tahun terakhir banyak lahir situs-situs baru yang lebih komunikatif dan interaktif seperti lahirnya blog, Friendster, LinkedIn, MySpace, Facebook, Twitter, dan Google. Tidak dapat dimungkiri bahwa kehadiran situs-situs ini mengubah budaya berkomunikasi manusia di planet bumi. Bahkan, dalam 5 tahun terakhir, perubahan dramatis juga terjadi pada bidang ekonomi dan transportasi.

Perubahan peradaban manusia yang tengah terjadi dengan cepat saat ini berlangsung pada semua lapisan masyarakat baik secara usia, jenis kelamin, maupun profesi. Perubahan ini juga menjadi semakin massal, merata hampir ke seluruh pelosok dunia karena ditopang dengan semakin murahnya harga gadget, dan kemudahan untuk memperoleh sinyal telekomunikasi. Banyak dampak positif yang diperoleh masyarakat di era peradaban baru ini. Namun demikian, banyak pula masyarakat yang menjadi korban dari lahirnya peradaban ini.

 

Media Sosial dan Generasi Milenial

Belakangan ini media sosial seakan sudah menjadi candu bagi masyarakat Indonesia khususnya kalangan remaja. Remaja masa kini identik dengan ponsel hampir 24 jam per hari. Media sosial yang paling sering digunakan oleh kalangan remaja antara lain Facebook, Twitter, Path, YouTube, Instagram, Line, dan WhatsApp. Media sosial tersebut mempunyai keunggulan dan daya tarik sendiri bagi penggunanya. Media sosial sangat banyak menawarkan kemudahan yang membuat remaja betah berlama-lama dalam menggunakannya.

Menurut McGraw Hill Dictionary, media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunikasi virtual.

Bagi kaum milenial, keberadaan media sosial ini menjadi sarana untuk menunjukkan eksistensi pribadi maupun kelompok yang pada ujungnya membuat mereka saling berlomba mengadu kreativitas. Bagi kelompok kaum milenial lainnya, media sosial ini juga dipakai sebagai sarana untuk menghasilkan uang saku melalui berbagai kegiatan ekonomi kreatif, atau sekadar menjual barang-barang kebutuhan keseharian lainnya.

Namun sayangnya, fakta menunjukkan bahwa tidak semua kaum pengguna internet adalah kaum yang terdidik atau mendapatkan pengawasan yang baik dari para orang tua. Hal ini menyebabkan kaum milenial menjadi sasaran empuk berbagai tindak kejahatan virtual, seperti penipuan, prostitusi, human trafficking, bullying, dan hoax. Di samping itu, kurangnya pengawasan orang tua terhadap penggunaan gadget menyebabkan banyak generasi milenial mengalami gangguan penglihatan, berperilaku antisosial, addictive terhadap game online, serta berbagai perilaku agresif dan destruktif lainnya yang merugikan perkembangan jiwa dan psikomotorik mereka.

 

Bermedia Sosial dengan Bijak

Generasi milenial atau Gen Y adalah mereka yang saat ini berusia 18–34 tahun. Meskipun secara fisik mereka sudah tampak besar dan dewasa—dan umumnya mereka maunya sudah dianggap dewasa, sehingga bebas melakukan apa pun sesuai dengan keinginan mereka—, pada kenyataannya secara psikologis mereka masih belum matang dan labil dalam menentukan sikap dan mengambil keputusan. Dengan demikian, para orang tua harus tetap memantau bagaimana mereka bermedia sosial sehari-harinya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh generasi milenial maupun para orang tua guna mengurangi risiko dalam bermedia sosial.

  1. Durasi

Dengan mengingat penggunaan gadget dapat berdampak pada kesehatan penglihatan, ada baiknya gadget tidak dipakai secara terus-menerus dalam durasi yang lama. Usahakan untuk beristirahat beberapa menit setelah menggunakan gadget selama 1 jam, atau dapat pula menggunakan fasilitas reminder yang ada seperti pada aplikasi Instagram yang meminta pengguna untuk istirahat. Masalah durasi ini sangat wajib diperhatikan oleh para gamer, yang bisa berjam-jam melihat layar monitor saat mereka asyik bermain game online.

  1. Frekuensi

Meskipun ada sebagian orang yang ketika beraktivitas dengan gadget tidak memakan waktu berjam- jam (hanya 5–10 menit), sering kali frekuensi mereka melihat gadget dilakukan cukup sering. Mereka akan selalu melihat gadget mereka untuk memeriksa informasi atau status manakala ada kesempatan. Misalnya, ketika sedang mengemudi, belajar di kelas, berkumpul untuk makan bersama, rapat, atau bahkan ketika hendak tidur atau bangun tidur. Hal ini selain dapat membahayakan jiwa tentunya juga dapat menyebabkan mereka menjadi kurang perhatian, dan tidak peduli terhadap orang dan lingkungan di sekitar mereka. Oleh sebab itu, dalam jangka panjang, selain dianggap tidak sopan, mereka juga akan menjadi orang yang antisosial.

  1. Konten

Bijaksanalah dalam memilih dan menggunakan akun media sosial, aplikasi, dan berbagai informasi virtual lainnya. Banyak propaganda jahat yang dilakukan pihak yang tidak bertanggung jawab di dunia maya. Sesuaikan pemilihan konten dengan usia dan kebutuhan kita. Selain itu harus pandai pula dalam melakukan cek dan ricek terhadap informasi apa pun yang masuk ke gadget kita.

Teknologi sesungguhnya diciptakan untuk mempermudah kehidupan manusia. Melalui teknologi ini diharapkan tercipta budaya baru. Dalam hal ini adalah budaya digital. Kata kunci dari lahirnya budaya baru ini adalah manusia. Jadi, manusia harus mengendalikan teknologi dan bukan sebaliknya. Di samping itu, manusia harus dapat beradaptasi terhadap dinamika perubahan yang terjadi dalam sendi-sendi kehidupannya agar dampak buruk yang mungkin terjadi dari perubahan disruptif yang terjadi di era 4.0 dapat diantisipasi dengan baik.

 

Penutup

Salah satu prinsip manajemen risiko mengajarkan bahwa manusia harus dinamis dan tanggap terhadap perubahan. Jadi, dengan adanya peradaban baru, yaitu berupa transformasi kehidupan menuju era digitalisasi, generasi milenial khususnya dan para orang tua pada umumnya harus mengikuti arus transformasi era 4.0 jika tidak ingin ditinggal oleh zaman. Namun demikian, segala bentuk perubahan yang terjadi harus dicermati dengan saksama agar tidak tersesat terbawa arus transformasi yang menyebabkan terjadinya destruksi peradaban manusia.

Sejatinya, media sosial hadir untuk mempermudah umat manusia dalam melakukan komunikasi dan interaksi. Harus diingat bahwa gadget itu adalah alat bantu yang mempermudah kehidupan manusia, tetapi bukan menggantikan manusia. Manusia tetap perlu berinteraksi dengan manusia lain secara langsung sesuai dengan sifat dasar manusia, yaitu manusia adalah makhluk sosial.

Perlu diingat pula bahwa di dunia maya banyak pihak yang tidak bertanggung jawab yang menggunakan fasilitas media sosial untuk tujuan yang tidak baik.

Pemerintah hanya bisa membuat undang-undang dan peraturan yang melindungi masyarakat, termasuk generasi milenial dari penyalahgunaan ini. Namun pada akhirnya, kita sendirilah yang dapat melindungi diri kita sendiri dari berbagai risiko tersebut. Mari kita menggunakan media sosial secara bijak.