Penulis: Munawar Kasan
Praktisi Manajemen Risiko dan Pengurus Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA)
Asian Games 2018 tinggal menghitung hari. Pemerintah, panitia, pendukung kegiatan, dan seluruh rakyat Indonesia siap menyukseskan. Terlebih para atlet, siap memberikan medali terbaik untuk bangsa.
Perhelatan akbar yang berlangsung 18 Agustus hingga 2 September 2018 ini membutuhkan kepemimpinan dan kemampuan manajerial yang mumpuni. Penyelenggaraan ajang yang diikuti sekitar 16 ribu atlet dan ofisial. Perlu diacungi jempol kepada seluruh yang terlibat, khususnya Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc).
Perlu diantisipasi, pelaksanaan Asian Games bisa tidak mulus. Ada potensi hambatan/gangguan. Pertandingan bisa terganggu atau tertunda. Bahkan bisa lebih dari itu, Asian Games bisa mundur dari jadwal. Banyak risiko dapat terjadi yang berakibat pada target Indonesia sebagai tuan rumah meleset.
Risiko tersebut dapat muncul utamanya disebabkan faktor manusia atau alam (terkadang ditambah faktor kelemahan sistem). Faktor manusia antara lain bersumber dari kurangnya kompetensi, ketidakcukupan jumlah orang, atau kemampuan kepemimpinan dan manajerial. Jika manajemen amburadul, hal sepele sekalipun, akan dapat mengacaukan acara. Dampaknya bisa berantai, memengaruhi lainnya.
Ada juga faktor kesengajaan yang dapat menggagalkan target hajatan besar ini. Kerusuhan penonton/suporter, teroris, atau serangan siber adalah sekelumit contoh aksi sengaja yang melibatkan aktor manusia. Kejadian masuknya penonton ke lapangan di final Piala Dunia 2018 yang lalu sedikit mengganggu pertandingan, meskipun tidak signifikan. Ini hanya contoh kecil lemahnya pengamanan.
Sementara itu, faktor alam bisa berdampak pada kekacauan jadwal Asian Games 2018. Risiko gempa bumi, banjir, asap akibat kebakaran hutan, dan faktor alam lainnya bisa mengubah jadwal pertandingan.
Dampak dari kesemuanya itu adalah terhadap kelancaran pertandingan. Indonesia bisa dicap gagal. Ada pertaruhan reputasi. Juga bisa berdampak pada kerugian finansial. Bahkan lebih dari itu, risiko yang terjadi dapat menyebabkan kehilangan nyawa.
Risiko Kritikal
Panitia harus melakukan asesmen risiko. Perlu dibuat daftar risiko-risiko apa saja yang dapat mengancam Asian Games 2018. Perlu fokus pada beberapa downside risks yang bersifat kritikal yang memiliki level risiko signifikan pada penyelenggaraan acara.
Setidaknya ada tiga kumpulan risiko kritikal yang perlu diperhatikan. Pertama, risiko terkait keamanan. Ada banyak variasi dari risiko ini, yakni kriminalitas, kerusuhan/huru-hara, keamanan siber, atau bahkan terorisme. Risiko tersebut dapat menggagalkan pertandingan atau bahkan lebih besar dari itu, menggagalkan Asian Games 2018.
Kedua, risiko ketidaklancaran pertandingan. Cakupannya tidak terbatas pada penjadwalan, kesiapan venue dan panitia, rantai pasok, penyediaan sumber daya, atau risiko yang disebabkan faktor alam. Kelancaran pertandingan akan menggambarkan profesionalisme panitia.
Ketiga, risiko terkait penunjang kegiatan, misalnya fasilitas medis dan hospitality. Yang terakhir ini sangat mempengaruhi citra Indonesia dimata dunia. Ada banyak yang berperan di area hospitality ini, yakni partisipasi industri hospitality dan masyarakat, tidak hanya terbatas di area Jakarta dan Pelembang.
Ada risiko lain yang terkait dengan Asian Games, namun tidak secara langsung terlihat dampaknya dan umumnya ditemukan setelah acara, yakni risiko fraud. Umumnya sangat terkait dengan pengadaan barang/jasa.
Pengelolaan Risiko
Masih ada waktu untuk mengantisipasi agar risiko-risiko yang dapat menggagalkan target penyelenggaraan Asian Games 2018 tidak terjadi. Perlu upaya preventif untuk mencegah kemungkinan terjadinya risiko atau setidaknya menurunkan dampaknya apabila risiko tersebut terjadi.
Pihak (orang/unit) yang mengoordinir manajemen risiko perlu meneropong secara helicopter view. Menjadi lini kedua dan membantu panitia operasional (lini pertama) dalam menangani risiko. Perlu adanya risk summary atas risiko kritikal dan kemudian memberikan perhatian pada risiko dengan level yang tinggi.
Lebih bagus lagi apabila mampu menyediakan daftar risiko yang merupakan penilaian risiko yang lebih rinci. Contohnya, di setiap jenis pertandingan dan lokasi, perlu adanya asesmen risiko. Menemukan risiko-risiko yang berpotensi terjadi dan melakukan penanganannya.
Dalam rangka penanganan risiko terkait kecelakaan, kesehatan, atau kematian, Inasgoc telah menggandeng perusahaan asuransi PT. Asuransi Kredit Indonesia (Persero), PT. AXA Mandiri Financial Services, PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia, dan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero). Perusahaan asuransi tersebut memberikan jaminan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, dan asuransi jiwa pada atlet, ofisial, wasit, relawan, dan officerInasgoc. Perusahaan asuransi akan menanggung biaya kesehatan/pengobatan, santunan cacat, dan santunan meninggal dunia.
Selain asesmen risiko, panitia harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menghadapi kondisi darurat. Di dalam dunia bisnis dikenal dengan business continuity management. Jumlah orang yang terlibat sangat banyak, 16 ribu orang belum termasuk penonton, panitia, dan masyarakat sekitar. Tanpa kemampuan penanganan kondisi darurat, maka berpotensi ada dampak risiko yang besar, baik berbentuk korban jiwa, cidera, maupun kerugian asset.
Ketidakhadiran asesmen risiko pada penyelenggaraan Asian Games 2018 akan berpotensi belum terantisipasinya peristiwa yang berdampak negatif. Akibatnya, risiko bisa tak tertangani dengan baik sehingga berdampak pada gangguan kelancaran Asian Games.