Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Ketika berbicara tentang kolaborasi merek, memilih mitra bisnis tidak pernah tanpa risiko. Seperti dalam setiap keputusan investasi, manajemen risiko menjadi kunci untuk memastikan pertukaran nilai yang seimbang. Dalam industri mode yang dinamis, perusahaan harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan imbalan, di mana garis antara sukses dan kegagalan seringkali sangat tipis.

Contoh sukses seperti kolaborasi Nike dengan Colin Kaepernick menunjukkan bahwa manajemen risiko dapat membawa imbalan besar. Namun, ada juga risiko, seperti yang dialami Nike dalam kasus kontroversial dengan Kyrie Irving. CEO Nike, Phil Knight, mengakui bahwa bermitra dengan atlet elit bukanlah ilmu pasti, memberikan alasan untuk terus mengevaluasi profil risiko.

Kolaborasi dengan influencer, seperti Adidas dengan Ye (Kanye West), membawa potensi risiko dan imbalan yang tinggi. Perhitungan risiko ini menjadi lebih rumit ketika menangani individu, seperti yang terlihat dalam kasus Yeezy. Meskipun Adidas mengakhiri kolaborasi setelah pernyataan kontroversial, rencana perusahaan untuk melanjutkan lini Yeezy tanpa Ye menyoroti pentingnya manajemen risiko yang bijaksana.

Manajemen risiko yang efektif dimulai dengan pemahaman mendalam terhadap pendorong risiko dalam setiap kemitraan. Evaluasi kriteria unik, termasuk sejarah mitra, potensi penjualan, dan kemampuan untuk menciptakan nilai, adalah langkah kunci. Penting untuk diingat bahwa kolaborasi dengan individu membawa risiko yang lebih tinggi, seperti yang terlihat dari aspek-aspek pribadi seperti temperamen, kesehatan mental, dan hubungan interpersonal.

Selain pemahaman risiko, langkah-langkah konkrit harus diambil untuk mengurangi risiko. Kontrak sosial, di samping kewajiban kontraktual, menjadi instrumen penting untuk melindungi merek dan memastikan nilai yang diwakili oleh kolaborasi tetap terjaga. Pertanyaan strategis seperti potensi kerugian, rencana keluar, dan kemampuan merek untuk menahan risiko perlu dijawab sebelum bermitra.

Meskipun kolaborasi merek membawa risiko, kenyataannya adalah bahwa keberhasilan dapat menghasilkan aktivitas profitabilitas yang signifikan. Dalam industri fashion, seperti kasus Nike dengan lini Air Jordan dan kolaborasi “Curry One” antara Steph Curry dan Under Armour, hasilnya dapat melebihi ekspektasi.

Dengan pengelolaan risiko yang cerdas, perusahaan fashion dapat terus terlibat dalam kolaborasi yang berisiko tetapi berpotensi memberikan keuntungan besar. Kesuksesan terletak pada kemampuan untuk memahami dan mengelola risiko dengan bijak, membuka peluang pertumbuhan yang signifikan dalam dunia kolaborasi merek.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Kearney, dengan judul When It Comes to Brand Collaboration, Picking Partners Is Always Risky, But Just Like Any Investment Risk Trade-off Should Be Managed pada 19 Desember 2022. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.