Penulis: Charles R. Vorst, MM., BCCS, CERG, ERMCP, QCRO, QRGP, CCGO, CGOP – Sekretaris Jenderal IRMAPA.
Bulan lalu, tepatnya tanggal 18 Juni 2019, IRMAPA kembali menyelenggarakan acara diskusi panel bagi para anggotanya dengan tema “Building Resilient Company in Digital Era through Integrated GRC”. Diskusi panel ini dilaksanakan di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, dengan tuan rumah PT Pefindo Biro Kredit (PBK). Acara dimulai dengan opening dari Ketua IRMAPA, Dr. Antonius Alijoyo, yang mengangkat pentingnya bagi praktisi manajemen risiko dalam memahami credit scoring sebagai bagian dalam upaya pengelolaan risiko kredit yang dihadapi organisasi, maupun bagi setiap individu dalam menjaga creditworthiness-nya. Pada kesempatan kali ini, penulis berkesempatan mengambil peran sebagai moderator pada sesi paparan para pembicara Bapak Yohanes Arts Abimanyu, SE.Ak, MSM, CA. CERG, dan Bapak Mohamad Mukhlis, ST, MT, CERG beserta tim, yang keduanya berasal dari internal PBK..
Pada sesi pertama, Abimanyu, Direktur Utama PBK yang akrab dipanggil Pak Abi oleh jajaran manajemen PBK, membawakan paparan dengan topik “Managing Credit Risk in Digital Era”. Dalam paparannya, pertama-tama Abimanyu memberikan sosialisasi mengenai PBK beserta layanan apa saja yang diberikan kepada para pelanggannya. Sebagai biro kredit terdepan yang menyediakan informasi perkreditan yang andal dan terpercaya, PBK melayani industri perbankan yang menjalankan fungsi intermediaries dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, termasuk di dalamnya institusi finansial lain yang memberikan jasa perkreditan serta organisasi pada industri lainnya yang melakukan penjualan secara kredit, termasuk di dalamnya masyarakat luas yang melakukan pemantauan terhadap credit score dirinya. Pada kesempatan tersebut, Abimanyu juga menjelaskan mengenai risiko kredit, analsis risiko kredit, termasuk di dalamnya traditional credit scoring model maupun kombinasi antara traditional & alternative model yang diadopsi oleh IDScore, aplikasi penyedia data perkreditan milik PBK, yang memberikan nilai lebih pada informasi perkreditan yang disediakan PBK sebagai basis risk-based credit decision making para pelanggan PBK dalam upaya mencapai pertumbuhan kredit di era digital dengan eksposur risiko kredit yang tetap terukur. Selain itu, paparan pada sesi I ini juga menjelaskan pentingnya credit scoring yang andal baik bagi institusi finansial maupun bagi masyarakat umum dalam membangun dan menjaga reputasi kredit yang baik, serta peran apa yang perlu dijalankan oleh para praktisi manajemen risiko kredit dalam menjaga pengelolaan risiko kredit organisasi agar tetap efektif.
Melanjutkan sesi di atas, Mukhlis, Direktur PBK, yang bersama penulis juga aktif sebagai anggota Komite Teknis 03-10 Tata Kelola, Manajemen Risiko, dan Kepatuhan (GRC) untuk mewakili Indonesia dalam sidang-siang ISO/TC 262 dan ISO/TC 309 untuk standar-standar di bidang GRC, selanjutnya membawakan paparan dengan topik “Developing a Strong GRC to Increase Company Resilience”. Dalam paparannya, Mukhlis menjelaskan keberadaan komitmen pimpinan puncak yang memainkan peranan penting ketika organisasi hendak membangun sistem dan praktik GRC terintegrasi. Pada sesi ini, Mukhlis berbagi informasi tentang bagaimana PBK berupaya untuk mengintegrasikan tata kelola, manajemen risiko, sistem manajemen kepatuhan, sistem manajemen mutu, sistem manajemen keamanan informasi, termasuk di dalamnya tata kelola data dan TI (data governance dan IT governance), manajemen proyek, serta manajemen kelangsungan bisnis (business continuity management), yang keseluruhannya mengadopsi standar praktik terbaik yang kerap menjadi referensi berbagai organisasi di dunia seperti, standar-standar ISO dan lainnya. Selain itu, Mukhlis juga menjelaskan manfaat apa yang hendak diraih PBK dengan mengintegrasikan GRC dengan sistem manajemen yang diterapkan oleh PBK, serta roadmap yang digunakan PBK dalam mewujudkan praktik GRC terintegrasi, dan strategi yang diterapkan untuk mendukung upaya integrasi, yakni dengan membagi upaya pengintegrasian di luar dan di dalam atau melalui sistem informasi berbasis TI. Pada sesi II tersebut, Risk Manager PBK, Nazer, yang bertugas untuk mengintegrasikan GRC di luar perangkat TI, dan IT Manager PBK, Helios, yang bertugas untuk mengintegrasikan GRC melalui sistem informasi berbasis TI, juga berkesempatan memberikan paparan masing-masing yang menjelaskan upaya pengintegrasian GRC PBK secara lebih rinci dan teknis.
Adapun beberapa catatan yang penulis sarikan dari kedua sesi di atas antara lain:
1. Bagi praktisi manajemen risiko kredit, sangat penting untuk dapat memantau informasi credit score para debitur yang menjadi pelanggan organisasi dalam rangka untuk menjaga eksposur kredit organisasi tetap dapat terkelola sesuai selera risikonya;
2. Selain itu, praktisi manajemen risiko kredit, atau para pihak yang terlibat dalam pengelolaan risiko kredit organisasi, perlu memahami komponen apa saja yang dapat mempengaruhi suatu credit score debitur sehingga dengan demikian dapat menerapkan pengendalian risiko kredit yang relevan dan efektif, selain dari mengandalkan hasil analisis kredit yang dilakukan pada awal transaksi;
3. Terlebih di era digital, pendekatan tradisional dalam credit scoring mungkin saja tidak lagi mencukupi dalam menilai creditwothiness satu pihak sehingga penggunaan combined model dengan menyertakan komponen-komponen alternatif tambahan dalam traditional credit scoring model menjadi sebuah pilihan yang paling masuk akal. Sehubungan dengan hal ini, komponen-komponen alternatif tambahan perlu dipilih secara seksama dan ditinjau secara berkala guna upaya pengembangan berkelanjutan agar credit scoring model dapat semakin andal;
4. Bagi organisasi maupun masyarakat umum yang memanfaatkan jasa perkreditan dari sebuah institusi, sangat penting untuk membangun dan menjaga good credit reputation agar akses terhadap sumber pendanaan eksternal dapat terpelihara;
5. Dalam kaitan penerapan praktik GRC yang terintegrasi dengan sistem manajemen di lingkungan organisasi, sangat penting bagi para praktisi tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan untuk bersama-sama mendapatkan komitmen dan dukungan dari pimpinan puncak organisasi, serta menjaganya selama upaya penerapan berlangsung dengan cara mengelola ekspektasi dari para pimpinan terhadap manfaat GRC terintegrasi bagi organisasi melalui ketersediaan roadmap penerapan yang dengan jelas memaparkan tahapan penerapan (milestones), berikut dengan keluaran dan kebutuhan sumber daya di tiap tahapan.
Sebagai informasi tambahan, acara diskusi panel di atas juga diliput oleh beberapa media cetak dan online. Beberapa tautan yang dapat dikunjungi untuk melihat liputan acara diskusi panel antara lain https://investor.id/finance/credit-scoring-solusi-jaga-risiko-kredit-di-era-digital, dan https://foto.bisnis.com/view/20190618/935063/diskusi-manajemen-risiko-di-era-digital#.XQn43SGC3b8.whatsapp. Selain itu, kedua pembicara beserta beberapa tokoh praktisi GRC di Indonesia berkesempatan untuk diwawancarai oleh IRMAPA. Video rekaman wawancara ini dapat segera diakses pada website IRMAPA dalam waktu dekat.
Mengakhiri artikel ini, penulis juga hendak menginformasikan bahwa pada bulan Oktober 2019 mendatang, IRMAPA akan bekerja sama lebih lanjut dengan PBK untuk menyediakan pelatihan dengan topik credit scoring bagi para profesional bidang manajemen risiko. Semoga pelatihan ini nantinya juga bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya khususnya oleh para Anggota IRMAPA.

 1-Direktur Utama PBK dalam diskusi tentang pengelolaan risiko kredit di era digital.-

23

-Beberapa kliping berita Diskusi Panel IRMAPA dan PBK pada media cetak.-

4

-Sesi foto bersama Diskusi Panel IRMAPA, 18 Juni 2019.-