Penulis: Charles R. Vorst, MM., BCCS, CERG, ERMCP, QCRO, QRGP, CCGO, CGOP – Sekretaris Jenderal IRMAPA.
Pada hari Jumat, 8 Maret 2019, Bankers Association for Risk Management (BARa) bersama dengan IRMAPA menyelenggarakan BARa Sharing Session, sebuah acara rutin bagi para Anggota BARa, dengan tema “ISO 31000 Risk Management in Banking Sector”. Berlangsung di Financial Club, Jakarta, acara dibuka oleh opening speech dari Ketua Umum BARa, Bapak Ahmad Siddik Badruddin. Selain mengapresiasi kerja sama antara BARa dan IRMAPA yang terwujud melalui penyelenggaraan acara sharing session yang ke-2 bagi BARa di tahun 2019, pada kesempatan tersebut beliau juga berpesan kepada para Anggota BARa yang hadir untuk membuka hati dan pikiran akan peluang dan potensi kebermanfaatan penerapan ISO 31000 ketika standar manajemen internasional tersebut diterapkan pada masing-masing bank.
Adapun sebagai pembicara pertama tampil Bapak Nursepdal Verliandri, salah seorang anggota Komite Teknis 03-10 BSN – Tata Kelola, Manajemen Risiko, dan Kepatuhan, yang mewakili IRMAPA untuk membawa updates mengenai ISO 31000 versi terbaru yang dirilis tahun 2018. Penjelasan mengenai ISO 31000:2018 ini kemudian dilanjutkan oleh Bapak Paul Gwee dari ASEAN Bankers Association yang berbagi hasil pengamatan dan pandangan mengenai penerapan ISO 31000 di lingkungan perbankan di negara-negara ASEAN. Beberapa poin yang dapat penulis bagikan dari sesi ini antara lain: (a) banyak bank di negara ASEAN menerapkan ISO 31000 dalam sistem manajemen risiko perbankan; (b) ISO 31000 bersifat complementary bagi praktik manajemen risiko perbankan berbasis Basel Accords; (c) ISO 31000 tidak hanya mengarahkan sistem manajemen risiko di sebuah bank menuju pada sebuah pendekatan holistik dan terintegrasi, melainkan juga mendorong terciptanya budaya sadar risiko (risk culture) pada seluruh pemangku kepentingan internal.
Lebih jauh sesuai dengan salah satu prinsip manajemen risiko ISO 31000, Paul juga menekankan bagaimana faktor manusia dengan aspek persepsi sebagai bagian dari karakteristik psikologis seseorang berkaitan erat dengan efektivitas sistem manajemen risiko di sebuah organisasi. Terkait dengan hal tersebut, penulis melihat sebuah benang merah pada pentingnya bagi manajemen puncak organisasi, termasuk di dalamnya bank, untuk menetapkan selera dan toleransi risiko organisasi serta mengkomunikasikannya kepada para pemangku kepentingan internal, yaitu guna menjadi sebuah koridor yang kokoh bagi risk attitude yang sangat beragam dari para pemangku kepentingan internal organisasi.
Sesi kemudian dilanjutkan oleh Bapak Sahat Sihombing, SVP ERM PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. (BTN) yang berbagi informasi mengenai praktik penerapan ISO 31000 dalam sistem manajemen risiko BTN. Dengan didukung sebuah aplikasi sistem informasi, penerapan ISO 31000 mulai diwujudkan dengan pelaksanaan Risk & Control Self-Assessment baik di kantor pusat, kantor regional, bahkan hingga ke kantor-kantor cabang. Senada dengan sesi sebelumnya, pembicara pada sesi ini juga menekankan keterlibatan faktor manusia dan budaya risiko dalam membangun sebuah sistem manajemen risiko yang kuat di lingkungan bank. 2 Hal kunci yang penulis sarikan dari sesi ini adalah: (a) tanggung jawab pengelolaan risiko tidak hanya diemban oleh direktorat manajemen risiko saja, melainkan oleh seluruh pihak internal terkait sebagai pemilik risiko; (b) sejalan dengan salah satu prinsip manajemen risiko ISO 31000, keterlibatan pemangku kepentingan internal di sebuah bank dalam aktivitas pengelolaan risiko berbasis ISO 31000 justru mendorong proses perbaikan berkesinambungan dalam tubuh bank itu sendiri.
Acara sharing session yang penyelenggaraannya didukung penuh oleh CRMS Indonesia ini akhirnya ditutup menjelang tengah hari pkl. 11.30 dengan penyerahan cinderamata kepada para pembicara, serta sesi foto bersama pengurus BARa dan IRMAPA yang hadir dengan para pembicara. Besar harapan semua pihak, acara ini menjadi sebuah awal kerja sama panjang antara BARa dan IRMAPA bagi kepentingan komunitas manajemen risiko di Indonesia.
Ketua Umum BARa, Bpk Ahmad Siddik Badruddin, membawakan opening speech –
Sesi foto bersama acara BARa Sharing Session tanggal 8 Maret 2019