Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Dalam menghadapi tantangan pertumbuhan, perusahaan mengalokasikan sumber daya untuk penelitian dan pengembangan (Litbang). Sayangnya, hasil transformasional yang diharapkan seringkali tidak tercapai. Perusahaan perlu meningkatkan toleransi risiko sebagai katalisator pertumbuhan.

Di tahun 2022 terjadi peningkatan investasi Litbang sebesar 5,5%. Namun, Marissa Dent dari Bain & Company menyoroti bahwa ketakutan akan risiko sering menghambat inovasi, dengan banyak perusahaan lebih memilih perubahan bertahap dan menghindari ide-ide transformasional karena risiko yang terlibat.

Tidak ada tekanan perlunya perubahan budaya terkait toleransi risiko untuk mencapai inovasi yang sebenarnya. Pendekatan efektif melibatkan pembentukan dua sistem inovasi: satu fokus pada efisiensi dan Tingkat Pengembalian Investasi atau Return on Investment (ROI) untuk terkait proyek bisnis inti, dan satu lagi fokus pada peluang inovatif yang lebih berisiko.

Dalam dua model inovasi, pendekatan “inti” memiliki profil risiko rendah dengan ROI yang sangat diperhatikan, proses yang terintegrasi dengan baik, penggunaan keahlian internal dan eksternal, serta bertujuan pada hasil efisien dan nilai jangka pendek. Sementara itu, pendekatan “inovasi terobosan” memiliki profil risiko tinggi dengan Tingkat Pengembalian Investasi yang tidak diketahui, proses fleksibel dengan keputusan berdasarkan umpan balik langsung dari konsumen, mengacu pada “pemikiran pertumbuhan” dengan eksperimen dan permulaan, serta indikator kinerja utama berfokus pada penciptaan nilai jangka panjang, bukan ROI jangka pendek.

Ketika perusahaan lebih berani dalam menghadapi risiko dan memisahkan inovasi yang berfokus pada bisnis inti dari yang bersifat terobosan, hal ini membuka peluang untuk mengembangkan kemampuan dan pola pikir baru. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan pemimpin yang memiliki mentalitas pertumbuhan, paham akan pentingnya mencoba hal baru, dan dapat mengidentifikasi momen-momen penting untuk meraih kesuksesan dalam dunia bisnis.

Kesimpulannya, peningkatan toleransi risiko tidak hanya memungkinkan perusahaan mengambil langkah-langkah berani, tetapi juga mendorong terciptanya inovasi yang benar-benar transformasional. Dengan pendekatan, ambisi, dan model operasional yang tepat, perusahaan dapat memanfaatkan risiko sebagai peluang untuk pertumbuhan berkelanjutan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Bain, dengan judul How Increasing Risk Tolerance Fuels Growth. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.