Selama ini, industri asuransi mengaitkan transformasi digital dengan menjadi “tanpa kertas.” Pada tahun 2018, dua tahun sebelum pandemi, hanya 12% eksekutif asuransi yang mengutamakan transformasi digital yang sebenarnya—bergerak menuju data dan proses yang sepenuhnya terdigitalisasi, dengan alur kerja cerdas melibatkan sistem di dalam perusahaan asuransi dan mitra ekosistem. Namun, pada tahun 2022, angka ini diproyeksikan melonjak menjadi 64%.
Sekarang, perusahaan asuransi tidak hanya meluncurkan produk-produk yang lebih luas, tetapi juga cepat memasuki lini bisnis baru, memberikan saran dan layanan yang lebih baik. Digitalisasi tidak hanya mendukung distribusi baru, tetapi juga menciptakan kelas produk risiko yang benar-benar baru. Saat perusahaan asuransi memperluas portofolionya, mereka bertransformasi menjadi semacam “penyedia jasa risiko”—sumber daya berharga yang paham tentang berbagai risiko, mampu memberikan saran dan layanan risiko personal yang sulit untuk disaingi.
Poin Penting
- Lonjakan Pendapatan: Perusahaan asuransi yang mengadopsi pendekatan “penyedia jasa risiko” melihat lonjakan pendapatan tahunan hampir setengah miliar dolar.
- Lebih dari Penawaran Tradisional: Menawarkan berbagai produk dan layanan menjadi kebutuhan. Perusahaan asuransi menjelajahi produk nontradisional, mulai dari asuransi berbasis perilaku hingga produk risiko mikro dan terkait risiko.
- Perubahan Fokus: Banyak perusahaan asuransi beralih dari fokus berbasis produk untuk memberikan prioritas pada “pengalaman risiko.”
- Harapan: 60% perusahaan asuransi mengantisipasi bahwa produk dan layanan nontradisional pada akhirnya akan menghasilkan pendapatan sebanding dengan penawaran tradisional. Sekitar seperempat percaya bahwa produk tradisional akan tergantikan.
Menjadi Penyedia Jasa Risiko:
Menjadi penyedia jasa risiko memerlukan dasar yang kuat melibatkan teknologi cloud, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi terkoneksi seperti Internet of Things (IoT). Bersama dengan standar terbuka, ini membantu mengurangi utang teknis dan masalah warisan yang telah menghantui industri ini selama beberapa dekade.
Perusahaan asuransi terkemuka mengalokasikan lebih dari setengah dari anggaran IT mereka untuk teknologi dan kemampuan yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Investasi ini memberikan hasil baik secara kuantitatif maupun kualitatif, memberikan tingkat pertumbuhan hingga 3 kali lipat, pemahaman pelanggan yang lebih baik, dan kepuasan pelanggan yang meningkat.
Artikel ini telah diterbitkan oleh IBM, dengan judul Becoming a Risk Concierge. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.