Dalam acara webinar internasional yang diselenggarakan oleh IRMAPA bekerja sama dengan ERMA dengan topik Amplifying Business Resilience with Digital Technology: Exploit the Opportunity & Manage the Risk, seluruh peserta disambut oleh Ketua IRMAPA, Charles R. Vorst, yang menyatakan bahwa IRMAPA bertujuan memberi kontribusi positif terkait manajemen risiko terhadap semua pemangku kepentingan dan para praktisi, termasuk di era digital saat ini. Acara webinar internasional yang sedang berlangsung sekaligus menjadi bukti pernyataan tersebut.
Salah seorang pembicara yang hadir dalam webinar internasional adalah Presiden dan CEO dari Opal Portfolio Investment (SPV-AMC Inv.), yaitu Imelda C. Tiongson. Apa saja yang beliau sampaikan? Pertama, bahwa teknologi yang digunakan dalam seluruh industri bisnis saat ini adalah teknologi tingkat tinggi. Contoh paling sederhana yang bisa kita amati adalah chatbots dan voice interfaces, AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan, mesin yang dapat belajar (machine learning), pengolahan big data, facial recognition, computer vision, pemanfaatan drone, dan lain sebagainya. Dari kemajuan yang signifikan ini, perlu kita semua ingat bahwa selalu ada efek samping yang tidak diinginkan, misalnya scam bitcoin atau kejahatan seksual pada anak-anak di bawah umur. Mengerikannya, teknologi bisa menghancurkan interaksi antar manusia karena mampu memengaruhi penggunanya untuk saling berhenti berkomunikasi.
Selanjutnya, bahwa menghadapi dan memanajemen risiko yang efektif meliputi adanya langkah-langkah developing risk competence, organization, relationship, dan motivation. Di samping itu disampaikan juga bahwa asesmen risiko membantu kita memahami apa yang tidak diketahui sekaligus juga memahami bahwa kita tidak memahami apa yang memang belum kita ketahui. Adapun pandemi COVID-19 bisa kita jadikan contoh perihal “tidak memahami apa yang memang belum kita ketahui”.
Berikutnya Imelda menyampaikan manajemen risiko dapat meminimalkan risiko itu sendiri dan memberikan pilihan aksi dari berbagai efek negatif teknologi saat ini yang sedang berkembang, misalnya melalui langkah tolerate, treat, transfer, atau terminate. Dan sebuah manajemen risiko memiliki alurnya sendiri, mulai dari policy structure, limit settings, hingga pengukuran exposure. Langkah ini kemudian dilanjutkan dengan adanya pembuatan keputusan, implementasi keputusan yang diambil, hingga langkah terakhir, yaitu pengawasan atau pengecekan.
Terakhir, perkembangan teknologi memang membawa kita kepada sebuah era yang baru. Proses implementasi teknologi dalam sebuah bisnis haruslah dilakukan hati-hati karena memiliki dampak negatif yang cukup besar. Ini yang menjadi alasan mengapa kita semua tetap membutuhkan adanya manajemen risiko untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.