Oleh : Joanne Tjahyana, S.Kom., MMM
Multimedia Consultant, Analyst and Developer
Lecturer in Communications and New Media Studies
Perkembangan teknologi komunikasi digital saat ini telah menimbulkan fenomena – fenomena baru dalam cara publik menerima dan memaknai sebuah informasi. Jika dahulu informasi dikendalikan oleh pihak – pihak tertentu serta terpusat pada media mainstream seperti portal berita, maka saat ini semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi konsumen sebuah informasi sekaligus menjadi pencipta sebuah konten informasi. Tidak hanya itu, publik juga dapat dengan mudah menyampaikan opini dan pendapat mereka terhadap sebuah issue dan permasalahan melalui platform media sosial yang semakin beragam jenisnya. Media sosial juga dapat membuat sebuah informasi menjadi viral karena publik dapat dengan mudah membagikan konten baik yang bersumber dari media mainstream maupun dari pengguna media sosial lainnya. Dengan semakin canggihnya infrastruktur jaringan yang ada, maka sebuah informasi juga dapat sampai kepada publik hanya dalam hitungan detik dan dapat dikonsumsi secara personal melalui layar smartphone. Fenomena ini membuktikan bahwa informasi menjadi semakin tidak terbatas dan bergerak sangat cepat.
Hal ini tentu tidak boleh dipandang remeh, terutama bagi para pelaku bisnis baik perusahaan, institusi maupun perorangan seperti public figure yang selalu menjadi sorotan publik. Terlebih lagi para pemangku kepentingan juga selalu mengawasi dan menganalisa segala hal yang berekanan dengan reputasi dan performa perusahaan. Pemangku kepentingan atau stakeholders ini dapat terdiri dari berbagai pihak, seperti konsumen, investor, partner bahkan kompetitor. Fenomena perkembangan tenologi komunikasi ini sebenarnya dapat menjadi opportunity sekaligus thread dalam meningkatkan atau justru merusak reputasi. Tentunya ini adalah bagian dari manajemen risiko yang harus secara ketat dan disiplin dijalankan agar tidak lengah dalam mendeteksi dan menyikapi kesempatan dan ancaman yang ada dan bersumber dari media. Oleh karena itu diperlukan adanya praktik media monitoring yang harus dijalankan oleh para pelaku bisnis agar tidak menjadi lengah ketika muncul risiko yang berpotensi menjadi masalah dan krisis reputasi.
Media sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu media mainstream dan media sosial yang memiliki karakteristik dan keunikan masing – masing. Jika pemberitaan pada media mainstream ditulis oleh jurnalis yang memegang kode etik serta menjaga kredibilitas sebuah media, maka media sosial tidak memiliki filter ataupun redaktur yang akan melakukan pengecekan fakta sebuah informasi. Namun demikian dapat dikatakan bahwa media sosial mewakili opini publik dengan lebih original dan terkadang disampaikan dengan spontan sesuai dengan apa yang dirasakan dan dialami mengenai sebuah issue ataupun produk dan jasa yang digunakan. Seringkali perusahaan menggunakan pers release dan mengadakan kegiatan sosial agar jurnalis dapat menulis pemberitaan positif pada media mainstream, sedangkan pada media sosial praktik yang sering dilakukan adalah bekerjasama dengan para influencer untuk menyampaikan pesan yang positif pada khalayak. Para influencer seringkali lebih dipercaya oleh pengguna sosial media, karena dianggap lebih netral dan menceritakan pengalaman dan pendapat yang sebenarnya dialami mengenai sebuah issue atau dalam menggunakan sebuah produk dan jasa. Tetapi sayangnya, influencer juga dapat digunakan oleh para kompetitor untuk menjatuhkan reputasi kita baik secara langsung maupun tidak langsung. Lebih lanjut, meskipun seseorang tidak dikategorikan sebagai influencer dan hanya memiliki jumlah followers sedikit, namun terkadang orang tersebut dapat menciptakan konten menarik atau kontroversial sehingga banyak dibagikan oleh pengguna media sosial yang lain dan berpotensi menjadi viral, terlepas apakah konten tersebut memiliki sentimen positif atau negatif.
Hal yang perlu diwaspadai adalah kita tidak pernah tahu point of entries atau titik awal seseorang mengetahui sebuah informasi, sehingga sebagai langkah penting untuk melakukan manajemen risiko adalah dilakukannya media monitoring, tidak hanya pada media mainstream namun juga media sosial. Bisa jadi untuk sebuah issue yang sama, sentimen yang ada pada media mainstream cenderung positif, sebaliknya trend percakapan pada media sosial menghasilkan sentimen yang negatif. Untuk melakukan media monitoring yang efektif tentunya membutuhkan investasi waktu dan dana yang tidak sedikit, termasuk diantaranya adalah waktu untuk mengamati perkembangan berita pada media mainstream dan percakapan pada media sosial, dan dana yang dikeluarkan untuk membayar staf monitoring. Jika media monitoring dilakukan secara manual maka tentulah tidak efisien dari segi kecepatan dalam mengumpulkan data, menganalisa dan menyimpulkan sentimen yang ada. Sehingga bisa jadi risiko yang ada tidak dapat dideteksi dan ditanggulangi dengan cepat dan tentunya jika dibiarkan, dapat berkembang menjadi masalah dan krisis yang fatal.
Saat ini telah tersedia berbagai macam media monitoring tools yang dapat membantu kita untuk mendapatkan data dari media beserta analisa yang dihasilkan dari data – data tersebut secara cepat dan akurat. Analisa yang dihasilkan antara lain sentimen dari sebuah pemberitaan pada media mainstream dan sentimen pada media sosial berdasarkan kata kunci, tagar, dan jangka waktu tertentu. Selain itu media monitoring tools dapat menghasilkan analisa jaringan komunikasi sehingga dapat diketahui siapakah pemain dominan dan utama yang memiliki pengaruh besar dalam media. Pemain utama ini dapat berupa media tertentu, narasumber, para influencer dan pengguna sosial media yang dapat menggerakan opini dan sentimen pada media. Hal ini dapat membantu kita untuk mengetahui dan mengklarifikasi sumber informasi tersebut, dan bahkan dapat merangkul para pemain dominan tersebut untuk meningkatkan reputasi.
Tidak hanya perusahan namun seluruh stakeholders juga membutuhkan media monitoring tools untuk membantu dalam mengambil keputusan dan menetapkan strategi. Dari pihak customers dapat mengetahui reputasi sebuah brand sebelum memutuskan untuk membeli produk dan jasa tersebut. Jika terdapat banyak keluhan atau komplain pada media sosial, dan pemberitaan buruk pada media mainstream, maka dapat menjadi pertimbangan apakah akan jadi melakukan pembelian sebuah produk atau jasa tersebut. Kemudian dari sisi partner bisnis, misalnya distributor sebuah produk, juga dapat mempertimbangkan sentimen pada media sebelum memutuskan apakah akan meluangkan waktu, tenaga dan biaya untuk berjualan produk tersebut. Dari sudut pandang seseorang yang ingin melamar pekerjaan pada sebuah perusahaan juga membutuhkan analisa sentimen media terhadap perusahan tersebut karena tentunya akan mempengaruhi jenjang karir. Bagi para investor, sentimen pada media akan menjadi salah satu pertimbangan untuk memutuskan apakah akan berinvestasi pada bisnis tersebut, misalnya dengan melakukan pembelian atau penjualan saham sebuah perusahaan di pasar modal. Berikut adalah screenshot contoh – contoh tampilan pada media monitoring tools.
Grafik waktu dan jumlah pemberitaan
Sumber : Media Monitoring Tools Netray
Grafik Sentimend Trend
Sumber : Media Monitoring Tools Netray
Gambar Jaringan Komunikasi Aktor Dominan
Sumber : Netlytic
Gambar Jaringan Komunikasi Aktor Dominan
Sumber : Netlytic