Anita Primaswari Widhiani, SP MSi., QCRO
Staf Pendidik Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor, anggota IRMAPA

Halo sobat IRMAPA, kali ini kita akan membahas salah satu prinsip manajemen risiko yaitu terstruktur dan menyeluruh pada bagian menyeluruh/comprehensive.

Menurut KBBI, kata ‘menyeluruh’ adalah bentukan kata kerja dari kata sifat ‘seluruh’. Kata ini berarti semua, segenap, seantero (menunjukkan suatu keutuhan). Sementara, menurut Webster, kata ‘comprehensive’ berarti meliputi semuanya atau luas atau memilik dan menunjukkan pemahaman mental yang luas. Dari dua definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa arti kata menyeluruh adalah pemahaman mental yang utuh. Demikian pula dalam menjalankan manajemen risiko, kita perlu memiliki pemahaman mental yang utuh akan ketidakpastian dalam pencapaian sasaran. Pendekatan yang terstruktur dan menyeluruh adalah sistem kajian risiko yang efisien dan konsisten untuk memberikan hasil yang dapat dibandingkan dan pemahaman yang sama untuk seluruh organisasi.1

Dalam manajemen risiko, menyeluruh tidak hanya terbatas pada prinsip, menyeluruh juga diturunkan dalam kerangka kerja dan proses manajemen risiko. Prinsip menyeluruh juga berhubungan erat dengan tujuan utama dari manajemen risiko yaitu penciptaan dan perlindungan nilai, dimana menyeluruh berarti membutuhkan kerangka kerja dan proses manajemen risiko yang multi-level, multi-dimensi dan multi-disiplin.2

Multi-level sangat erat hubungannya dengan fondasi kerangka kerja yaitu kepemimpinan dan komitmen. Prinsip menyeluruh tercermin dalam komitmen semua pimpinan di setiap level dalam organisasi. Dalam sebuah organisasi, manajemen risiko harus dimengerti dan dilaksanakan dalam operasional organisasi dan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.

Menyeluruh berarti multi-dimensi dan multi-disiplin, yang dimulai dari identifikasi risiko, dimana kita mempelajari sumber, tipe dan kemungkinan terjadinya risiko. Kita harus dapat mengidentifikasi risiko-risiko dalam ranah fisik, hukum, operasional, politik, sosial, ekonomi dan individu.3 Kita bisa ambil contoh risiko kebakaran. Risiko kebakaran secara jelas masuk ke dalam ranah fisik, tetapi sebenarnya juga mengandung risiko di ranah lain, misalnya kebakaran juga risiko hukum, dimana suatu organisasi dapat digugat secara hukum jika terjadi kebakaran. Kebakaran adalah risiko operasional, dimana aktivitas harian organisasi bisa terganggu; risiko politik dan sosial, dimana organisasi bisa kehilangan nama baik; risiko individu, dimana seseorang bisa menjadi korban dan risiko ekonomi akan hilangnya materi saat ini maupun materi potensial. Karena pandangan menyeluruh inilah, maka risiko akan teridentifikasi dengan lebih utuh, sehingga evaluasi dan penanganannya pun akan lebih tepat.

Prinsip menyeluruh juga harus tercermin pada kebijakan dan prosedur manajemen risiko, yang meliputi pernyataan tujuan organisasi, penanggung jawab dan penanggung gugat dari fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian, penerapan, pengamatan dan pengendalian) dan petunjuk untuk pengambilan keputusan yang menyangkut aktivitas dasar seperti pembiayaan penerapan manajemen risiko.

Prinsip menyeluruh dalam manajemen risiko tidak terbatas pada risiko dalam organisasi kita saja, terkadang juga meliputi risiko yang dibawa organisasi yang berhubungan dengan organisasi kita, misalnya pemasok. Risiko yang terjadi karena interaksi antar mitra dalam jejaring kemitraan bisa kita sebut sebagai risiko jejaring. 4 Risiko ini meliputi organizational-network value risk dan product-centered and disaster risk.5 Prinsip menyeluruh berarti organisasi kita melakukan berbagai aktivitas untuk memastikan bahwa kinerja pemasok dalam jejaring kemitraan kita sesuai dengan apa yang kita harapkan. Misalnya untuk memastikan bahwa ayam potong yang kita terima sesuai dengan standar untuk diolah menjadi ayam goreng, maka kita perlu antara lain mengadakan pembinaan atau pelatihan bagi para peternak dan membuat kontrak kemitraan dengan peternak. Terkadang kita perlu juga melihat lebih jauh kebelakang dalam jejaring bisnis kita, seperti memastikan bahwa para peternak menggunakan pakan ayam yang sesuai dari pemasok pakan tertentu.

Kita perlu prinsip menyeluruh dalam manajemen risiko karena:

  1. Tidak ada aktivitas yang bebas risiko, yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya

Semua aktivitas mengandung risiko, yang terpenting adalah kita siap menghadapinya. Dengan menerapkan prinsip menyeluruh, maka kita dapat melihat segala kemungkinan risiko dan bagaimana cara menangani setiap risiko.

  1. Kesempatan mengandung risiko

Setiap kesempatan untuk menjadi lebih baik mengandung risiko. Jika kita hanya berpikir untuk menghindarinya, maka kita kehilangan kesempatan. Dengan prinsip menyeluruh, kita bisa melihat bahwa risiko juga bisa kita ekploitasi bukan sekedar dihindari.

 

Langkah-langkah untuk menerapkan prinsip menyeluruh dalam manajemen risiko:

  1. Manajemen risiko adalah budaya organisasi

Seluruh organisasi harus mengerti bahwa manajemen risiko menjadi budaya organisasi, dimana setiap pengambilan keputusan didasarkan pada analisis risiko. Keputusan untuk menambah jenis produk harus memperhitungkan semua risiko yang mungkin timbul.

  1. Manajemen risiko adalah pekerjaan semua orang

Manajemen risiko bukan hanya pekerjaan dari manajer risiko atau tim manajemen risiko saja, melainkan bagian dari pekerjaan setiap orang. Seorang janitor/pembersih kantor mengendalikan risiko turunnya kualitas kesehatan dari bahan pembersih kimia dengan menggunakan penutup hidung dan sarung tangan. Manajer bagian umum menyadari risiko turunnya kualitas kesehatan pembersih kantor jika ia bekerja dengan bahan pembersih kimia tanpa peralatan yang memadai, maka manajer bagian umum memastikan bahwa penutup hidung dan sarung tangan tersedia dan digunakan oleh pembersih kantor.

  1. Sikap dan cara pandang positif terhadap risiko

Kata ‘risiko’ sering dianggap negatif dan memikirkan risiko dianggap sesuatu yang negatif. Padahal untuk bisa mengelola risiko, kita harus berani untuk melihat secara menyeluruh dan untuk itu kita harus memiliki sikap yang positif dan tidak menghakimi.

  1. Mau melihat lebih seksama

Untuk bisa memiliki pandangan yang menyeluruh, kita harus mau melihat lebih seksama. Misalnya risiko kebakaran, kita harus mau mencari tahu sebanyak mungkin penyebab kebakaran, seberapa parah dampaknya dan seberapa sering penyebab itu terjadi serta apa saja yang mungkin dilakukan untuk mengurangi dampaknya atau mencegah penyebabnya. Kita harus mau memperhitungkan segala kemungkinan dan tidak menafikannya.

 

Referensi:

  1. Susilo, LJ dan Kaho, VR. 2018. Manajemen Risiko Panduan untuk Risk Leader dan Risk Practitioners. Grasindo: Jakarta
  2. Zhang J., Okada N. dan Tatano, H. 2005. Integrated Natural Disaster Risk Management Comprehensive and Integrated Model and Chinese Strategy Choice. Available at paper.edu.cn
  3. [GFOA] Government Finance Officers Association. Creating Comprehensive Risk Management Program. gfoa.org (diakses pada 7 Oktober 2019)
  4. Juetner U, Peck H dan Christopher M. 2003. Supply chain risk management outlining an agenda for future research. International Journal of Logistics: Research and Aplications. Vol 6 No 4 pp 197-210
  5. Matook, S., Lasch R. dan Tamaschke R. 2009. Supplier development with benchmarking as part of comprehensive supplier risk management framework. International Journal of Operations and Production Management. Vol 29 no 3 pp 241-267