Pada Kamis, 28 Agustus 2025, Webinar Manajemen Risiko Pembangunan Nasional (MRPN) digelar dengan mengusung tema sektor pendidikan.
Acara ini terselenggara berkat kerja sama Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA), WAY Academy, dan MRPN Center. Dengan dipimpin oleh MC Adhi Saputro, acara ini dibuka dengan sambutan langsung dari Dr. Antonius Alijoyo selaku Advisory Board dari MRPN Center.
Dalam sambutannya, Antonius Alijoyo menekankan pentingnya penerapan manajemen risiko dalam pembangunan pendidikan nasional. Dikatakannya, pendidikan adalah salah satu sektor paling strategis dalam pencapaian visi Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, pendidikan harus dipastikan aman dari potensi risiko yang dapat menghambat. Antonius juga mengingatkan bahwa risiko di sektor pendidikan tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga menyangkut tata kelola, mutu pembelajaran, serta kesiapan menghadapi perubahan global.
Lebih lanjut, Antonius menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor agar manajemen risiko tidak hanya berhenti sebagai dokumen kebijakan, melainkan benar-benar diaplikasikan ke dalam program nyata. Menurutnya, penguatan budaya risiko di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) akan menentukan keberhasilan percepatan pembangunan, khususnya dalam program wajib belajar dan digitalisasi pembelajaran. Antonius juga menyoroti tantangan kesenjangan akses dan mutu pendidikan, kemudian mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menanganinya bersama-sama.
Acara kemudian dilanjutkan dengan narasumber utama Masrul Latief, S.I.P., M.Si., QIA, CFrA, CRMO selaku Inspektur Kemendikdasmen, dengan moderator Praktisi Independen WAY Academy Amdi Very Dharma, Ak., MAcc., CA, QIA, CGCAE, CRMP, QCRO, CACP.
Masrul Latief: Program Pendidikan untuk Indonesia Emas 2045
Masrul Latief memulai dengan paparan arah kebijakan nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025—2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025—2029. Dirinya juga menyoroti bagaimana hal itu dijabarkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kemendikdasmen 2025—2029. Masrul menekankan bahwa visi Indonesia Emas 2045 hanya dapat tercapai jika pendidikan dasar dan menengah dikelola dengan efektif, berkualitas, dan berkelanjutan.
Masrul menguraikan program prioritas sebagaimana tercantum dalam Instruksi Presiden (Inpres) No. 7 Tahun 2025, termasuk percepatan revitalisasi satuan PAUD, SD, SMP, dan SMA; pembangunan SMA Unggul Garuda; dan digitalisasi pembelajaran. Masrul menekankan pentingnya digitalisasi sebagai jawaban atas tantangan rendahnya literasi serta kebutuhan penguatan kapasitas guru dan sarana pembelajaran.
Selanjutnya, dalam rancangan Renstra Kemendikdasmen 2025—2029, terdapat sejumlah risiko strategis, mulai dari angka putus sekolah, ketimpangan akses pendidikan, lemahnya tata kelola, hingga tantangan dalam pendidikan vokasi dan pendidikan inklusif. Risiko-risiko ini, menurut Masrul, harus dipetakan dengan jelas agar strategi mitigasi dapat dijalankan dengan tepat sasaran.
Masrul juga menekankan urgensi membangun budaya risiko di seluruh jenjang, dari pusat hingga daerah. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari implementasi Peraturan Presiden (Perpres) No. 39 Tahun 2023 tentang MRPN. Dengan pendekatan ini, setiap kebijakan pendidikan akan lebih siap menghadapi hambatan, mulai dari keterbatasan anggaran, bencana alam, hingga dinamika sosial budaya.
Masrul menutup paparannya dengan mengajak seluruh pihak untuk tidak hanya melihat manajemen risiko sebagai kewajiban administratif, tetapi juga sebagai instrumen strategis. Tujuannya, untuk memastikan kualitas pendidikan berkeadilan, inklusif, dan relevan. Masrul mengaku optimistis bahwa dengan bekerja sama lintas sektor, program pendidikan yang dirancang akan dapat berkontribusi pada visi Indonesia Emas 2045.