Pada Kamis, 4 Desember 2025, RISKHub International Webinar “The Risk Landscape 2026: Emerging Challenges and Strategic Shifts” diselenggarakan oleh Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) bersama Enterprise Risk Management Academy (ERMA).

Acara yang didukung oleh Marsh, LSP MKS, CRMS, dan WAY Academy ini digelar secara hibrida (hybrid) melalui Zoom pada pukul 13.35 hingga 14.50 WITA. 

RISKHub International Webinar kali ini mengangkat dinamika lanskap risiko global yang makin kompleks menjelang 2026. Keadaan ini dipengaruhi oleh eskalasi geopolitik, ketidakpastian ekonomi, perubahan iklim, disrupsi teknologi, serta peningkatan ekspektasi terhadap ketahanan organisasi. Melalui forum ini, peserta tidak hanya diajak memahami pergeseran pola risiko, tetapi juga mempelajari strategi adaptif agar organisasi tetap resilien dan berkelanjutan.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber Welly Phoa dari Technology Resilience & Financial Contingency Marsh Asia serta Ketua IRMAPA Charles R. Vorst, dengan dimoderatori oleh Yenny Koestijani dari Finance Committee IRMAPA. 

Welly Phoa: Risiko Geopolitik Berdampak pada Bisnis

Dalam pemaparannya, Welly Phoa menjelaskan bahwa risiko geopolitik saat ini berdampak langsung terhadap aktivitas bisnis lintas sektor. Ketegangan antarnegara, konflik bersenjata yang berkepanjangan, serta dinamika hubungan ekonomi global menciptakan ketidakpastian yang berpengaruh pada rantai pasok, stabilitas pasar, dan operasional perusahaan.

Welly menyoroti bahwa konflik geopolitik tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan faktor lain, seperti perubahan iklim dan migrasi. Dengan demikian, hal ini memperbesar dampak krisis yang terjadi. Kondisi ini menuntut organisasi untuk lebih waspada terhadap potensi eskalasi risiko yang dapat muncul tiba-tiba.

Menurut Welly, organisasi perlu mempersiapkan diri melalui identifikasi risiko sekaligus peningkatan kesiapan dalam merespons insiden. Dirinya juga menekankan pentingnya pemahaman terhadap risiko pihak ketiga dan rantai pasok, pemanfaatan data dan analitik untuk mendukung pengambilan keputusan, serta kesiapan sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi situasi krisis.

Charles R. Vorst: Kesiapan Risiko Organisasi Indonesia Perlu Diperkuat

Dalam paparannya, Charles R. Vorst menjelaskan gambaran IRMAPA Top Risk Survey 2026. Survei tersebut bertujuan untuk menangkap persepsi organisasi di Indonesia terhadap risiko utama yang dihadapi serta tingkat kesiapan pengelolaannya.

Charles menjelaskan bahwa berbagai risiko eksternal, seperti kondisi geopolitik dan ekonomi global, menjadi perhatian utama responden. Di sisi lain, risiko internal seperti keamanan siber, kesiapan menghadapi tuntutan keberlanjutan, serta pengelolaan SDM juga kian menonjol.

Hasil survei menunjukkan adanya kesenjangan antara persepsi kesiapan dan praktik pengelolaan risiko meski banyak organisasi mengaku siap menghadapi risiko. Oleh karena itu, Charles menekankan pentingnya survei ini sebagai alat refleksi bagi manajemen dan dewan untuk menilai pendekatan manajemen risiko. Diharapkan, survei yang dipaparkannya dapat membantu organisasi dalam memperkuat tata kelola serta kapabilitas manajemen risiko.

Sesi diskusi dan tanya jawab dilaksanakan di tengah-tengah acara, dengan menegaskan pentingnya kesiapan organisasi dalam menghadapi risiko yang makin kompleks dan terkait.