Pada Rabu, 27 Agustus 2025, RISKHub International Webinar diselenggarakan oleh Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA) dan Enterprise Risk Management Academy (ERMA), dengan mengusung tema “Risk Maturity Transformation: Building Resilience in a Volatile Landscape”.
Acara yang diadakan secara daring melalui Zoom ini terselenggara berkat dukungan CRMS, LSP MKS, dan WAY Academy, serta sponsor dari Marsh Indonesia.
Dengan dipimpin oleh MC Tasha Christina, acara ini mengusung dua narasumber utama, yaitu Edward Bimbuain selaku VP Strategic Risk Consultant (BCM and Resilience Service Leader) Marsh Asia serta Afdi Zihramna selaku Senior Strategic Risk Consultant Marsh Indonesia. Sesi presentasi dan diskusi dimoderatori langsung oleh Direktur Eksekutif ERMA Aldi Ardilo.
Edward Bimbuain: Ketahanan Operasional dalam Gejolak Ekonomi Global
Tantangan ketidakpastian ekonomi global dan dinamika geopolitik saat ini dapat berdampak pada keberlangsungan bisnis. Kondisi tarif perdagangan baru Amerika Serikat (AS) serta konflik di Ukraina dan ketegangan politik di Timur Tengah dan Asia Timur memperbesar risiko rantai pasok (supply chain) dan stabilitas pasar. Untuk itu, organisasi harus membangun ketahanan operasional dengan memperkuat tata kelola risiko demi menjaga keberlanjutan rantai pasok.
Edward menekankan pentingnya ketahanan operasional (operational resilience). Organisasi perlu mengantisipasi gangguan rantai pasok, volatilitas harga energi, dan perubahan kebijakan internasional. Dengan pendekatan proaktif, organisasi bisa mengurangi dampak krisis sekaligus tetap kompetitif di tengah turbulensi global. Pada akhirnya, organisasi-organisasi ini tidak hanya harus berfokus pada risiko keuangan, tetapi juga risiko reputasi dan sosial.
Afdi Zihramna: Budaya Risiko untuk Ketahanan Berkelanjutan
Budaya risiko (risk culture) berperan penting sebagai fondasi utama ketahanan sebuah organisasi. Fungsi budaya risiko mencakup pencerminan nilai organisasi dalam pengambilan keputusan. Fungsi ini harus diwujudkan melalui konsistensi kepemimpinan, akuntabilitas, serta sistem insentif dan konsekuensi yang adil.
Transformasi budaya risiko adalah proses jangka panjang. Durasi perjalanannya bisa mencapai 18—36 bulan. Tahapannya secara umum dimulai dari embark, yaitu penentuan sudut pandang dan hipotesis serta perumusan visi. Tahapan-tahapan selanjutnya adalah discover, yaitu penemuan wawasan dan tolok ukur; shape, yaitu perancangan solusi; serta drive, yaitu penyampaian hasil berkelanjutan. Untuk mencapai pembangunan budaya risiko, seluruh karyawan harus dilibatkan, bukan hanya level manajemen. Tujuannya, agar budaya risiko benar-benar mengakar.
Di samping itu, integrasi antara emergency responses (ER), crisis management (CM), dan business continuity management (BCM) merupakan kerangka kerja terpadu. Dengan pendekatan ini, organisasi dapat lebih siap menghadapi krisis, termasuk mengurangi risiko keterlambatan, menghindari benturan prioritas, serta mengatasi masalah komunikasi. Pada intinya, memperkuat kapabilitas risiko merupakan salah satu elemen penting dalam pelaksanaan manajemen risiko perusahaan (enterprise risk management/ERM). Tiap-tiap organisasi perlu menanamkan budaya risiko secara kuat sebagai prioritas.
Setelah pemaparan materi selesai dilakukan, webinar ditutup dengan sesi diskusi atau tanya jawab.