Selama ini proyek Enterprise Resource Planning (ERP) biasanya melibatkan tiga pihak utama: tim bisnis dan TI perusahaan, system integrator (SI), serta vendor perangkat lunak. Namun, pola ini dinilai belum cukup untuk menjamin keberhasilan transformasi ERP.
Ketergantungan pada tiga pihak saja sering menimbulkan celah, mulai dari strategi bisnis yang tidak selaras dengan implementasi, risiko terjebak vendor tertentu (vendor-lock), hingga miskomunikasi antar mitra. Di sisi lain, tim internal perusahaan kerap terbatas kemampuannya, sementara SI kuat secara teknis namun lemah dalam menyelaraskan proses dengan tujuan bisnis.
Untuk menutup celah tersebut, kehadiran penasihat objektif dianggap penting sebagai “pilar keempat” dalam implementasi ERP. Penasihat ini merupakan pihak independen yang tidak terikat kontrak teknis dan langsung melapor ke jajaran eksekutif. Tugasnya mengawasi jalannya proyek, menjaga fokus pada tujuan bisnis, serta mendeteksi potensi masalah sejak awal.
“Penasihat objektif membantu memastikan proyek ERP tidak hanya sukses secara teknis, tetapi juga benar-benar memberikan nilai bagi bisnis,” kata seorang konsultan teknologi di Jakarta.
Peran penasihat meliputi pengawasan tata kelola, penyelarasan strategi dengan implementasi, penyediaan pandangan independen terhadap risiko, hingga mendukung komunikasi lintas tim dan pelatihan. Mereka juga memastikan hasil proyek sesuai target biaya, waktu, dan manfaat jangka panjang.
Meski keberadaannya bisa menimbulkan risiko tumpang tindih peran dengan SI, hal itu dapat diatasi dengan pembagian tanggung jawab yang jelas dan evaluasi berkala.
Di tengah tren migrasi ke SAP S/4HANA dan semakin kompleksnya integrasi bisnis di lingkungan multi-cloud, peran penasihat objektif dinilai semakin krusial. Selain itu, mereka juga berperan dalam memanfaatkan teknologi baru seperti AI serta membantu perusahaan menghadapi keterbatasan talenta.
Pada akhirnya, migrasi ERP bukan sekadar pergantian software, tetapi transformasi bisnis jangka panjang. Melibatkan penasihat objektif sejak awal diyakini bisa menjadi kunci agar perusahaan meraih manfaat strategis berkelanjutan, bukan sekadar mencapai target go live.
Artikel ini telah diterbitkan oleh Kearney, dengan judul The Objective Advisor: A Missing Fourth Pillar of ERP Program Success. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.