Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Lanskap peraturan ESG mengalami transisi yang dinamis. Arahan-arahan utama ditetapkan untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas. Hal ini mendorong perusahaan untuk secara ketat menangani dampak lingkungan dan sosial.

Dalam proyek-proyek mitigasi iklim, kesenjangan investasi akan mencapai 2 triliun dolar Amerika Serikat (AS) per tahun pada 2030. Untuk mendapatkan pendanaan yang diperlukan, ada beberapa tantangan besar. Namun, kuncinya terletak pada pengalihan dana secara strategis dengan mengalokasikan sumber daya untuk solusi dekarbonisasi, mitigasi, dan adaptasi. Maka, ESG bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Terlepas dari tekanan keuangan yang dihadapi bank, terdapat peningkatan permintaan akan produk ramah lingkungan dari pelanggan, bisnis, dan investor.

Janji-Janji Menjadi Solusi

Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim atau Conference of Parties (COP) ke-28—dikenal dengan nama COP28—mengalami pergeseran transformatif. Mereka beralih dari janji-janji menuju pendekatan yang berorientasi pada solusi. Transisi ini menekankan perlunya kemitraan strategis serta menyoroti relevansi sektor minyak dan gas.

Pertemuan selanjutnya di Davos memberi fokus pada harapan dan urgensi. Tantangan utama terletak pada pembukaan modal swasta untuk proyek-proyek infrastruktur yang luas. Sektor jasa keuangan memiliki peran besar dalam transisi dari ekonomi cokelat ke ekonomi hijau. Apalagi, perekonomian menunjukkan ketahanan yang tak terduga pada 2023, melampaui proyeksi awal. Namun demikian, ada catatan kehati-hatian karena separuh dunia berpartisipasi dalam pemilihan umum tahun ini. Tentu, hasil pemungutan suara memiliki potensi signifikan untuk mempengaruhi lanskap politik dan ekonomi selama dekade berikutnya.

Di Davos, keunggulan AI generatif (GenAI) mendominasi banyak percakapan. Dari perspektif ESG, GenAI dapat memainkan peran utama dengan mempercepat pengumpulan data, simulasi, dan produksi untuk memenuhi persyaratan peraturan yang terus berkembang.

Implikasi bagi Lembaga Keuangan

Lanskap ESG adalah lanskap yang luas dengan peluang bagi semua orang. Setidaknya terdapat empat keharusan tematik untuk membantu lembaga keuangan dalam menangkap peluang tersebut.

  1. Tentukan ambisi yang jelas

Lembaga keuangan perlu mendefinisikan dan memiliki target terukur untuk ESG.  Dengan demikian, insentif untuk penyelarasan yang lebih besar antara lembaga keuangan individu dan ambisi ESG nasional dapat terbentuk.

  1. Tingkatkan kemampuan yang tepat

Kegiatan mengelola dan mengakses data akan menjadi makin penting karena regulator terus menerapkan persyaratan pengungkapan yang ketat. Pada saat yang sama, bank perlu mengintegrasikan ESG ke dalam evaluasi risiko dan kredit untuk memastikan keputusan pemberian pinjaman yang tahan terhadap perubahan iklim.

  1. Dorong kelincahan dan inovasi produk

Seiring dengan meningkatnya permintaan produk ESG secara global, lembaga keuangan membutuhkan produk inovatif di seluruh sisi bisnis utang dan aset untuk menangkap peluang pasar dan melayani basis konsumen.

Puncak Perubahan

Layanan keuangan memiliki peluang besar untuk mendorong dan menavigasi transisi yang sedang berlangsung. Terdapat kebutuhan mendesak bagi mereka untuk secara proaktif mendukung berbagai sektor, termasuk nasabah ritel, usaha kecil, korporasi, dan program infrastruktur berskala besar. Dalam lingkungan dengan pertumbuhan rendah pada 2024, pemanfaatan peluang ESG adalah cara yang nyata untuk mendorong pertumbuhan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Kearney, dengan judul “Navigating the ESG Landscape for Financial Institutions” pada 1 Februari 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.