Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Sebuah survei terbaru dari lebih dari 500 anggota dewan global mengungkapkan bahwa tindakan tegas diperlukan untuk mengoptimalkan pengawasan risiko dan memanfaatkan peluang strategis baru. 

Saat ini, ketika berbicara tentang manajemen risiko dan strategi, dewan yang memimpin mempertimbangkan horison waktu yang lebih panjang, dengan beberapa melihat lebih dari lima tahun ke depan. Di lingkungan yang penuh ketidakpastian ini, manajemen risiko menjadi penting untuk memperkuat ketangguhan dan menciptakan nilai yang berkelanjutan.

Dewan memiliki kesempatan untuk meredefinisi pendekatan organisasi mereka terhadap manajemen risiko, tetapi pertama-tama mereka perlu mempertimbangkan kembali cara pandang dan tindakan. Survei EY yang baru mengungkapkan bahwa manajemen risiko saat ini umumnya kurang fokus pada risiko yang muncul dan tidak biasa, tidak selalu sejalan dengan strategi bisnis, dan terlalu terpaku pada situasi saat ini.

Beberapa cara efektif bagi anggota dewan untuk memperkuat manajemen risiko adalah:

  1. Meresapi cara dewan beroperasi, komposisinya, dan peranannya dalam menetapkan tujuan organisasi yang melampaui hanya memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham.
  2. Bekerja sama dengan manajemen untuk mendefinisikan, menerapkan, dan mengukur budaya perusahaan yang terinspirasi oleh tujuan dan sejalan dengan strategi organisasi.
  3. Memastikan bahwa organisasi mengadopsi pendekatan berbasis data dan teknologi dalam manajemen risiko serta melaporkan ancaman yang paling penting.

Cara tersebut mendorong dewan untuk berpikir melewati tantangan hari ini untuk memahami bagaimana mereka dan organisasi mereka dapat memperkuat manajemen risiko. Hal itu mendorong pertumbuhan dan membangun ketahanan terhadap gangguan di masa depan.

Untuk mengoptimalkan manajemen risiko, pemimpin perlu mengambil tindakan berikut:

  1. Risiko Dinilai dengan Perspektif Jangka Panjang:

Ketika menilai strategi dan risiko, penting untuk mempertimbangkan horison waktu yang lebih panjang, idealnya lebih dari lima tahun. Pemimpin manajemen risiko cenderung melihat lebih dari lima tahun ke depan dalam merencanakan skenario, dibandingkan dengan pengembang manajemen risiko.

Perspektif jangka panjang menjadi penting karena banyak risiko melampaui 5-10 tahun mendatang, meskipun hanya memiliki dampak marginal saat ini. Misalnya, perubahan iklim mungkin belum banyak berdampak pada sebagian besar organisasi saat ini, tetapi perubahan ini dapat menyebabkan gangguan rantai pasokan, konsumen yang tergusur, dan tekanan dari pemangku kepentingan untuk mengatasi isu tersebut.

  1. Prioritas Manajemen Risiko Sejalan dengan Strategi Bisnis:

Meskipun risiko saat ini signifikan, peluang strategis jauh lebih besar. Terlihat bahwa gangguan teknologi dan perubahan ekspektasi pelanggan bukan hanya risiko besar, tetapi juga dua peluang strategis teratas bagi organisasi mereka.

Banyak organisasi berinvestasi besar-besaran dalam teknologi untuk membuat proses internal lebih efisien dan menciptakan pengalaman baru bagi pelanggan. Namun, dalam transformasi digital ini terdapat kompleksitas risiko: pelanggaran data dapat berasal dari penyedia teknologi pihak ketiga; kecerdasan buatan dapat mengandung bias; dan peningkatan pembelian online dapat meningkatkan kasus penipuan.

Manajemen risiko yang efektif sangat penting dalam perancangan dan penerapan inisiatif transformasi, mempertimbangkan berbagai potensi gangguan.

  1. Fokus pada Risiko yang Muncul, Tidak Biasa, dan Eksternal:

Sebanyak 64% dewan mengatakan organisasi mereka dapat mengelola risiko tradisional secara efektif, sementara hanya 39% yang mengatakan organisasi mereka dapat mengelola risiko tidak biasa dan muncul secara efektif.

Terdapat perbedaan yang jelas antara kemampuan pemimpin manajemen risiko dan pengembang manajemen risiko dalam mengelola risiko non-tradisional. Terlihat bahwa 71% dari pemimpin efektif dalam mengelola risiko tidak biasa dan muncul, dibandingkan dengan hanya 12% dari pengembang manajemen risiko.

Artikel ini telah diterbitkan oleh EY, dengan judul The Board Imperative: Is Now the Time to Reframe Risk as Opportunity?. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.