Dalam dekade mendatang, risiko terkait teknologi digital, perubahan ekspektasi tenaga kerja, dan ketegangan geopolitik akan membentuk lanskap korporasi. Untuk menghadapi tantangan ini, manajemen perusahaan, termasuk dewan direksi, perlu memiliki pemahaman mendalam tentang manajemen risiko. Pendekatan kolaboratif menjadi kunci, di mana setiap pemimpin membawa perspektif uniknya dalam diskusi strategis terkait ancaman masa depan.
Risiko Utama 2024 dan 2034
Berdasarkan survei dari Protiviti yang melibatkan lebih dari 1.100 eksekutif, berikut adalah risiko terbesar untuk tahun 2024 dan 2034:
Tahun 2024:
- Kondisi ekonomi (inflasi, ketidakpastian pasar).
- Kesulitan menarik, mengembangkan, dan mempertahankan talenta.
- Ancaman siber.
- Risiko pihak ketiga.
- Perubahan regulasi yang ketat.
Tahun 2034:
- Ancaman siber.
- Tantangan terkait tenaga kerja.
- Kebutuhan keterampilan baru untuk teknologi digital.
- Inovasi disruptif yang cepat.
- Perubahan regulasi yang semakin intensif.
Risiko-risiko ini saling terkait, menunjukkan kebutuhan akan strategi risiko komprehensif yang mencakup berbagai sektor.
Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, termasuk kebijakan bank sentral dan konflik regional, memengaruhi risiko korporasi secara luas. Meskipun beberapa risiko seperti ancaman geopolitik tidak selalu berada di peringkat teratas, dampaknya dirasakan melalui rantai risiko lainnya. Untuk memastikan ketahanan perusahaan, eksekutif perlu membuat skenario proyeksi yang dapat diandalkan guna mengantisipasi tantangan.
Ancaman siber kini menjadi perhatian utama, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan komputasi kuantum akan mengubah cara organisasi mengamankan data mereka. Dengan meningkatnya outsourcing, penting bagi organisasi untuk memastikan kepatuhan mitra pihak ketiga terhadap regulasi yang ada, demi melindungi data perusahaan dan pelanggan.
Ketegangan geopolitik juga memperbesar risiko siber, dengan berbagai kepentingan nasional dan terorisme global yang berdampak pada keamanan data.
Menarik dan mempertahankan talenta tetap menjadi tantangan besar hingga 2034. Meskipun sering dianggap sebagai ancaman pekerjaan, teknologi juga menawarkan solusi untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan pekerjaan strategis. Namun, kesulitan menemukan solusi jangka panjang untuk isu talenta membuat risiko ini terus ada di masa depan.
Hasil survei menunjukkan lanskap risiko yang relatif stabil, tetapi dengan intensitas yang meningkat. Organisasi perlu lebih gesit dalam menghadapi risiko eksternal untuk menjaga kelangsungan bisnis di tengah perubahan cepat.
Manajemen risiko yang efektif kini menjadi kebutuhan strategis, bukan hanya reaktif. Kolaborasi erat antara tim eksekutif tertinggi dan dewan direksi akan membantu organisasi menghadapi disrupsi yang mungkin terjadi di masa depan.
Artikel ini telah diterbitkan oleh ERMA, dengan judul Managing Data Security Risks of AI Technology. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.