Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Isu Environmental, Social, and Governance (ESG) telah berkembang pesat dari akar Corporate Social Responsibility (CSR) dan gerakan lingkungan. Dahulu, ESG hanya digunakan untuk menilai dampak lingkungan dan sosial sebuah perusahaan, tetapi kini meluas mencakup risiko yang lebih luas, termasuk ancaman perubahan iklim dan harapan pemangku kepentingan yang terus berkembang. 

Istilah ESG pertama kali diperkenalkan dalam laporan PBB pada tahun 2005 dan kini menjadi kunci untuk mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dan sosial dalam pengelolaan aset dan operasional perusahaan.

Laporan Risiko Global 2022 dari Forum Ekonomi Dunia menyoroti perubahan iklim sebagai risiko global utama, mencerminkan pengakuan yang semakin meningkat terhadap risiko terkait iklim sebagai masalah komersial. Pertimbangan ESG kini menjadi bagian integral dari manajemen risiko, didorong oleh kerangka kerja seperti Task Force on Climate-Related Financial Disclosures (TCFD). Pandangan ini melibatkan konsep materialitas ganda, yang mengakui bahwa dampak perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat juga dapat mempengaruhi kinerja keuangan.

Risiko ESG dapat dibagi menjadi tiga kategori utama:

  1. Risiko Lingkungan: Termasuk tantangan terkait mitigasi perubahan iklim, adaptasi, dan risiko fisik seperti bencana alam.
  2. Risiko Sosial: Masalah seperti kondisi kerja, hak asasi manusia, dan upaya keberagaman, kesetaraan, dan inklusi.
  3. Risiko Tata Kelola: Isu seperti praktik anti-korupsi dan kepatuhan terhadap hukum.

Meningkatnya perhatian terhadap ESG telah menyebabkan meningkatnya pengawasan dan sanksi untuk greenwashing. Perusahaan menghadapi risiko eksternal dari faktor lingkungan serta tantangan internal terkait pengungkapan dan kepatuhan. Komitmen iklim global yang akan datang diperkirakan akan memperketat persyaratan pengungkapan ESG, memerlukan pengumpulan data yang cermat dan pelaporan yang akurat.

Gagal menangani risiko ESG dapat mengakibatkan hilangnya peluang investasi dan manfaat komersial. Organisasi harus mengintegrasikan pertimbangan ESG ke dalam kerangka kerja manajemen risiko mereka untuk memanfaatkan potensi penuh ESG. Ini melibatkan identifikasi risiko ESG yang penting, mengevaluasi dampaknya, dan mengintegrasikannya dalam pengambilan keputusan strategis.

Melakukan penilaian materialitas membantu perusahaan memahami risiko dan dampak ESG di seluruh rantai nilai mereka. Penilaian yang efektif memerlukan keterlibatan pemangku kepentingan dan pengumpulan data yang komprehensif untuk meramalkan risiko dan peluang di masa depan.

Manajemen risiko ESG yang efektif sangat penting untuk kesuksesan bisnis jangka panjang. Organisasi harus melihat ESG tidak hanya sebagai persyaratan kepatuhan, tetapi sebagai keunggulan strategis. Dengan secara proaktif menangani risiko ESG, perusahaan dapat meningkatkan ketahanan mereka dan memanfaatkan peluang yang muncul.

Artikel ini telah diterbitkan oleh ERMA, dengan judul ESG Has Now Evolved Into Risk Management. Is Your Organization Ready for the Change?. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.