Kebijakan wajib kembali ke kantor (Return-to-Office/RTO) semakin banyak diterapkan oleh organisasi. Namun, riset menunjukkan bahwa kebijakan ini memiliki lebih banyak risiko daripada manfaat, terutama bagi retensi karyawan dan keseimbangan kerja-kehidupan (work-life balance).
Risiko dan Konflik Return-to-Office
Dalam 12 bulan terakhir, 63% pemimpin SDM melaporkan peningkatan ekspektasi untuk kembali ke kantor. Namun, 74% menyatakan kebijakan ini menimbulkan konflik dalam kepemimpinan.
Dampak Negatif
- Ketidakseimbangan Kerja-Kehidupan: Salah satu dari lima alasan utama karyawan berhenti bekerja.
- Turunnya Loyalitas: Karyawan di organisasi dengan kebijakan RTO melaporkan niat bertahan yang lebih rendah dibandingkan organisasi tanpa kebijakan serupa.
Siapa yang Paling Berisiko?
- Karyawan berkinerja tinggi, perempuan, dan milenial adalah kelompok yang paling rentan.
- Mereka menganggap RTO sebagai bentuk ketidakpercayaan dari manajemen, terutama jika performa mereka tetap tinggi selama bekerja jarak jauh.
Manfaat RTO: Ada, Tapi Terbatas
Beberapa manfaat RTO antara lain:
- Pengawasan Lebih Dekat: Karyawan cenderung bekerja lebih giat saat di kantor.
- Kolaborasi Langsung: Kedekatan fisik mempermudah kerja sama antar tim.
- Kenyamanan bagi Manajer: Manajer merasa lebih akrab dengan tim dan lebih mudah memantau pekerjaan.
Namun, manfaat ini tidak sebanding dengan dampak negatif pada retensi dan keterlibatan karyawan.
Pendekatan Fleksibel Lebih Efektif
Model kerja hybrid yang fleksibel menghasilkan hasil yang lebih positif daripada pendekatan seragam.
Rekomendasi:
- Fokus pada Aktivitas Tertentu: Dorong kehadiran untuk kegiatan tertentu seperti sesi brainstorming atau acara khusus.
- Libatkan Karyawan: Beri mereka ruang untuk ikut membentuk kebijakan kerja hybrid.
- Jelaskan Alasan: Kebijakan dengan alasan yang jelas meningkatkan keterlibatan dan loyalitas karyawan.
Pendekatan wajib kembali ke kantor dapat merusak strategi talenta jangka panjang. Fleksibilitas dan keterlibatan karyawan adalah kunci untuk mencapai keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan kerja.
Artikel ini telah diterbitkan oleh Gartner, dengan judul The Data Is In: Return-to-Office Mandates Aren’t Worth the Talent Risks. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.