Pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, isu keberlanjutan mendapatkan perhatian besar, meski ada yang meremehkannya. Investor ekuitas swasta kini semakin fokus pada aspek Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG).
Perang yang aktif saat ini memperburuk kelaparan di kalangan masyarakat miskin, dan di Davos muncul kesadaran akan mahalnya kompromi yang dihadapi investor, pemerintah, dan masyarakat ketika keberlanjutan menjadi prioritas utama. Narasi bahwa “portofolio keuangan harus memimpin” tetap dominan karena keputusan investor sangat mempengaruhi struktur ekonomi masa depan, pekerjaan, keluarga, dan transisi energi.
Christophe De Vusser, kepala praktik Ekuitas Swasta Bain di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA), mencatat bahwa investor ekuitas swasta tidak seaktif bank, perusahaan asuransi, dan manajer aset tradisional dalam dialog transisi energi. Menurutnya, investor keuangan perlu menangani pertimbangan iklim secara komprehensif. Banyak perusahaan ekuitas swasta sudah berinvestasi dalam transisi energi melalui inovasi produk dan layanan, yang menguntungkan para mitra terbatas (Limited Partners/LP) dan mitra umum (General Partners/GP). Namun, aktivitas karbon yang sulit diatasi masih dihindari oleh banyak investor.
Kesadaran ini menunjukkan meningkatnya pemahaman tentang kompromi antara jangka pendek dan jangka panjang serta potensi hukuman dan penciptaan nilai yang diperlukan. Beberapa pemilik aset—pensiun dan alokasi institusional lainnya—memutuskan untuk tidak mengikat kebijakan investasi mereka pada kerangka eksternal yang tetap, meski koalisi karbon dan iklim relevan. Sebagian LP malah menerima eksposur lebih terhadap transisi energi melalui kepemilikan aset di sektor yang sulit diatasi untuk berpartisipasi dalam dekarbonisasi dan mendapatkan keuntungan finansial dari inovasi.
Kemungkinan kompromi dalam skenario “pengurangan tinggi” ini adalah potensi periode kepemilikan yang lebih lama yang diperlukan untuk mencapai pengembalian yang diharapkan, sesuatu yang dapat diterima oleh beberapa tetapi tidak semua LP. Ada juga kritik terhadap GP yang menolak bergabung dengan koalisi iklim dan karbon.
Beragam perspektif di antara investor dan pemangku kepentingan mereka mencerminkan pandangan yang berbeda, seperti yang terdapat dalam laporan yang ditulis bersama Bain dan Asosiasi Mitra Terbatas Institusional (Institutional Limited Partners Association/ILPA), yang menyoroti perspektif LP tentang ESG dalam keputusan investasi.
Kompleksitas selalu ada—mengakui kompromi dan biaya di samping pertumbuhan dan penciptaan nilai adalah tantangan, tetapi diperlukan untuk transparansi yang lebih besar dalam pengambilan keputusan dan jalur inovatif ke depan.
Artikel ini telah diterbitkan oleh Bain & Company, dengan judul Private Equity Investors Debate the Best Path Forward on ESG. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.